Membangun Fondasi
Tanggung Jawab Berat
Anak itu permata hati. Anak itu membuat bahagia. Kelahirannya nan dinanti mendatangkan semangat baru bahwa ia ialah mahluk nan harus dijaga. Ketika anak tumbuh menjadi begitu nakal dan tidak dapat diatur, lihatlah apa nan telah dilakukan oleh orangtua sebelum, selama, setelah kelahiran anak itu. Tidak dapat mengatakan bahwa sang anak nakal sebab ia sendiri ingin anak. Niscaya ada pengaruh dari apa nan telah dilakukan oleh orangtua selama anak itu bertumbuh dan berkembang.
Karena itu tidak heran bila ada filosof nan mengatakan bahwa keluarga dan orangtualah nan menentukan kepribadian seorang anak. Begitu juga dalam Islam. Hadits Nabi mengatakan bahwa orang tua lah nan berperan atau menentukan seorang anak akan menjadi Majusi, Nasrani, atau Yahudi. Sudah sangat jelas bahwa anak itu dapat dikatakan sebagai cerminan dari orangtuanya. Tidak salah kalau orangtua nan bijaksana akan memberikan nasihat kepada anak-anaknya nan akan menikah agar memilih calon pasangan nan berasal dari keluarga baik-baik.
Keluarga nan baik tentunya akan membesarkan anak dengan baik. Kalau setelah dididik dengan baik tetapi ketika dewasa sang anak menjadi koruptor atau penjahat berdasi, itu bukan tanggung jawab orangtua lagi. Anak-anak nan tumbuh dewasa mempunyai lingkungan nan semakin luas. Pergaulannya nan membuatnya terpengaruh.
Mungkin pada saat iman sedang turun, sang anak akhirnya tergelincir. Orangtua mau tidak mau tetap harus merangkul anaknya. Tidak dapat mengatakan bahwa sebab sang anak telah melakukan perbuatan dosa, maka sang anak tak diakui sebagai anak lagi. Hanya ada dua hal nan menyebabkan terputusnya interaksi nasab antara anak dan orangtua. Pertama, sang anak berpindah agama atau murtad dan nan kedua ialah kalau sang anak membunuh orangtuanya.
Meskipun sang anak melakukan perbuatan dosa besar seperti menjadi koruptor atau berzina, sang anak tak kehilangan nasab kepada orangtuanya. Orangtualah nan diharapkan merangkul anaknya lagi dan memberikan perhatian dan afeksi nan lebih besar agar sang anak dapat bertaubat dan melalui proses bertaubat dengan lancar hingga akhir hidupnya. Tidak mudah buat menjalani proses bertaubat dengan istiqomah atau terus berkomitmen.
Godaan buat kembali melakukan perbuatan terlarang itu sangat kuat. Apalagi kalau masih berteman dengan orang nan sama. Jika ada orangtua nan sangat dihormati dan dihargai oleh anak, maka anak akan menjalini proses ini dengan mudah. Doa orangtua juga makbul dan Allah Swt tak akan meninggalkan umat nan telah berusaha melakukan perbuatan baik dan kembali ke jalan nan lurus. Anak-anak nan baik nan benar-benar sayang pada orangtuanya juga tak akan mencoba mengecewakan lagi.
Seni mendidik anak ini memang tak mudah buat diikuti. Pengaruh lingkungan sangat kuat. Di sekolah anak-anak dipengaruhi oleh guru dan teman-temannya. Kalau tak dapat mengikuti mobilitas dan ragam pergaulan, terkadang anak malah menjadi putus harapan dan depresi. Oleh sebab itulah, sangat dianjurkan buat mencari sekolah nan baik. Tidak dengan melihat gedung dan fasilitasnya, melainkan melihat siapa saja gurunya.
Gurulah orang nan ada dibalik semua fasilitas itu. Dapat saja guru tak menggunakan fasilitas itu kalau ia tak mau. Kalau gurunya hebat, semua hal dapat menjadi fasilitas pendidikan nan hebat. Anak-anak akan dapat merasakan guru nan benar-benar bekerja dengan hatinya atau guru-guru nan bekerja hanya sebab uang semata. Hati nan bekerja inilah nan diharapkan akan memberikan pengaruh nan positif kepada anak.
Kertas Putih
Menurut teori tabularasa, seorang anak dilahirkan dalam kondisi putih higienis laksana kertas. Melalui hubungan dengan lingkungannya seorang anak akan belajar hidup. Sangat krusial menghadirkan lingkungan nan baik nan akan memberikan pengaruh positif kepada anak. Perkataan dan perbuatan orangtua hendaknya dijaga agar anak tumbuh dalam belaian kasih dan cinta nan tulus dan ikhlas nan akan membawa anak ke arah nan luar biasa baiknya.
Anak itu terpengaruh baik hubungan melalui mata terhadap setiap peristiwa nan dilihatnya. Melalui telinga berdasarkan suara nan didengar. Juga melalui panca indra lainnya seorang akan beraksi dan merespon. Orang tualah nan menentukan coretan atau lukisan hayati seorang anak. Kalau anak biasa diperdengarkan ayat-ayat kudus Al-Quran dan agak dikurangi mendengarkan syair-syair nan tak ada manfaatnya, anak tentunya akan lebih tertarik mempelajari Al-Quran daripada mempelajari lagu-lagu nan tak sahih itu.
Begitu pentingnya peranan orangtua dalam mendidik dan membesarkan anak, maka pemahaman orangtua terhadap masalah pendidikan dan psikologi anak harus lebih ditingkatkan. Namun sayangnya, tak sedikit orang tua nan kurang memahami ilmu mendidik anak. Selama ini kebanyakan orang tua mendidik anak-anak dengan cara instingtif dan sekedar menuruti insting saja. Padahal, berbagai teori telah ada tinggal menginvestasikan waktu buat memahaminya.
Memang tak ada sekolah spesifik buat menjadi orangtua yangh baik. Tetapi berbagai seminar atau pelatihan menjadi orangtua nan baik lumayan banyak tersebar di berbagai kota. Budaya nan baik dan tepat nan tak menyimpang dari tuntunan agama juga banyak disiarkan. Untuk itulah kalau orangtua memang mau, maka jalannya banyak sekali. Tidak perlu ragu menjadi baik sebab memang tak ada nan salah dengan menjadi lebih baik.
Bila cara mendidik anak hanya dengan mengikuti insting, cara ini sebenarnya sangat merugikan, baik bagi anak maupun orangtua itu sendiri. Perkembangan dinamika psikologis anak kurang dipahami dengan baik sehingga sering terjadi kasus pertengkaran orangtua dan anak. Orangtua terkadang hanya membuat berbagai eksperimen saja buat anaknya. Anak bukan loka buat coba-coba. Ini perkara masa depan nan tak dapat diajak buat main-main.
Sebaiknya orangtua memang sangat serius memberikan pelajaran kepada anak-anaknya. Bila perlu, orangtua membuat silabus sendiri agar tahu bagaimana perkembangan anak dan dapat mengukur kemajuannya. Kalau hanya mengandalkan sekolah, guru itu mengajar puluhan siswa dalam satu waktu. Tidak sporadis bahwa anak tak dapat menerima pelajaran ataupun guru tak sempat memperhatikan anak. Ini sangat manusiawi. Orangtua harus menjadi orang nan terdepan dalam mendidik anak-anaknya.
Kalau hanya sekedar memarahi anak, anak tak betah di rumah, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, dan berbagai tindak kriminalitas nan dilakukan anak baru gede (ABG) dan remaja-remaja tanggung .
Membangun Fondasi
Pentingnya peranan orangtua dalam mendidik dan membesarkan anak sebenarnya tak terbatas hanya menyangkut masalah akhlak, moralitas, maupun prestasi belajar anak. Berikut beberapa hal nan sebaiknya diketahui para orang tua agar bisa berperan dalam tumbuh bunga anak secara lebih optimal.
* Pembentukan potensi anak sebenarnya terjadi sejak masa pembuahan. Karena itu sering kita mendengar ajaran Islam agar saat orang tua berhubungan buat mendapatkan keturunan agar berdoa buat calon anaknya tersebut.
* Begitu juga saat kehamilan, seorang ibu bisa merangsang potensi, bakat, maupun kemampuan anak melalui obrolan atau pun alunan musik nan menyejukkan. Begitu juga konsumsi makanan ibu nan bergizi sangat membantu dan menentukan kualitas tubuh, kesehatan, maupun perkembangan otak janin. Begitu juga sesaat setelah lahir, asupan ASI melalui inisiasi menyusui dini akan mampu menyelamatkan anak selama hidupnya.
* Dalam masa pertumbuhan hingga anak berusia 2 tahun, asupan ASI dan makanan tambahan nan bergizi sangat krusial dan menjadi fondasi bagi tumbuh bunga anak. Asupan nan baik akan menentukan perkembangan fisik maupun psikis anak menjadi optimal.
* Begitu juga ketika anak mulai masuk sekolah maupun menginjak usia remaja, kedudukan orang tua sangat menentukan dalam memberikan konservasi dan loka pelarian nan sangat dibutuhkan. Masa sekolah dan remaja merupakan masa paling berat bagi anak dalam menghadapi pengaruh teman dan lingkungannya. Disini orang bisa mendudukan diri secara bijak dan tentunya bukan dengan menggurui.