Mencari Makna Hidup
Banyak orang menganggap bahwa makna hayati ialah kebahagiaan global atau kekayaan. Padahal, makna kehidupan sebenarnya hanyalah rasa syukur seperti dalam kisah Nasruddin Hoja berikut.
Mencari Makna Hidup
Mencari makna hayati bukanlah hal nan mudah, namun bukan pula hal nan sulit. Untuk menyikapi makna kehidupan, kita perlu memaknainya bukan hanya dengan akal sehat, namun juga hati nan bersih. Karena makna kehidupan hanya akan bisa dirasakan oleh orang-orang nan memiliki hati dan pikiran nan bersih.
Bagi mereka nan memiliki hati dan pikiran nan kotor, akan sulit menemukan sebuah makna kehidupan tersebut. Makna hayati bukanlah hal nan secara wujud fisiknya terlihat ada, namun dia hanya bisa dirasakan melalui hati dan fikiran nan bersih.
Dalam memperoleh makna kehidupan ini, setiap orang akan menemuinya dengan cara nan berbeda, ada nan melalui hal-hal nan menyenangkan ataupun melalui hal nan kurang mengenakkan. Semua itu telah diatur sendiri oleh Tuhan sebab Tuhan ingin mengetahui sejauh mana kita bisa mengambil makna hayati itu melalui hal-hal nan Dia berikan kepada manusia.
Setiap manusia tentunya akan bhineka dalam mengambil makna kehidupan nan Tuhan diberikan. Makna hayati nan Tuhan berikan melalui ujian kesulitan biasanya bisa tergali sendiri oleh manusia. Namun, makna kehidupan ini tak selalu tergali ketika manusia ditimpa kesenangan dan kemudahan sebab di saat itulah biasanya manusia lupa buat bersyukur dan berdoa. Lain ketika mereka mendapat suatu musibah, maka mereka akan banyak berdoa dan memohon.
Hal inilah nan memang menjadi misteri tersendiri bagi Tuhan bahwa kebanyakan kita biasanya lupa kepada Tuhan bila sedang mendapat kenikmatan dan kelimpahan. Namun, pada saat ditimpa kesulitan, manusia akan banyak mengingat Tuhan dan baru akan mendapat makna kehidupan itu sendiri.
Makna hidup memang Tuhan berikan kepada setiap hamba-Nya agar hamba-nya tersebut memperoleh suatu pembelajaran nan baik dalam kehidupannya. Hal ini di berikan melalui caranya tersendiri dan disesuaikan dengan kadar kesanggupan setiap hamba-Nya.
Pada saat menerima pemberian Tuhan inilah manusia banyak nan menyikapinya dengan berbeda-beda. Pada saat ditimpa kesulitaan banyak nan berdoa dan ingat kepada Tuhan, namun tidak sporadis pula ada nan berkeluh kesah dan menganggap Tuhan tak adil, tak sayang, bahkan nan paling parah ada nan mengatakan bahwa Tuhan itu tak ada.
Dan, bagi nan mendapat kesenangan, ada mereka nan bersyukur dan banyak mengingat Tuhan, namun tidak sporadis pula ada nan tak bersyukur kepada Tuhan, bahkan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan pun tidak. Di sinilah kualitas keimanan seorang manusia akan teruji dan terlihat dengan sangat jelas, bagaimana mereka menyikapi ujian kehidupan yang