Masalah Tanah - Faktor Penyebab Degradasi Tanah

Masalah Tanah - Faktor Penyebab Degradasi Tanah

Masalah tanah terbesar nan paling sering dihadapi manusia ialah degradasi tanah. Degradasi tanah pada prinsipnya merupakan proses hilang atau menurunnya kesuburan tanah. Degradasi tanah memiliki dua komponen primer yaitu hilangnya tanah dampak erosi dan hilangnya kesuburan tanah. Kedua komponen ini memengaruhi hasil produksi tanaman pertanian (perkebunan) dan menambah biaya produksi.

Bahkan tidak sporadis pula petani atau penggarap meninggalkan lahannya begitu saja dampak tak bisa lagi ditanami. Masalah tanah (degradasi) ini disebabkan oleh abrasi tanah. Abrasi ini berakibat pada hilangnya unsur-unsur organik nan merupakan kunci kesuburan tanah. Hal ini kerap kali terjadi di Indonesia. Meskipun tanahnya terkenal subur, iklim negeri ini bisa menyebabkan timbulnya lahan-lahan kritis. Curah hujan dan suhu udara nan tinggi menyebabkan tanah semakin rapuh. Belum lagi ditambah campur tangan pengrusakan oleh manusia-manusia nan tak bertanggung jawab. Jika masyarakat tak diberi pemahaman mengenai degradasi tanah dan cara penanganannya, lambat laun negeri nan hijau ini akan berubah menjadi alam yang tandus dan tak subur.



Masalah Tanah - Mengenal Kesuburan Tanah

Tanah nan fertile memiliki tiga komponen krusial yaitu tanah nan fertile secara fisik, biologi dan kimia. Jika satu dari ketiga komponen ini hilang, maka produksi pertanian / perkebunan akan menurun. Jika tanah masih memiliki bahan organik penyusunnya, maka dia tak akan kehilangan ketiga komponen di atas. Kesuburan tanah akan hilang begitu saja jika tanah kehilangan bahan atau unsur organik penyusunnya.

Tanah dikatakan fertile secara kimia jika tanah tersebut mampu menyediakan semua nutrisi nan dibutuhkan tanaman. Keberadaan nutrisi ini dapat optimal jika tanah tak kehilangan unsur (bahan) organik penyusunnya. Kesuburan kimiawi tanah dapat dipertahankan atau dicapai dengan menambah pupuk seperti kompos, dll.

Tanah dikatakan fertile secara fisik jika tanah tersebut mampu menahan genre air dan menyimpan air di dalam tanah buat memperkuat pertumbuhan akar tanaman. Untuk memperkecil pori-pori tanah atau agregat pembentuknya maka diperlukan bahan organik agar partikel-partikel penyusunnya bisa saling “bergandengan” erat.

Ketika tanah mengalami abrasi maka terjadi penurunan jumlah bahan organik penyusunnya sehingga berefek pada rusaknya agregat, dan muncul keretakan di sana-sini nan akan memengaruhi konvoi udara dan pertumbuhan akar. Metode nan paling bagus buat mempertahankan kesuburan fisik tanah ialah dengan mengurangi abrasi tanah dan menambah bahan organik pembentuknya.

Kesuburan biologi tanah sangat dipengaruhi pada jumlah hewan atau tumbuhan nan hayati di dalamnya seperti cacing tanah, bakteri, jamur, dll. Indikator tanah sehat secara kimia dilihat dari banyaknya cacing tanah nan hayati di dalamnya. Aktivitas biologi dari tanaman atau tumbuhan nan hayati di dalam tanah sangat krusial buat mengubah sisa menjadi humus.

Cacing tanah dan serangga membantu tanaman memindahkan sisa tanaman ke tanah, memperkecil pori tanah, dan membantu mengatasi masalah keretakan tanah. Abrasi tanah bisa mengurangi aktivitas biologi hewan-hewan atau tumbuhan nan hayati di dalam tanah, dan merusak habitat mereka. Cara buat meningkatkan kesuburan biologi tanah ialah dengan menghindari terjadinya abrasi tanah dan memperbanyak sisa tanaman pada permukaan tanah.



Masalah Tanah - Mendeteksi Taraf Kesuburan Tanah

Untuk mengetahui taraf kesuburan fisik tanah, ambillah segenggam tanah nan akan kalian amati kesuburannya. Perhatikanlah warnanya. Rona tanah nan hitam menandakan bahwa masih banyak bahan organik nan hayati di dalamnya. Dan biasanya tanah nan berwarna gelap ini memiliki pori nan kecil, tak retak, dan partikel-partikelnya menyatu dengan erat. Galilah tanah nan ingin kalian amati kesuburannya lalu lihatlah sebarapa banyak makhluk hayati (seperti cacing tanah) nan hayati di dalamnya. Semakin banyak cacing maka tanah semakin subur.

Cara lain mendeteksi degradasi tanah ialah dengan membandingkannya dengan tanah nan fertile dan murni, yakni tanah hutan. Tanah hutan ialah tanah nan paling fertile sebab tak terjamah manusia, sehingga kompos dari pepohonan nan tumbuh terus meningkatkan jumlah unsur hara di dalam tanah tersebut. Sementara itu tanah ladang sedikit demi sedikit akan terdegradasi dan kehilangan unsur haranya sehingga sifat tanah semakin buruk. Kandungan zat dalam tanah hutan akan menjadi pembanding ideal sekaligus tolak ukur bagi taraf kesuburan tanah ladang.



Masalah Tanah - Faktor Penyebab Degradasi Tanah

Penyebab primer degradasi tanah pada dasarnya ialah faktor alami dan faktor campur tangan manusia (yang negatif). Beberapa faktor nan memengaruhi degradasi tanah antara lain abrasi tanah nan merusak kesuburan fisik tanah, hilangnya sisa tanaman nan umumnya disebabkan oleh kebakaran, kehilangan nutrisi sebab sporadis dipupuk. Oleh karena itu, hal nan perlu dilakukan agar tanah tak mengalami degradasi ialah dengan meminimalisir terjadinya abrasi tanah, menambah sisa tanaman pada permukaan tanah sebanyak mungkin, dan menghindari hilangnya nutrisi tanah.

Apapun penyebab utamanya, degradasi tanah ialah masalah pelik nan harus segera diatasi. Ini sebab luas tanah nan terdegradasi semakin lama semakin meningkat. Lahan-lahan fertile menjadi rusak dampak penggunaan bahan-bahan kimia dan proses pertanian nan tak mengindahkan metode perlindungan dan perawatan tanah. Tanpa campur tangan manusia pun masalah tanah dapat muncul. Curah hujan nan berlebihan, area huma berlereng, area curam, dan faktor-faktor alamiah lainnya pun bertanggung jawab atas semakin banyaknya tanah nan terdegradasi.

Campur tangan manusia nan mengakibatkan terdegradasinya tanah secara generik ialah aktivitas pertanian dan perkebunan (terutama nan menggunakan zat-zat kimia dalam mengatasi hama dan penyakit tanaman). Selain itu, pembabatan hutan, pendayagunaan nan berlebihan, dan berbagai aktivitas industri juga berpengaruh dalam menurunkan kesuburan tanah.



Masalah Tanah - Proses Degradasi Tanah

Proses degradasi tanah memakan waktu nan bhineka di setiap tempat. Umumnya, degradasi terjadi lebih cepat dan parah di wilayah beriklim tropis seperti Indonesia. Sebanyak 75% kasus degradasi tanah global terjadi di daerah tropis. Secara umum, degradasi tanah terdiri dari lima proses, yakni proses menurunnya kandungan unsur hara (zat organik) dalam tanah, proses berpindahnya liat, proses semakin buruknya struktur dan kepadatan tanah, proses terjadinya erosi tanah, serta proses pencucian unsur hara.

Pada wilayah tropis, ada 3 proses spesifik dalam terjadinya degradasi tanah, yakni degradasi fisik, degradasi kimia, dan degradasi biologi. Degradasi fisik ialah termin awal rusaknya tekstur tanah. Degradasi ini terlihat dari semakin buruknya struktur tanah hingga menimbulkan konvoi serta pemadatan tanah nan mengakibatkan terjadinya banjir dan erosi. Degradasi kimia mencakup terganggunya kandungan unsur hara pada tanah, terutama unsur C, P, N, dan S. Sementara itu degradasi biologi terkait penurunan kualitas serta kuantitas bahan organik di dalam tanah, penurunan aktivitas biotik di dalamnya, dan penurunan keberagaman spesies hewan nan hayati di dalam tanah.



Masalah Tanah - Dampak Degradasi Tanah terhadap Produktivitas Pertanian

Pihak pertama nan merasakan akibat negatif degradasi tanah ialah petani. Degradasi tanah menyebabkan berbagai tanaman pertanian dan perkebunan tak bisa tumbuh dengan maksimal. Akibatnya, produktivitas petani menurun, sehingga terjadi kelangkaan hasil pertanian eksklusif di pasar. Jika sudah demikian, harga hasil pertanian tersebut akan meroket dan akan muncul banyak spekulan nan memanfaatkan keadaan. Ujung-ujungnya, kebutuhan pangan masyarakat tak bisa terpenuhi.

Jika kejadian seperti itu hanya terjadi di satu daerah, efeknya barangkali tak terlalu terasa. Namun bagaimana jika kejadian seperti itu terjadi di seluruh dunia? Akan timbul kenyataan kelaparan di berbagai belahan dunia. Penelitian menunjukkan bahwa masalah tanah ini berpengaruh terhadap penurunan jumlah produksi bahan pangan dunia.