Masuknya Ajaran Syiah ke Indonesia
Syiah sebagai genre Islam pada akhirnya bukan hanya organisasi politik semata. Pada kenyataannya, Syiah sudah menjadi genre keagamaan tersendiri dalam sendi khazanah Islam. Bagaimana tidak, Syiah kemudian melahirkan sekte-sekte turunannya nan kemudian tersebar di penjuru global nan jumlahnya mencapai 22 sekte. Lantas para pakar melakukan klasifikasi mengenai sekte-sekte Syiah tersebut ke dalam empat kelompok besar: Imamiyah, Zaidiyah, Kaisaniyah, dan Kaum Gulat. Bagaimana sebenarnya ajaran Syiah dan sejarahnya?
Sejarah Munculnya Ajaran Syi'ah
Kata 'syiah' berasal dari bahasa Arab nan berarti 'pembela dan pengikut seseorang'. Kata 'syiah' pun dapat diartikan sebagai 'sebuah kaum nan berkumpul sebab suatu perkara'. Sementara itu sebagai terminologi keislaman, Syiah ialah kaum nan meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib lebih unggul dan lebih primer dibandingkan sahabat-sahabat Rasul lain sehingga mereka konfiden Ali bin Abi Thalib-lah nan paling layak menjadi khalifah umat muslim saat itu, begitu juga selepas beliau meninggal.
Syiah muncul sesaat setelah Khalifah Utsman bin Affan terbunuh. Di era kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan waktu-waktu awal kepemimpinan Ustman umat Islam manunggal dalam damai tanpa ada perselisihan. Konfrontasi mulai muncul di akhir masa kepemimpinan Utsman. Konfrontasi ini memunculkan perpecahan, menyebabkan fitnah, bahkan pertumpahan darah. Khalifah Utsman pun tewas dibunuh dan umat Islam terpecah belah. Lantas Ali bin Abi Thalib naik ke pucuk kepemimpinan guna menggantikan Utsman. Saat itu golongan syiah masih ada, tetapi mereka tak terlalu terbuka seperti pada akhir era pemerintahan Utsman. Saat itu, golongan Syiah terbagi menjadi tiga golongan, yakni:
-
Golongan syiah nan meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib ialah Tuhan. Mereka sangat fanatik sehingga menganggap Ali sebagai Tuhan mereka. Ketika suatu hari Ali menangkap basah sekte sesat ini, ia membakar mereka sebab menganggap mereka murtad.
-
Golongan syiah pencela ( sabbah ). Golongan ini ialah golongan nan kerap kali mencela khalifah lain selain Ali, sehingga membuat Ali naik pitam. Syahdan ada seorang syiah sabbah bernama Abu Sauda nan mencela Abu Bakar dan Umar, sehingga Ali mencarinya dan hendak membunuhnya. Akan tetapi Abu Sauda terlanjur melarikan diri.
-
Golongan syiah mufadhdhilah . Golongan ini lebih mengutamakan Ali dibandingkan Abu Bakar dan Umar. Padahal Nabi Muhammad Saw. sendiri pernah bersabda, "Sebaik-baiknya umat ini setelah nabinya ialah Abu Bakar dan Umar."
Selanjutnya para penganut syiah ini kembali terpecah ke dalam beberapa sekte utama, yakni sekte Kaisaniyyah, Imamiyyah atau Rafidhah, Zaidiyyah, Ghulat, dan Ismailliyah. Dari kelima sekte primer ini bermunculan sekte-sekte lain nan ajarannya semakin menyimpang.
Konsep Ajaran Syiah
Perbedaan pandangan dalam konsep Imamah (kepemimpinan) nan menjadikan sekte-sekte ini bermunculan. Sebagaimana diketahui dalam kasus genre Syiah, bahwa persoalan Imamah merupakan salah satu doktrin Syiah nan tetap menjadi prinsip. Persoalan pemimpin, mereka punya pandangan nan diyakini turun temurun. Berikut penjelasannya dan beberapa doktrin lainnya nan terdiri atas masalah tauhid, taqiyah, mut'ah, bada, dan lain-lain.
1. Imamah
Syiah berpendapat, imam ialah dasar dari ajaran Islam, tak paripurna iman seseorang kecuali dia harus percaya kepada imam. Bagi mereka imam sama kedudukan setingkat nabi, bahkan ada nan mengatakan melebihi. Imam pun dipilih oleh nash Tuhan, maka seorang imam tentu dijaga dari segala kesalahan (ma'shum) seperti halnya Nabi. Maka jadilah Syiah begitu mensucikan dan mengagungkan imam mereka nan dipercaya mendapat wasiat Nabi buat menggantikannya. Dan wasiat tersebut berisi pemindahan kepemimpinan kepada Ali bin Abi Thalib dan keturunannya nan terakhir. Begitulah Syiah berpendapat.
2.Tauhid
Secara umum, Syiah mempercayai bahwa Tuhan mereka ialah Allah Swt. Hanya saja ada pandangan-pandangan fundamental dalam hal nan kemudian disebut dengan konsep Tauhid ini. Mereka percaya bahwa Allah ialah tunggal dan tak ada sekutu. Berdoa hanya kepada Allah. Akan tetapi dalam Syiah, mereka kemudian menyebut-nyebut; wahai Ali.. wahai Husain.. dan keturunan Ali lainya saat berdoa. Mereka meminta-minta pada orang nan sudah meninggal nan dalam genre Sunni sebagai genre terbesar Islam global sebagai dosa.
Selain itu, Syiah juga tak mengakui bahwa Allah bersifat maha mendengar dan melihat. Alasannya jika Allah demikian, maka Allah sama saja dengan manusia. Syiah juga meyakini Allah tak dapat melihat hal-hal nan akan terjadi.
3. Bada'
Bada' secara bahasanya munculnya pendapat baru. Dalam konteks terminologi, Syiah meyakini bahwa Allah mampu mengubah peraturan atau keputusan nan semula telah ditetapkan dan menggantinya dengan nan baru. Sederhananya, ilmu Allah itu bergerak maju sebab dapat saja berubah-ubah sinkron kebutuhan dan kenyataan terkini.
4. Taqiyah
Taqiyah merupakan tindakan menyembunyikan kebenaran dan menutupi keyakinannya dari orang-orang nan berbeda dengan Syiah. Tujuannya buat menjaga dari marabahaya nan dapat saja menghampiri masalah harta, kekuasaan, dan juga akidah. Taqiyah ini kemudian posisinya seperti salat lima waktu. Jika dilanggar maka pelakunya berdosa dan jatuh menjadi kafir. Tidak melakukan taqiyah, berarti belum paripurna agama seseorang.
5. Roj'ah
Konsep roj'ah merupakan suatu doktrin tersendiri bagi masyarakat Syiah. Roj'ah berarti kembali atau pulang. Mereka meyakini imam mereka akan kembali turun ke muka bumi, buat menyelesaikan masalah-masalah nan ada di bumi. Sebagaimana kita tahu, bahwa Imam Mahdi nan merupakan keturunan dari imam mereka hingga hari ini dinanti.
6. Nikah Mut'ah
Ringkasnya mut'ah ialah kawin kontrak. Sebuah pernikahan nan hanya berorientasi pada kesenangan semata. Suami tidak terbebani nafkah, loka tinggal, dan melahirkan pakar waris bagi si istri. Syiah mengatakan kalau nikah mut'ah ialah halal dan dianggap sebagai Norma nan baik menjalin tali silatirahim. Begitulah segelintir doktrin-doktrin atau ajaran Syiah nan berlaku di dalam genre Syiah. Semoga tulisan ini membawa kegunaan dan menambah wawasan bersama.
Masuknya Ajaran Syiah ke Indonesia
Ajaran syiah masuk ke Indonesia ialah melalui penyebaran Islam di Indonesia sejak abad ke-13 silam. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kuburan nan mencerminkan ajaran sekte ini, terutama nan berkaitan dengan Norma berziarah dan tahlilan nan identik dengan tradisi syiah. Bahkan terdapat teori bahwa ajaran Islam nan pertama masuk ke Aceh sebagai Serambi Mekkah ialah Islam Syiah. Syiah terpelihara dengan baik oleh para keluarga penganutnya saat itu.
Berangsur-angsur setelah itu, baru muncul ulama-ulama penyebar ajaran Sunni, nan lebih diterima dan lebih banyak dianut masyarakat Indonesia. Dengan banyaknya umat Sunni, umat Syiah mulai bersembunyi sebab keberadaannya dapat menimbulkan konflik, seperti di negara-negara lain di mana Sunni dan Syiah tidak dapat hayati berdampingan.
Persembunyian Syiah di Indonesia terus berlangsung sampai terjadi Revolusi Iran. Pasca revolusi, Iran menjadi negara resmi Syiah. Dari situ mulai muncul gerakan-gerakan penyebaran Syiah ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Maka sekali lagi, syiah disebarkan. Kali ini penyebaran syiah menekankan kepada pemikiran revolusioner (yang menyimpang). Akhir orde baru, Syiah mulai berkembang sembunyi-sembunyi di negeri ini, hingga mampu mendirikan sebuah organisasi Syiah nan dinamai IJABI (Ikatan Jemaah Ahlulbait Indonesia) nan diresmikan oleh Gus Dur.
Menurut data IJABI, syiah paling banyak tersebar di Bandung, Makassar, dan Jakarta. Adapun di Sampang, Madura, nan dilanda konflik Syiah - Sunni itu hanya sedikit golongan Syiah-nya. Konflik antara Syiah dan Sunni kerap terjadi jika sudah berbenturan dengan persoalan fikih. Para penganut Syiah di Indonesia umumnya berupaya menyembunyikan identitasnya sebagai penganut Syiah buat menjaga keutuhan dan menghindari konflik. Bahkan penganut Syiah di negeri ini berbaur di masjid nan sama dengan Sunni, dan para ulama nan meyakini ajaran Syiah kerap kali menyampaikan ceramah di masjid Sunni. Hal ini, menurut mereka, dilakukan semata-mata buat menjaga keutuhan Islam di Indonesia.