Mencari Global Mencari Arti Kehidupan
Hampir sepanjang masa para pemikir selalu mencoba menyelami apa sesungguhnya arti kehidupan itu. Padahal buat memahami arti kehidupan, langkah primer harus dikembalikan lagi kepada nan memberi hayati dan menghidupkan.
Bila mencari arti kehidupan tanpa mengembalikannya pada nan memberi hayati dan menghidupkan, risi hanya membimbing pikiran pada hal-hal nan sangat nyata. Maka, mencari arti kehidupan pun menggunakan ukuran-ukuran nyang nyata.
Bila ini nan terjadi maka akan terperosok pada pemahaman dangkal. Tentu saja akan sangat merugikan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain nan mengikuti jejaknya. Ulama besar, Imam Al Ghazali memahami arti kehidupan secara dangkal sama dengan perbuatan kriminal.
Pendapat ulama besar Imam Al Ghazali tersebut memang tak keliru. Bila seseorang memahi arti kehidupan ini dengan dangkal, misalnya memahami kehidupan sebagai loka mencari kebahagiaan dan kebahagiaan itu terletak pada dimilikinya sejumlah uang.
Bila memahami arti kehidupan seperti ini, maka orang itu akan mencari uang sebanyak-banyak dan tak akan memperdulikan rambu-rambu baik itu rambu agama tentang halal dan haram, rambu hukum, rambu etika dan sosial. Pada titik inilah orang itu akan menjelma menjadi seorang pelaku kriminal nan tak saja merugikan orang lain tapi juga sebenarnya merugikan dirinya sendiri.
Namun apabila seseorang itu memahami arti kehidupan dengan mengembalikan kepada hakikat siapa nan memberi hayati dan menghidupkan, maka ia akan mencoba menata segala segi kehidupannya sinkron dengan tuntunan dari nan memberi hayati dan menghidupkan. Hal ini dapat dianalogikan sebagai perbuatan anak di hadapan orang tuanya.
Bila seorang anak memahami bahwa ia akan mendapat uang saku, ia akang mendapat ijin pergi bermain ketika orang tuanya sudah merasa konfiden bahwa apa nan akan dikerjakannya itu baik dan benar, maka anak tadi akan mencoba sebisa mungkin menterjemahkan keinginan orang tuanya tersebut. Dengan asa orang tua pun akan melihat bahwa ia sebagai seorang anak telah bisa dipercaya dan bisa mengemban kepercayaan.
Memahami Arti Kehidupan Sebagai Ujian
Dalam pandangan agama Islam, ada beberapa hal krusial nan harus menjadi acuan tentang arti kehidupan tersebut. Yang pertama bahwa arti kehidupan bagi seorang muslim ialah ujian dari Allah SWT. Yang menjadi acum tentang pemahaman hayati sebagai ujian ini ialah Qur'an Surat Al-Mulk ayat 1 nan terjemahannya ialah (Allah) nan menjadikan wafat dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu nan lebih baik amalannya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Karena arti kehidupan bagi seorang muslim ada sebuah ujian, maka dalam menjalani kehidupan sehari-hari tersebut harus senantiasa berorientasi pada alam akhirat. Dengan demikian memaknai arti kehidupan ini, ketika mulai bangun sampai dengan tertidur kembali selalu mengikuti tata anggaran nan telah digariskan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur'an dan hadits nabi nan merupakan implementasi dari ayat-ayat Allah SWT baik nan implisit maupun nan tersurat.
Karena orientasi hayati ini ialah alam akhirat nan kekal, alam akhirat loka pengadilan nan seadil-adilnya, ketika diberi kebahagiaan maupun musibah dan kesulitan, semua dikembalikan kepada Allah SWT, menjalaninya dengan sabar dan ikhlas.
Kisah kehidupan Nabi Sulaiman as ialah benar-benar harus diteladani sebab beliau itulah manusia paling kaya, kalau kekayaan dianggap sebagai alasan buat mencari kebahagiaan. Tapi pernahkah Nabi Sulaiman as ingkar terhadap ketentuan Allah SWT ?
Kalau pangkat dan jabatan sebagai lambang kesuksesan hidup, maka Nabi Sulaeman sesungguhnya seorang raja nan tak saja kaya, memiliki kerajaan nan luas dan besar. Bencana tentara Kerajaan Nabi Sulaeman as ini terdiri dari manusia, jin, angin dan hewan. Tapi pernahkan Nabi Sulaeman as mengabaikan semua ketentuan dan perintah Allah dan menganggap bahwa kerajaan besar itu semata-mata hasil jerih payahnya ?
Bila memang keyaan ialah nan menjadi tujuan hidup, semestinya setiap mendapat rejeki dalam bentuk apapun, dikembalikan terlebih dahulu kepada Allah SWT sebagai bentuk rasa bersyukur atas segala rejeki itu. Apabila hal ini dilakukan, maka Allah SWT sungguh akan menambah dengan nikmat nan lainnya.
Tapi sebaliknya apabila tak bersyukur, tunggullah siksa nan amat berat. Tentang hal ini dapat diperhatikan Al-Qur'an Surat Ibrahim ayat 7 nan terjemahannya ialah dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkna, sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika mengingkari nikmat itu, maka sesungguhnya azabku amat pedih.
Yang kedua tentang kehidupan ini ialah bahwa kehidupan di global ini lebih rendah dibandingkan dengan kehidupan akhirat kelak. Jadi, kalau memang sudah tahu bahwa kehidupan di global ini lebih rendah dan singkat, kenapa harus menghalalkan segala cara hanya buat mendapatkan kekayaan nan dianggap akan menjadi sumber kebahagiaan.
Sindiran tentang kesamaan manusia nan lebih berat pada kehidupan global padahal sesungguhnya ia sedang kena tipu daya, dinyatakan dalam Al-Qur'an Suat Alim Imran ayat 14 nan artinya ialah dijadikan latif pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa nan diingini yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta nan banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hayati di global dan di sisi Allah-lah loka kembali nan baik.
Memaknai kehidupan bagi seorang muslim harus sampai kepada kemengertian bahwa kehidupan di global ini bersifat sementara sebab nan kekal ialah hari akhirat. Kalau mengetahui bahwa ada hari akhirat nan kekal, semestinya ketika hayati di global nan sempit dan singkat ini, dijadikan buat mempersiapkan diri, mempersiapkan bekal buat kehidupan di akhirat nan kekal nanti.
Sehingga ketika mencari kehidupan global ini jangan sampai melupakan waktu dan melupakan segala anggaran nan telah digariskan oleh Allah SWT bila memang tak menginginkan mendapat kehidupan akhirat nan rendah.
Tentang kehidupan di global sebagai persiapan dan ladang amal buat di akhirat kelak nan kekal, Baginda Ali bin Abi Thalib ra pernah menyatakan bahwa sesungguhnya hari ini ialah buat beramal dan bukan buat memperhitungkan, sedangkan hari esok ialah hari perhitungan dan bukan buat beramal.
Ketika seorang manusia meninggal dunia, maka saat itu juga terputus semua amal perbuatan dan hanya ia tinggal menunggu suatu masa dimana ia akan mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya ketika diberi jatah hayati di dunia.
Mencari Global Mencari Arti Kehidupan
Bila memang akan mencari global sebagai pemahaman kita tentang arti kehidupan, maka carilah global itu menurut syariat nan telah ditentukan. Bila memang mau mencari dunia, carilah global sebaik-baiknya agar mendapat kesenangan.
Namun tak hanya sampai di situ, setelah mencari kehidupan dunia, bagaimana segala nan kita lakukan sejak berniat buat mencari dunia, lalu keluar dari rumah mencari penghidupan dan kembali ke rumah dengan membawa hasil, dikembalikan semata-mata hanya buat mencari ridha Allah SWT. Dengan demikian tak akan melanggar anggaran baik nan telah ditentukan oleh agama maupun oleh hukum.
Sebaliknya bila orientasi tak selalu diarahkan pada tugas kita sebagai wakil Allah di muka bumi ini, maka hanya didapat hanyalah kesenangan global nan singkat, sementara dan rendah. Itupun kalau sukses mendapatkannya. Tapi bagaimana bila saat mencari global itu, kita samasekali tak mendapatkan apa-apa selain capek dan penat.
Betapa ruginya ketika global tak didapat, akhirat pun terlepas dari jangkauan. Padahal sudah dijelaskan bila kehidupan di akhirat itu lebih kekal, lebih baik dan niscaya akan sampai ke alam akhirat, mau percaya atau tidak.
Allah tetap menyediakan kehidupan di akhirat apakah manusia percaya atau tidak. Sekalipun seluruh manusia di penjuru global ini kompak menolak alam akhirat, tentu saja tak akan pernah dapat merubah keputusan Allah SWT sehingga alam akhirat menjadi tak ada.