Jenis Upacara Adat Jawa Tengah

Jenis Upacara Adat Jawa Tengah

Masyarakat Jawa terkenal dengan kepercayaan Kejawen nan cukup kuat dan mengakar dari generasi ke generasi. Kepercayaan ini melahirkan kebudayaan sakral dan tinggi nilai seninya. Kepercayaan ini lahir dari adaptasi dan peleburan berbagai budaya serta agama, seperti Hindu dan Islam. Akhirnya, kepercayaan ini pun selalu terbawa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa dan menghasilkan berbagai upacara adat Jawa Tengah yang unik dan menarik.



Jenis Upacara Adat Jawa Tengah

1. Selamatan

Salah satu Norma masyarakat Jawa pada umumnya ialah upacara adat jawa tengahmenyelenggarakan selamatan, yaitu suatu acara pengiriman doa bagi nan melakukan selamatan. Acara ini biasanya dihadiri oleh para tetua desa, tetangga dekat, sanak saudara, dan keluarga inti. Setelah selamatan selesai, tetamu biasanya akan dibawakan aneka penganan basah (nasi, lauk pauk, dan tambahan snack atau kue-kue) atau penganan kering (mi instan, kecap, minyak goreng, saus tomat, saus sambal) nan dinamakan besekan atau berkat .

Berikut ini ialah tiga jenis selamatan atau biasa disebut kendurenan .

a. Kenduren Badan (Lebaran) atau Mudunan

Kendurenan ini upacara adat jawa tengah diselenggarakan pada hari raya Idul Fitri. Tujuannya ialah mengantarkan arwah leluhur kembali ke peristirahatannya. Sebelum melakukan kenduren badan, didahului oleh acara nyekar ke makam leluhur atau sanak saudara lain.

b. Kenduren Likuran

Kenduren likuran upacara adat jawa tengah ini diselenggarakan setiap tanggal 21 bulan Puasa (Ramadan). Kenduren ini dimaksudkan buat memperingati Nuzulul Quran dan dilaksanakan dalam satu RT. Biasanya, bertempat di kediaman tetua masyarakat atau ketua RT. Uniknya, makanan dalam kenduren ini dibawa oleh tiap-tiap undangan dan biasanya terdiri atas lodeh krecek, sambal goreng kentang, rempeyek kacang atau teri, kerupuk, lalapan, dan sambal.

c. Kenduren Ujar atau Tujuan Tertentu

Kenduren upacara adat jawa tengah ini dilakukan oleh suatu keluarga nan memiliki nazar atau tujuan eksklusif pada bulan Suro (Muharam). Ritual kenduren ini biasanya dimulai dengan nyekar ke makam leluhur. Menu wajib kenduren ini ialah ayam panggang utuh dan gudangan (urap).

d. Kenduren Wetonan

Kenduren wetonan upacara adat jawa tengah ( wedalan ) Di namakan wetonan sebab tujuannya buat selametan pada hari lahir ( weton, jawa ) seseorang. Dan di lakukan oleh hampir setiap warga, biasanya 1 keluarga 1 weton nan di rayain , yaitu nan paling tua atau di tuakan dalam keluarga tersebut.

Kenduren ini upacara adat jawa tengahdi lakukan secara rutinitas setiap selapan hari ( 1 bulan ). Biasanya menu sajiannya hanya berupa tumpeng dan lauk seperti sayur, lalapan, tempe goreng, thepleng, dan srundeng. tak ada ingkung nya ( ayam panggang ).

e. Keduren Sabanan

Kenduren Sabanan ( Munggahan ) Kenduren upacara adat jawa tengah ini menurut cerita tujuannya buat menaik kan para leluhur. Di lakukan pada bulan Sya'ban, dan hampir oleh seluruh masyarakat di Watulawang dan sekitarnya, khususnya nan adatnya masih sama, seperti desa peniron, kajoran, dan sekitarnya.

Siang hari sebelum di laksanakan upacara ini, biasanya di lakukan ritual nyekar, atau tilik bahasa watulawangnya, yaitu mendatangi makan leluhur, buat mendoakan arwahnya, biasanya nan di bawa ialah kembang, menyan dan empos ( terbuat dari mancung ).

Tradisi bakar kemenyan memang masih di percaya oleh masyarakat watulawang, sebelum mulai kenduren ini pun, terlebih dahulu di di jampi jampi in dan di bakar kemenyan di depan pintu. Menu sajian dalam kenduren sabanan ini sedikit berbeda dengan kenduren Wedalan, yaitu di loka ini wajib memakai ayam pangang ( ingkung ).

f. Kenduran Badan (Lebaran)

Kenduren Badan ( Lebaran ) atau mudunan Kenduren upacara adat jawa tengah ini di laksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1 sawal ( aboge ). kenduren ini sama seperti kenduren Likuran, hanya tujuannya nan berbeda yaitu buat menurunkan leluhur. Yang membedakan hanya, sebelum kenduren Badan, biasanya di dahului dengan nyekar ke makam luhur dari masing-masing keluarga.



2. Grebegan

Dalam satu tahun, upacara grebegan upacara adat jawa tengah dilaksanakan selama tiga kali, yaitu tanggal 12 Mulud, 1 Syawal, dan tanggal 10 besar. Grebegan dilakukan oleh raja nan memerintah saat itu, misalnya raja di Solo dan Yogyakarta. Tujuannya yaitu mengeluarkan sedekah sebagai rasa syukur ke hadirat Tuhan YME atas segala kemakmuran di wilayahnya.

Sedekah grebegan terdiri atas gunungan kakung (lelaki) dan gunungan estri (perempuan). Gunungan kakung ini berbentuk kerucut nan tersusun dari kacang panjang dan cabae merah, telur bebek, sisi kanan kirinya diberi bendera Indonesia berukuran kecil. Gunungan estri tersusun dari aneka penganan dari tepung beras, misalnya kue mangkok, putu, dan lain-lain, nan ditempatkan dalam keranjang nan penuh rangkaian kembang dan di bagian atas dihiasi bendera Indonesia kecil.

Ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak & Sunan Kalijaga

Grebeg Besar Demak upacara adat jawa tengah diawali dengan aplikasi ziarah oleh Bupati, Muspida dan segenap pejabat dilingkungan Pemerintah Kabupaten Demak, masing-masing beserta istri/suami, ke makam Sultan-Sultan Demak dilingkungan Masjid agung Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Kegiatan ziarah tersebut dilaksanakan pada jam 16.00 WIB; kurang lebih 10 (sepuluh) hari menjelang tanggal 10 Dzulhijah.

Selamatan Tumpeng Sanga

Selamatan Tumpeng Sanga dilaksanakan pada malam hari menjelang hari raya Idul Adha bertempat di Masjid Agung Demak. Sebelumnya kesembilan tumpeng terebut dibawa dari Pendopo Kabupaten Demak dengan diiringi ulama, para santri, beserta Muspida dan tamu undangan lainnya menuju ke Masjid Agung Demak.

Penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga dilaksanakan oleh petugas dibawah pimpinan Sesepuh Kadilangu di dalam cungkup gedong makam Sunan Kalijaga Kalijaga. Sesepuh dan pakar waris percaya, bahwa ajaran agama Islam dari Rasulullah Muhammad SAW dan disebar luaskan oleh Sunan Kalijaga ialah benar.

Oleh sebab itu penjamasan dilakukan dengan mata tertutup. Hal tersebut mengandung makna, bahwa penjamas tak melihat dengan mata telanjang, tetapi melihat dengan mata hati. Artinya pakar waris sudah bertekad bulat buat menjalankan ibadah dan mengamalkan agama Islam dengan sepenuh hati.

Dengan selesainya penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga tersebut, maka berakhir pulalah rangkaian acara Grebeg Besar Demak.



3. Sekatenan

Asal-usul upacara sekaten upacara adat jawa tengah berasal dari Kerajaan Demak. Sebagai kerajaan Islam, Kerajaan Demak sering memperingati berbagai kejadian besar dalam sejarah Islam ke dalam berbagai upacara adat. Misalnya, sekatenan nan sebenarnya diambil dari istilah Islam "syahadatan", yaitu sebuah seremoni hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Sekatenan ditandai dengan diadakannya pasar malam selama satu bulan sebelum upacara sekatenan nan sebenarnya. Lalu, dikeluarkannya dua perangkat gamelan sakral, Kyai Gunturmadu dan Kyai Guntursari, dari keraton. Kedua gamelan ini dipajang selama enam hari, yaitu mulai hari keenam sampai kesebelas di bulan Mulud. Ketika hari ketujuh tiba, kedua gamelan ditabuh (dibunyikan) menandai seremoni puncak.

Pada masa-masa permulaan perkembangan agama Islam di Jawa, salah seorang dari Wali Songo, yaitu Sunan Kalijogo, mempergunakan instrumen musik Jawa Gamelan, sebagai wahana buat memikat masyarakat luas agar datang buat menikmati pergelaran karawitannya. Untuk tujuan itu dipergunakan 2 perangkat gamelan, nan memiliki laras swara nan merdu yaitu Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu.

Sebelum upacara Sekaten upacara adat jawa tengah dilaksanakan, diadakan dua macam persiapan, yaitu persiapan fisik dan spiritual. Persiapan fisik berupa peralatan dan perlengkapan upacara Sekaten, yaitu Gamelan Sekaten, Gendhing Sekaten, sejumlah uang logam, sejumlah kembang kanthil, busana seragam Sekaten, samiruntuk niyaga, dan perlengkapan lainnya, serta naskah riwayat maulud Nabi Muhammad SAW.

Untuk persiapan spiritual, dilakukan beberapa waktu menjelang Sekaten. Para abdi dalem Kraton Yogyakarta nan nantinya terlibat di dalam penyelenggaraan upacara mempersiapkan mental dan batin buat mekar tugas sakral tersebut. Terlebih para abdi dalem nan bertugas memukul gamelan Sekaten, mereka mensucikan diri dengan berpuasa dan siram jamas.

Selanjutnya, upacara upacara adat jawa tengah ditutup dengan dikeluarkannya gunungan nan disebut gunungan Mulud. Gunungan ini berisi aneka penganan jajan pasar dan hasil bumi sebagai tanda syukur.