Serangan Ke Mental Orangtua
Siapapun tentu tidak menghendaki anaknya teridap autisme. Bagaimana dengan nan sudah terkena? Nah, dalam makalah autis ini akan dibahas ihwal terapi autisme atau cara-cara nan seharusnya dilakukan buat mengobati penyakit autis. Penyakit autis hingga kini diyakini belum ada obatnya. Yang dapat dilakukan hanya mengurangi akibat dari penyakitnya dan berupaya agar penderita dapat hayati mandiri. Itulah mengapa penyakit satu ini akan membuat banyak orang menjadi miris mendapati anaknya atau anak kenalannya nan terkena penyakit satu ini.
Serangan Ke Mental Orangtua
Orangtua nan mengetahui anaknya menderita autis dipastikan akan shock bahkan menjadi beban mental sebab siapapun tentu tidak ingin orang nan paling dikasihinya berbeda dari orang kebanyakan dan bahkan menjadi sumber ejekan dan hinaan teman sebayanya. Penyakit nan menyerang otak satu ini memang seperti agresi ke mental orangtua. Mereka seolah diterjang oleh tsunami balada hayati nan begitu getir hingga mungkin akan merusak interaksi antara suami dan istri tersebut. Tidak sporadis bahwa akhirnya pasangan nan mempunyai anak autis, bercerai.
Hal satu ini memang tidak dapat terelakan. Rasa stres dan saling menyalahkan malah akan menyulut pertengkaran nan dapat tercipta setiap saat. Keadaan ini sangat tak baik bagi perkembangan anak autis. Walaupun tampaknya ia tak memperhatikan apa nan terjadi dengan kedua orangtuanya, ia dapat merasakan. Ia juga dapat tahu bagaimana masing-masing orangtua saling menyalahkan kejadian nan menimpa mereka.
Perceraian terkadang menjadi solusi nan terbaik ketika salah satu orangtua tak mampu menerima keadaan dan malah mengacaukan keadaan. Ketika keadaan tenang, perawatan dan pendidikan sang anak nan menderita autis ini dapat lebih terarah. Memang beban terasa lebih berat sebab biasanya sang ibu nan mengasuh anak autisnya harus bekerja keras dan lebih keras lagi demi memenuhi semua kebutuhan keluarga. Masih beruntung kalau mantan suaminya bertanggung jawab dan masih mau berbagi beban keuangan nan tentunya akan membutuhkan banyak sekali dana demi sang anak.
Kalau sang ayah lalu menikah lagi dan membangun kehidupan baru serta melupakan mereka, maka hanya Tuhanlah loka mengadu. Bagaimanapun anak autis itu ialah titipan nan tetap harus disayang dan diberi perhatian serta dibimbing hingga ia dapat menjadi mandiri. Jangan sampai ketika ibunya tidak berdaya, sang anak autis menjadi terlantar dan menjadi beban orang lain. Membayangkan masa depan anak autis terkadang membuat miris. Namun, tetap ada harapan. Beberapa anak autis nan berdikari dapat menghasilkan uang sendiri dan dapat membina interaksi dengan orang lain. Memang gayanya berhubungan dengan orang lain berbeda, tetapi keinginan buat berinteraksi dengan orang lain itu membuat mereka lebih cepat beradaptasi.
Anak autis nan sangat cerdas malah dapat menemukan berbagai peralatan nan cukup berguna bagi manusia. Ada juga nan menjadi seorang pelukis hebat atau penulis buku. Dari semua hal nan dilakukan oleh orangtua termasuk juga para pembimbingnya, anak autis dapat hayati normal walaupun tak senormal orang biasa. Keadaan ini memang sangat memprihatinkan. Meskipun, kehidupan terasa tidak pernah bergerak, setiap perkembangan nan diperlihatkan oleh seorang anak autis, akan sanggup membuat mata orang nan melihatnya menjadi sembab oleh tetesan air mata.
Sungguh suatu perjuangan nan sangat berat dalam mendidik anak autis ini. Mereka seakan membutuhkan semua energi dan waktu orangtuanya agar dapat bersamanya. Kalau ia tak mempunyai saudara atau merupakan anak tunggal, mungkin tak masalah. Yang menjadi hambatan ialah kalau anak autis itu mempunyai beberapa orang saudara teramsuk juga adik kecilnya nan baru dilahirkan. Keadaan ini tentu saja akan sedikit rancu bila tidak ada nan membantu sang ibu merawat anak-anaknya.
Itulah mengapa biasanya orangtua nan menyadari keadaan anaknya nan autis berusaha buat tak menambah anak lagi. Kalaupun mereka masih ingin mempunyai anak, biasanya, anak itu nan satu lagi. Asa mendapatkan seorang anak nan normal tidak kekurangan apapun, ialah asa semua orang. Mereka tentunya sangat mengharapkan anak nan akan lahir itu dapat bermain seperti anak lainnya.
Semakin banyaknya pertumbuhan anak autis nan ada di Indonesia, membuat beberapa orang mendirikan berabgai kelompok pendampingan. Kelompok pendampingan ini berupaya membantu orangtua nan mempunyai anak autis. Secara bergantian mereka menjaga sang anak autis ketika ibunya bekerja. Selain itu, kelompok ini biasanya memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang autis dan cara penanganannya. Untuk itu, dalam makalah autis ini, para pembaca akan diajak mahir menangani anak autisyang begitu majemuk itu.
Ada beberapa jenis terapi nan dapat digunakan buat menyembuhkan atau paling tak buat membantu agar anak autis itu dapat mandiri. Intinya ialah bahwa orang nan menderita autis itu tetap manusia nan mempunyai berbagai organ seperti orag kebanyakan. Yang menjadi masalah ialah bagaimana menyakinkan orangtua buat tetap bersabar dan mau ikut dalam setiap sesi latihan. Latihan nan membentuk badan menjadi lebih indah. Dan semoga artikel ringan dan pendek ini dapat membantu banyak orang dalam proses penyembuhan autisme.
Jenis-jenis Terapi
Anda disarankan buat berhati-hati sebab sekarang ini banyak sekali orang nan menawarkan cara atau obat buat mengobati autisme secara instan. Harus diselediki terlebih dahulu sebab ada kemungkinan penjual tersebut melakukan penipuan dan memanfaatkan orang-orang nan sedang kalut sebab ingin orang nan dicintainya segera sembuh dari autis. Tidak ada nan instan. Semua harus melalui proses. Kadang proses ini sangat panjang, berliku, dan memakan semua nan ada di sepanjang jalan perjuangan itu sendiri.
Berikut ada beberapa jenis terapi nan sudah diakui, bahkan oleh para profesional sekalipun, serta telah mengalami uji layak dan valid. Namun nan perlu diingat bahwa jangan Anda mengharapkan dengan terapi ini proses penyembuhkan penderita autis akan cepat, tentu membutuhkan waktu dan tidak instan. Lewati saja semua perjuangan itu apa adanya. Kalau tak mengeluh, beban itu terasa ringan. Fokus saja pada perkembangan anak. Tidak usah didengarkan semua perkataan orang nan hanya membuahkan perasaan sakit hati. Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.
Gangguan spektrum autisme merupakan suatu gangguan perkembangan sehingga jenis apapun terapi nan dilakukan tidak mungkin sukses dalam jangka cepat. Makanya, konsistensi dan keterpaduan ialah konsekuensi nan harus dijalankan dalam terapi ini. Kalaupun tak ada donasi dari keluarga besar, jangan kecil hati. Pikirkan saja masa depan anak. Bila nanti menjalani semua perjuangan dengan tabah, donasi niscaya akan datang dari berbagai arah nan selama ini tidak pernah terpikirkan. Tak mungkin Tuhan membiarkan umatNya berjuang tanpa diselimuti afeksi nan besar dariNya.
Terapi ABA (Applied Behavioral Analysis)
Terapi ini merupakan terapi nan paling tua dan sering dipakai buat melakukan terapi spesifik kepada anak nan menderita autisme. Sistem nan digunakannya yakni dengan memberikan positive reinforcement atau memberikan hadiah/pujian nan sifatnya menambah keyakinan dan kepercayaan dirinya supaya ia dapat menerima dengan segala nan terjadi pada dirinya.
Terapi okupasi
Secara mayoritas, hampir semua orang nan terkena autisme mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halusnya. Segala gerakannya kasar dan kaku dan seringkali mengalami kesulitan ketika memegang sesuatu. Makanya, teknik okupasi ini sangat krusial dalam melatih menggunakan otot-otot penderita sehingga secara berangsur-angsur akan kembali normal.
Terapi visual
Penderita autis cenderung akan mudah jika belajar dengan cara melihat. Makanya, berbekal alasan itu metode visual buat membantu anak autis ini semakin dikembangkan. Gambar-gambar nan berfungsi buat digunakan dalam berkomunikasi. Gambar-gambar ini akan sangat bermanfaat terutama kalau sang anak tak dapat berbicara. Orang-orang di sekitarnya, hendaknya mendorong agar anak autis ini mampu mengekpresikan keinginannya lewat gambar itu atau lewat kata-kata sederhana dan bukan melalui teriakan.
Terapi wicara
Banyak anak atau penderita autis mengalami kesulitan dalam hal berbicara atau berkomunikasi dengan versus bicaranya. Oleh karena itu, terapi wicara ini akan sangat membantu bagi para penderita buat mengurai kesulitan mereka berinteraksi dengan orang lain.
Konsisten
Tentu, seperti nan diungkapkan diatas jangan mengharapkan hasil nan cepat dan instan sebab terapi penyakit apapun selalu membutuhkan waktu nan sulit ditentukan. Disinilah orang-orang nan berada di sekitar penderita autis tersebut sangat berperan dalam menyemangati penderita autis buat mau melakukan terapi secara konsisten. Semoga apa nan disampaikan dalam makalah autis ini berguna.