Prosesi Tari Piring

Prosesi Tari Piring

Bagaimana gerakan Tari Piring ? Tari Piring ialah salah keunikan budaya Minangkabau nan berasal dari Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat nan telah berusia ratusan tahun. Tari ini pada mulanya merupakan ritual perwujudan rasa syukur masyarakat Minang atas hasil panen melimpah. Tari ini merupakan persembahan kepada dewa-dewa melalui gerakan gemulai gadis-gadis cantik nan membawa sesaji berupa makanan nan ditempatkan di dalam piring.



Tarian Unik

Tradisi Tari Piring tetap dilangsungkan namun sebatas buat keperluan hiburan atau seremoni seperti pesta pernikahan, syukuran khitanan, atau pesta ada. Hal nan berbau ritual dalam Tari Piring mulai ditinggalkan ketika telah banyak masyarakat Minangkabau memeluk Agama Islam. Mereka tahu bahwa hal nan berhubungan dengan mahluk ghaib tak boleh dimasyarakatkan. Ketaatan ini membuat penyesuaian nan dilakukan berjalan lancar tanpa adanya kontradiksi dengan kaum adat.

Pemerintah Sumatera Barat sendiri menyadari keunikan Tari Piring dan menjadikannya sebagai salah satu aset budaya buat memikat para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Bahkan dalam beberapa festival kebudayaan dan kegiatan promosi budaya nan berskala nasional maupun internasional, Tari Piring juga acapkali dipentaskan di kota-kota besar di Indonesia seperti Pekanbaru, Bandung, Medan, dan Jakarta. Tari Piring juga mendapat apresiasi nan amat baik di beberapa negara Eropa dan Asia seperti Belanda, Jerman, Singapura, dan Malaysia.



Keistimewaan Tari Piring

Seperti namanya, gerakan pada Tari Piring didominasi oleh gerakan mengayun dua buah piring nan diletakkan di atas tangan penari nan kemudian diikuti oleh gerakan-gerakan lainnya nan dinamis. Kekhasan Tari Piring lainnya ialah penari mendentingkan dua cincin di jari dengan piring nan dibawanya. Menjelang tarian berakhir, penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring setelah terlebih dahulu melempar piring-piring nan dibawanya ke lantai.

Keistimewaannya ialah penari-penari nan menginjak piring tersebut, tak ada satupun nan kakinya terluka. Karena itu Tari Piring ini selalu sukses mengundang decak kagum siapapun nan menyaksikannya sebab mobilitas lincah sekitar tiga sampai tujuh orang penari terlihat latif dikombinasikan dengan musik nan cepat nan dihasilkan dari alat musik Talempong, Gandang, dan Saluang. Begitupun dengan baju berwarna cerah bernuansa rona kuning keemasan dan merah nan digunakan penari.

Gerakan Tari Piring
Gerakan Tari Piring sebagian besar merupakan gerakan nan melambangkan aktivitas masyarakat nan bertani di sawah. Hal ini dikarenakan riwayat Tari Piring sebagai ritual mengucap syukur atas hasil panen padi nan melimpah. Karena itu tiap gerakan Tari piring memiliki makna nan khas pada masing-masing gerakan, diantaranya:

1. Gerakan Mencangkul. Mobilitas nan menggambarkan ketika petani mencangkul buat mengolah sawah.
2. Gerakan Mencabut Benih. Mobilitas nan melambangkan saat petani mencabut benih nan sudah ditanam.
3. Gerakan Menyemai. Mobilitas nan menggambarkan ketika petani menyemai benih.
4. Gerakan Menanam. Mobilitas nan melambangkan saat petani hendak menanam padi dengan memindahkan bibit dari persemaian ke lahan.
5. Gerakan Menyiang. Mobilitas nan menggambarkan ketika petani menyiangi tanamannya buat membuang gulma atau hama tanaman lainnya.
6. Gerakan Memagar. Gerakan nan menunjukkan saat petani memagari pematang sawah agar terhindari dari gangguan binatang liar.
7. Gerakan Menyabit Padi. Mobilitas nan memperlihatkan saat petani menyabit padi di sawah. Gerakan ini biasa dibawakan oleh penari pria.
8. Gerakan Mengirik Padi. Mobilitas nan menunjukkan ketika petani menjemur padi nan telah dipotong.
9. Gerakan Mengambil Padi. Mobilitas nan dibawakan oleh penari wanita buat mengambil padi nan telah dipotong oleh penari pria.
10. Gerakan Menganginkan Padi. Mobilitas ini berupa menganginkan padi nan telah dikumpulkan agar padi terpisah dari ampasnya.
11. Gerakan Manggampo Padi. Mobilitas buat mengumpulkan padi dan membawanya ke suatu tempat.
12. Gerakan Menumbuk Padi. Mobilitas nan memperlihatkan penari pria menumbuk padi nan telah dijemur sementara penari wanita mencurahkan padi ke dalam alu.
13. Gerakan Menampih Padi. Mobilitas nan menggambarkan ketika para petani menampih padi nan telah menjadi beras.
14. Gerakan Membuang Sampah. Mobilitas ketika penari menggambarkan petani nan mengangkat gabah dan sisa-sisa sampah hasil panen ke loka lain.
15. Gerakan Melepas Lelah. Mobilitas nan menggambarkan petani sedang beristirahat melepas lelah sesudah mengolah sawah.
16. Gerakan Mengantar Juadah. Mobilitas penari wanita mengantarkan juadah (makanan) kepada penari pria nan telah lelah mengolah sawah.
17. Gerakan Pasambahan. Mobilitas nan bermakna persembahan rasa syukur kepada Allah SWT sekaligus sebagai permintaan maaf kepada penonton nan menyaksikan tari ini nan dibawakan oleh penari pria.
18. Gerakan Singanjuo Lalai. Mobilitas nan melambangkan suasana pagi hari nan dilakukan para penari wanita.
19. Gerakan Gotong Royong. Mobilitas nan dilakukan secara bersama antara penari pria dan penari wanita nan melambangkan sifat kegotongroyongan.
20. Gerakan Menginjak Pecahan Kaca. Gabungan dari majemuk mobilitas nan diakhiri dengan penari menginjak-injak pecahan kaca.



Prosesi Tari Piring

1. Persiapan
Sebelum pementasan, para penari diharapkan melakukan persiapan dengan baik berupa latihan menari dan latihan pernafasan. Hal ini sebab gerakan di dalam tari piring ialah gerakan bergerak maju nan membutuhkan banyak stamina. Selain itu penari juga harus memastikan piring-piring nan akan digunakan harus dalam keadaan baik, hindari piring nan retak atau sumbing. Jangan lupa kenakan cincin di jari tangan kanan dan jari tangan kiri.

2. Memulai Tarian
Tari Piring biasanya diawali dengan bunyi rebana dan gong nan dihasilkan dari alat musik nan dimainkan para pemusik. Penari akan memulai Tari Piring dengan gerakan pasambahan sebanyak tiga kali sebagai tanda hormat kepada penonton, dilanjutkan dengan rangkaian gerakan menanam padi hingga panen, dan diakhiri dengan gerakan memecahkan dan menginja-injak piring.

3. Ketika Menari
Inti tarian Tari Piring ialah mengayun-ayunkan piring nan berada di tangan ke kanan dan kiri berdasarkan rentak musik nan dimainkan. Penari juga mesti menghasilkan bunyi ‘ting ting ting ting” nan berasal dari bagian bawah piring dengan ketukan jari-jari penari nan telah disarung cincin. Sesekali, kedua telapan tangan nan memegang piring diputar-putar ke atas, ke bawah, dan ke samping.

4. Mengakhiri Tarian
Tarian diakhiri dengan sembah epilog sebagai bentuk ucapan syukur dan rasa terimakasih kepada penonton.

Pakaian Penari Pria
• Destar/Deta. Epilog kepala berbentuk segitiga nan dililitkan di kepala dan terbuat dari bahan kain songket.
• Sisamping. Kain songket nan dililitkan di pinggang dan dipakai sebatas lutut.
• Cawek Pinggang. Ikat pinggang dari kain songket nan ujungnya diberi hiasan berbentuk rumbai-rumbai.
• Busana Rang Mudo. Baju dengan potongan Shanghai nan berlengan lebar dan dihiasi renda emas.
• Saran Galembong. Celana berukuran besar nan sewarna dengan pakaian pada bagian tengahnya.

Pakaian Penari Wanita
• Kain Songket sebagai bawahan.
• Baju kurung dari bahan satin dan beludru.
• Tikuluak Tanduak Balapak ialah epilog kepala berbentuk tanduk kerbau khas Wanita Minangkabau nan terbuat dari bahan Songket.
• Selendang songket nan dikenakan pada tubuh sebelah kiri.
• Aksesoris nan terdiri atas subang atau anting, kalung gadang, dan kalung rambai.