Puisi Lama atau Puisi Baru Merupakan Hasil Karya Puisi Latif di Negeri Ini

Puisi Lama atau Puisi Baru Merupakan Hasil Karya Puisi Latif di Negeri Ini

Puisi latif mempunyai makna tersendiri bagi para pengarang, pembaca ataupun pendengarnya. Bagi mereka nan menyukai puisi ini sebagai sebuah karya sastra, seringkali menyebutnya sebagai puisi cinta. Alasan penyebutan tersebut sebab isi puisi bisa membuat pembaca ataupun pendengarnya terasa latif serta nyaman hatinya.

Puisi sebagai salah satu hasil karya sastra manusia dengan makna tertentu, sering dijadikan wahana mengekspresikan isi hati serta pikiran pengarangnya. Segala perasaan pengarangnya bisa tercurahkan dalam rangkaian kata-kata di dalam karya sastra ini. Puisi indah terbagi dalam dua kategori sinkron zamannya, yaitu puisi lama dan puisi baru. Jika di antara kita da nan tertarik menambah pengetahuan tentang karya sastra nan latif dan bermakna ini, maka silakan mulai mengumpulkan sumbernya dari berbagai media nan ada.

Kemajuan teknologi akan membuat seseorang menemukan tambahan pengetahuan tentang apa pun nan bermanfaat di dalam kehidupannya. Puisi latif bukan hanya dilihat dari sisi indahnya kata-kata dalam puisi tersebut saja, tapi puisi nan mampu menyampaikan makna sebenarnya kepada para pembaca ataupun pendengarnya melalui rangkaian kata-kata di dalamnya.

Makna di dalam puisi latif tersebut menjadikan kehidupan pengarang, pembaca ataupun pendengarnya menjadi lebih terdorong buat melakukan hal baik dalam menjalani hayati ini. Kehidupan di global merupakan proses nan harus dilalui manusia dengan optimal.

Mengarang puisi latif dengan jumlah berapapun membutuhkan latihan serta proses belajar nan monoton hingga mendapatkan ciri karya puisi sendiri. Jadi, memahami pengertian puisi, bagaimana cara membacanya, ciri dan pembagiannya serta unsur-unsur apa saja nan terdapat di dalamnya bukan hanya kebutuhan bagi pengarangnya saja. Para pembaca ataupun pendengar karya puisi latif juga akan lebih baik memahami hal-hal tersebut buat menambah pengetahuan dan informasi mengenai puisi.



Memahami Puisi Latif Sebagai Sebuah Karya Sastra Puisi

Ketika memahami apa sebenarnya puisi latif berarti kita harus mengetahui pengertian, cara membacanya, ciri dan pembagiannya serta unsur-unsur apa saja nan terdapat di dalam puisi sebagai salah satu karya sastra di negeri ini. Pengertian puisi secara etimologis dalam bahasa Yunani antik berasal dari kata poesis berarti penciptaan merupakan seni nan ditulis seseorang dengan imajinasinya menggunakan kualitas bahasa sebagai nilai keindahannya.

Puisi merupakan wahana mencurahkan isi pikiran dan hati pengarangnya. Puisi latif menjadi salah satu karya sastra pengarangnya melalui khayalan dengan kualitas bahasa nan dimilikinya sebagai nilai keindahan. Puisi latif dengan kualitas baik dari segi bahasa nan digunakan maupun kemampuan pengarang menuliskan imajinasinya dalam bentuk kata-kata bagi pembaca ataupun pendengarnya merupakan salah satu hal krusial dalam evaluasi karya sastra seorang pengarang puisi.

Selain pengertian puisi di atas, adapula beberapa pengertian puisi lain nan dikemukakan para penyair romantik Inggris nan telah dikumpulkan Shahnon Ahmad, di antaranya:

  1. Carlyle mengemukakan puisi merupakan pemikiran bersifat musikal. Pengarangnya memikirkan bunyi merdu seperti musik, kata-kata dirangkai sehingga bunyinya merdu seperti musik (menggunakan orkestra bunyi).

  2. Shelley mengemukakan puisi merupakan rekaman detik-detik paling latif dalam hayati (peristiwa mengesankan serta bisa menimbulkan keharuan seperti kebahagiaan, kegembiraan, percintaan ataupun kesedihan sebab kematian orang nan sangat dicintai).

  3. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi merupakan kata-kata terindah dalam susunan nan indah. Pengarang puisi menentukan pilihan kata nan tepat kemudian disusun sebaik-baiknya, misalnya simetris, seimbang serta antar unsur-unsurnya memiliki interaksi nan erat.

Meski terdapat disparitas pendapat dalam mengemukakan pengertian puisi seperti di atas, tapi puisi latif merupakan hasil karya sastra pengarangnya dengan memperhatikan unsur-unsur serta ciri puisi. Puisi nan latif serta nyaman dibaca mempunyai baris-baris berbentuk melingkar, zig-zag dan lainnya. Bentuk baris-baris puisi merupakan salah satu ciri seorang pengarang puisi dalam menyampaikan curahan isi hati dan pikirannya.



Puisi Lama atau Puisi Baru Merupakan Hasil Karya Puisi Latif di Negeri Ini

Puisi latif merupakan karya sastra unik sebab terdapat curahan isi hati dan pikiran pengarangnya mengenai peristiwa eksklusif nan menyenangkan serta mengharukan. Kesan menyenangkan dan mengharukan akan dirasakan juga oleh para pembaca ataupun pendengarnya. Setiap pengarang puisi mempunyai alasan bhineka mengenai keunikan hasil karyanya. Hal tersebut juga menjadi alasan adanya pembagian puisi berdasarkan zamannya, yaitu puisi lama dan puisi baru.

Adapun pengertian puisi lama sebagai bagian dari puisi latif di negeri ini yaitu puisi nan terikat aturan-aturan pembuatan puisi, seperti jumlah kata dalam satu baris dan baitnya, rima (persajakan), jumlah suku kata dalam tiap baris serta iramanya. Sedangkan puisi baru yaitu puisi nan bentuknya lebih bebas dari puisi lama (jumlah baris, suku kata serta rima).

Puisi lama ataupun baru termasuk puisi indah dalam karya sastra di negeri ini. Estetika kedua puisi tersebut tampak pada kualitas bahasa pengarangnya dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Ciri puisi lama berbeda dengan puisi baru. Puisi lama memiliki ciri yaitu nama pengarangnya tak dikenal sebab termasuk puisi rakyat, sangat terikat pada anggaran (jumlah baris tiap bait, rima serta jumlah suku kata), merupakan sastra lisan sebab disampaikan dari mulut ke mulut. Mantra, pantun, karmina, syair serta talibun merupakan jenis puisi lama.

Adapun contoh masing-masing jenis puisi lama bisa dicari dan ditemukan secara mudah serta cepat melalui berbagai sumber dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti internet. Sementara itu, ciri puisi baru di antaranya mempunyai bentuk rapi dan simetris, rima (persajakan) pada akhir (teratur), tiap baris atas merupakan sebuah gatra, tiap gatranya sebagian besar terdiri dari dua kata (empat hingga lima suku kata) serta sebagian besar berupa puisi empat seuntai.

Puisi baru menjadi sebuah hasil karya puisi latif meski tak terikat anggaran seperti halnya puisi lama. Berdasarkan isinya, puisi baru terdiri dari balada, ode, epigram, himne, elegi serta satire. Sementara, puisi baru berdasarkan bentuknya terdiri dari:

  1. Puisi dua seuntai (distikon yaitu puisi dengan tiap baitnya terdiri dari dua baris.

  2. Puisi tiga seuntai (terzina) yaitu puisi dengan tiap baitnya terdiri dari tiga baris.

  3. Kuatrain yaitu puisi dengan tiap baitnya terdiri dari empat baris (puisi empat seuntai).

  4. Kuint yaitu puisi dengan tiap baitnya terdiri dari lima baris (puisi lima seuntai).

  5. Sektet yaitu puisi dengan tiap baitnya terdiri dari enam baris (puisi enam seuntai)

  6. Puisi tujuh seuntai (septime) yaitu puisi nan tiap baitnya terdiri dari tujuh baris.

  7. Oktaf/stanza merupakan puisi nan tiap baitnya terdiri dari delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).

  8. Soneta merupakan puisi nan terdiri dari empat belas baris, terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris serta dua bait kedua masing-masing tiga baris. Asal kata sonata dari kata sonneto (Bahasa Italia) merupakan perubahan kata sono (suara). Jadi, sebenarnya soneta termasuk puisi bersuara. Soneta masuk ke Indonesia diperkenalkan oleh Roestam Effendi dan Muhammad Yamin . Kedua tokoh tersebut dikenal sebagai