Keadaan tanah nan kurang padat dan tebal.

Keadaan tanah nan kurang padat dan tebal.

Tanah longsor merupakan salah satu dari tiga jenis bala nan kerap melanda Indonesia. Ketiga bala tersebut ialah banjir, gempa bumi, dan tanah longsor. Banyak hal nan menjadi pemicu ketiga bala itu dan banyak pula dampak nan ditimbulkan ketiganya, termasuk hilangnya harta dan nyawa.

Tanah longsor sebenarnya bukanlah bala melainkan kenyataan alam biasa. Di mana alam sedang berporses mencari kesimbangan. Tanah longsor atau land slader, dikategorikan bala jika sudah memakan korban jiwa dan kerugian material. Tanah longsor kerap terjadi dipemukiman nan berdekatan dengan bukit dan hutan nan sudah gundul.

Tanah Longsor di Indonesia

Di Indonesia, bala tanah longsor biasanya terjadi setiap bulan November. Mengapa demikian? Karena curah hujan pada bulan November meningkat pesat. Air hujan akan masuk ke sela-sela tanah nan retak saat musim kemarau hingga terkumpul di bagian dasar lereng. Timbunan air hujan inilah nan menyebabkan terjadinya gerakan lateral.

Hal itu diperparah dengan terjalnya sudut lereng nan mencapai 180 derajat hingga mengakibatkan tanah longsor. Tanah longsor sudah dipastikan akan menjadi “hadiah” bagi orang nan tinggal di sekitarnya. Meskipun bala ini sudah menjadi “langganan” tanah Indonesia, masih ada cara buat mencegah terjadinya tanah longsor.

Tanah longsor ibarat bala tahunan nan melanda berbagai daerah di Indonesia. Walaupun bala ini kerap terjadi, tapi tidak ada juga upaya preventif dari pemerintah agar tidak terulang lagi di tahun kemudian.

Padahal bala ini bukanlah sepenuhnya takdir dari Maha Kuasa, melainkan lantaran ulah manusia sendiri nan tidak ramah dengan alam.

Penyebab Tanah Longsor

Ada sejumlah faktor penyebab tanah longsor. Namun secara generik dapat digolongkan menjadi dua pencetusnya, yakni : faktor kenyataan alam dan ulas manusia. Berikut ini merupakan penyebab terjadinya bala tanah longsor.



  • Hujan
  • Hujan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pergeseran tanah / land slading. Area hutan atau bukit gundul ditambah dengan karakter tanah nan gembur sangat rawan terjadi tanah lonagsor. Bala ini sering terjadi kapan saja, ketika musim hujan tiba. Tanah longsor diakibatkan sebab tanam keras banyak ditebangi. Padahal akar tanaman keras berfungsi mengikat tanah agar tidak longsor. Hujan dengan itensitas tinggi memicu terjadinya longsoran tanah pada tebing dan disertai material seperti kayu glondongan dan batu. Meterial ini terbawa arus turun ke bawah menerjang apa saja nan dijumpai termasuk rumah dan bangunan lainnya.



    • Lereng terjal.
    • Faktor kedua ialah kondisi lereng nan terjal, sehingga mudah sekali longsor kalau hujan atau kena gempa. Tak akan menimbulkan masalah jika sekitar lereng tidak ada pemukiman atau jalan raya. Namun dibeberapa loka di Indonesia ada juga penduduk nan nekat mendirikan rumah di bawah lereng terjal. Bahkan ada nan nan mengepras sebagian bukit buat diratakan agar lahannya dapat dibangun rumah. Maka dari itu sangat riskan jika membangun rumah di pinggir lereng. Terkadang walau tidak turun hujan tanah dapat berguguran.



      • Keadaan tanah nan kurang padat dan tebal.
      • Faktor berikutnya ialah karakter tanah nan kurang padat dan tebal. tanah longsor seperti terjadi pada pemukiman baru, mungkin ketika proses penimbunan tanah tidak dipadatkan. Karakter tanah nan tidak padat sangat mudah terkikis air.



        • Kurang kuatnya batuan.
        • Susunan batuan alam nan berongga menjadikan tanah mudah bergerak. Batuan nan tersusun sebab erupsi menjadi ancaman bagi masyarakat nan tinggal di dekat gunung merapi. Karakter tanah ini bisa bergerak jika ada hujan dan gempa besar. Tanah longsor seperti ini kerap terjadi di pemukiman di sekitar Gunung Merapi, Yogyakarta. Setiap hujan datang terkadang diselingi banjir pasir dan batuan nan berasal dari lereng merapi. Fenomana seperti ini disebut banjir lahar dingin.



          • Penataan huma nan tak tepat.
          • Salah satu faktor penyebab tanah longsor ialah ulah manusia sendiri. Misalnya membuat talud pada tebing dan pinggir sungai nan tidak menggunakan material nan baik, atau perencanaannya salah. Selain itu tidak ada saluran airnya. Ini kerap terjadi di pemukiman nan terdapat di wilayah perbukitan, seperti di Semarang bagian selatan dan Bandung.



            • Erosi atau pengikisan.
            • Erosi pada tanah dan tebing dapat disebabkan oleh gelombang laut. Gelombang bahari nan terus menerus menerjang tebing dan tanah sekitar pantai, dapat menyebabkan tanah disekitar situ terkikis, hingga ambles atau longsor. Ini sangat membahayakan jika di atas tebing terdapat bangunan, pemukiman penduduk atas fasilitas umum. Selain itu masih banyak lagi faktor penyebab tanah longsor seperti : penyusutan permukaan air bendungan atau danau.Timbunan beberapa material pada tebing dan lain sebagainya.

              Mengurangi Tanah Longsor

              Banyak cara nan harus dilakukan buat mengurangi terjadinya tanah longsor, baik mengurangi intensitas (mitigasi) longsor maupun mengurangi akibat nan ditimbulkannya. Beberapa upaya mitigasi nan sering dilakukan ialah sebagai berikut.

              • Mengurangi timbunan material nan dapat mengakibatkan terjadinya tanah longsor sehingga material lereng berada dalam keadaan stabil. Kita ada batuan nan berada di tubir tebing sabaiknya disingkarkan agar tidak menimbulkan bala di kemudian hari.
                • Mengarahkan atau memindahkan material nan akan longsor ke loka lain nan memiliki risiko lebih kecil.
                  • Melakukan rekayasa vegetasi dengan cara menanam stek batang pohon nan mampu tumbuh pada material nan sering longsor. Penanaman pohon ini bertujuan buat mengikat tanah. Pilihlah pohon nan memiliki akar serabut, seperti bambu, pohon rambutan, durian dan pohon mangga. Karakter pohon tersebut bermanfaat mengikat tanah, agar tidak mudah longsor atau terkikis air. Selain itu kegunaan tanaman keras, dapat menyimpan cadangan air tanah.
                    • Melakukan rekayasa teknologi dengan cara membuat tembok penahan serta memasang geogrid. Rekaya teknologi seperti ini dapat diterapkan pada perumahan nan berada daerah nan kontur tanahnya berbukit-bukit.
                      • Membuat tanggul penghambat atau check dam di sungai guna menahan laju longsoran nan masuk ke sungai. Cara ini dilakukan buat mencegah terjadinya banjir bandang. Selain itu check dam bermanfaat menjaga pondasi jembatan agar tidak cepat rusak sebab terjangan arus air sungai.
                        • Memasang alat peringatan longsor nan bisa diketahui masyarakat sekitar. Misalnya kentongan, atau melakukan ronda bergiliran memantau kondisi lingkungan. Ketika terjadi gejala-gejala konvoi tanah, segera membunyikan kentongan. Agar warga nan berada di bawah segera menyingkir.
                          • Mengingatkan warga nan tinggal di sekitar lereng buat selalu waspada ketika musim hujan tiba. Warga pun harus diimbau buat tak melakukan hal-hal nan mampu merusak kestabilan lereng. Pemerintah dan LSM sebaiknya memberikan edukasi kepada masyarakat nan tinggal di pinggir hutan, dan bertani di lereng bukit. Bentuk edukasinya ialah memberikan pengertian tentang betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan, bersama-sama melakukan penghijauan hutan. Melarang perburuan hewan liar di hutan agar ekosistemnya terjaga.
                          • Tanah Longsor Bukan Sepenuhnya Gejala Alam

                            Indonesia ialah negara nan dipenuhi deretan pegunungan nan telah terbentuk sebelum manusia. Indonesia pun merupakan negara nan berada di kawasan garis khatulistiwa nan memiliki curah hujan tinggi. Dengan demikian, bukanlah kenyataan aneh jika negara ini sering dilanda bala alam.

                            Akan tetapi, benarkah tanah longsor merupakan kenyataan alam semata? Apakah tanah longsor dinilai sebagai risiko keadaan alam Indonesia? Tidak. Meskipun merupakan sebuah kenyataan alam, tanah longsor turut ditumpangi oleh kecerobohan manusia atas kelalaiannya merusak hutan dan membabat pohon-pohon buat dibuat bangunan.

                            Ya. Manusia memang makhluk nan sangat serakah sehingga tak pernah puas melakukan berbagai “pembangunan” nan sebenarnya telah menghancurkan sirkulasi kehidupan. Jika manusia sadar bahwa tindakan perusakan hutan bisa mengakibatkan bencana, mungkin Indonesia akan menjadi negara nan tak berlangganan dengan perenggut harta dan nyawa ini.

                            Tanah longsor dapat dicegah dengan usaha nan dimulai dari pencerahan tiap individu. Misalnya, tak melakukan penebangan liar dan bersedia menanam pohon buat memperkuat keadaan tanah. Tidak usah memikirkan keselamatan bersama jika itu dinilai berat, lakukanlah demi diri sendiri dan orang terdekat. Mulailah peduli terhadap alam agar alam peduli terhadap kita. Demikianlah sedikit tentang tanah longsor nan masih menjadi mimpi jelek ketika musim hujan.

                            Semoga bermanfaat!