Makna Qurban - Qurban Bukti Ketundukan terhadap Hukum Allah

Makna Qurban - Qurban Bukti Ketundukan terhadap Hukum Allah

Allah tak pernah memerintahkan kaumnya buat melakukan hal-hal nan tak bermanfaat. Termasuk memerintahkan umatnya buat menyembelih qurban saat Idul Adha tiba. Pernahkah Anda berpikir apa makna qurban sesungguhnya? Apa nan dapat kita pelajari dari makna qurban tersebut?

Apakah pernah sekali terlintas dalam pikiran Anda bahwa qurban ialah salah satu bentuk sesajian buat Allah? Naudzubillah min dzalik. Subahaanallahi ‘amma yasifuun , Mahasuci Allah dari sifat-sifat nan tak layak buat disifatkan kepada-Nya. Sungguh, Allah tak memerlukan qurban kita. Tidak dagingnya, tak darahnya, juga tak kulitnya. Bahkan, tak ada satu lembar bulunya pun nan Allah perlukan. Lalu, buat apa kita berqurban? Apa makna qurban nan tersimpan?

Pertanyaan ini layak buat direnungkan supaya kita dapat meresapi makna qurban nan sesungguhnya. Sehingga, qurban nan kita lakukan dapat “sampai” kepada Allah, dan tak sekadar penggugur kewajiban.

Mengetahui makna qurban nan mendalam, pasti akan semakin mendekatkan kita kepada Allah. Bahwa Allah Maha Esa nan sama sekali tak memerlukan daging nan telah kita qurbankan. Bahwa semua itu, hanya buat kepentingan dan kewajiban kita sebagai manusia buat saling berbagi.



Makna Qurban - Untuk Mendekatkan Diri kepada Allah

Sebelum mengetahui makna qurban lebih jauh. MEngetahui apa itu hakikat berqurban sepertinya menjadi hal nan cukup membantu. Qurban berasal dari bahasa Arab, qaraba, yaqrabu, qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya “dekat”. Secara istilah, qurban ialah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Sementara, kata udhiyyah yang merupakan istilah lain dari qurban artinya hewan sembelihan pada waktu dhuha.

Dengan demikian, qurban atau udhiyyah adalah prosesi ibadah penyembelihan hewan di waktu dhuha nan dilakukan pada hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan hari Tasyriq (11 – 13 Dzulhijjah) dengan tujuan buat mendekatkan diri ( taqarrub ) kepada Allah Swt. Dengan demikian, makna qurban secara singkat ialah sebagai wahana mendekatkan diri kepada Allah, dan menjalankan perintah Allah.

Bila mengacu pada pengertian ini, maka berqurban dalam rangka mencari popularitas, ingin dipuji manusia, atau niatan nan lain selain taqarrub ilallah, bisa dipastikan tak akan sampai kepada Allah. Makna qurban menjadi tak terasa di hati orang tersebut.



Makna Qurban - Qurban Hanya Diterima dari Orang Bertakwa

Makna qurban dapat kita hidup dari ritual qurban pertama kali nan dilakukan manusia dalam sejarah, yaitu qurban nan dilakukan oleh Habil dan Qabil. Keduanya melakukan qurban sebagai jalan keluar dari perselisihan memperebutkan wanita.

Mereka sepakat, barangsiapa nan qurbannya diterima Allah Swt., dia-lah nan berhak menikahi sang wanita. Qabil berqurban dari hasil kebunnya, sementara Habil berqurban dari hasil ternak. Dan, ternyata akhirnya Allah menerima qurbannya Habil. Cerita dari Habil dan Qabil ini juga menyimpan makna qurban nan dapat dijadikan pelajaran. Penjelasannya bisa kita lihat pada surat dalam Al-Quran berikut ini.

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut nan sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tak diterima dari nan lain (Qabil). (QS. Al-Maidah [5]: 27)

Apa nan dapat kita hidup dari qurban dua anak Adam as tersebut? Makna qurban apa nan tersimpan dalam cerita Habil dan Qabil tersebut? Hal itu dijelaskan dalam ayat lanjutannya:

Ia berkata (Qabil), "Aku niscaya membunuhmu!" Berkata Habil, "Sesungguhnya, Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang nan bertakwa." (QS. Al Maidah [5]: 27)

Ya, hanya qurban dari orang-orang nan bertakwa nan diterima Allah Swt., dalam hal ini Habil. Karena, sebagaimana nan tertulis dalam sejarah, Habil telah mengurbankan harta terbaiknya, yaitu seekor domba nan sehat dan gemuk, sebagai cerminan ketakwaannya.

Sementara, Qabil mengurbankan harta terburuknya, yaitu sayuran dan buah-buahan nan layu, busuk, dan tak layak konsumsi, sebagai cerminan kekikirannya. Dari kedua cerita tersebut seharusnya, makna qurban hendaknya sudah bisa dipahami. Bahwa Allah lebih ikhlas terhadap hal-hal baik. Maka dari itu, hewan nan akan diqurbankan hendaknya memiliki ciri-ciri fisik nan baik.



Makna Qurban - Qurban Bukti Ketundukan terhadap Hukum Allah

Makna qurban selanjutnya ialah sebagai bukti ketundukan total hamba terhadap perintah Sang Khalik, apa pun dan bagaimana pun beratnya perintah-Nya itu.

Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak nan telah direzekikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu adalah Tuhan nan Maha Esa, sebab itu berserah dirilah kamu kepada-Nya, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang nan tunduk patuh (kepada Allah). (QS. Al-Hajj [22]: 34)

Makna qurban semakin jelas tergambar dalam kisah Ibrahim as. nan tunduk terhadap hukum Allah nan memerintahkannya buat menyembelih anaknya tercinta, Ismail as.

Maka, tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku sesungguhnya saya melihat dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa nan diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang nan sabar."

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan, Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang nan berbuat baik. Sesungguhnya, ini benar-benar suatu ujian nan nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan nan besar. (QS. As-Shaaffaat [37]: 102-107)



Makna Qurban - Bukti Rasa Syukur

Selain buat menyempurnakan ajaran agama sebelumnya ataupun menghapusnya, makna qurban dalam Islam datang melestarikan tradisi nabi sebelum Islam, salah satunya ajaran qurban. Dalam sebuah hadits, Rasulullah pernah ditanya oleh salah seorang sahabat saat beliau menyembelih qurban,

“Untuk apa sembelihan ini?” Beliau menjawab, “Ini sunah (tradisi) ayah kalian, Nabi Ibrahim as.” Lalu, sahabat bertanya, “Apa khasiatnya bagi kami?” Beliau menjawab, “Setiap rambut qurban itu membawa kebaikan.” Sahabat bertanya lagi, “Apakah kulitnya?” Beliau menjawab, “Setiap rambut dari kulit itu menjadi kebaikan.” (HR. Ahmad dari Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Zaid bin Arqam)

Pada zaman Nabi Muhammad Saw, syariat qurban disempurnakan tata caranya, termasuk esensinya, bahwa qurban dilakukan sebagai bentuk rasa syukur hamba atas limpahan nikmat Allah Swt. Makna qurban tersebut bisa dilihat pada surat berikut:

Sesungguhnya, Kami telah memberikan kepadamu nikmat nan banyak. Maka, dirikanlah shalat sebab Tuhanmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya, orang-orang nan membenci kamu dialah nan terputus. (QS. Al-Kautsar [108]: 1-3)



Makna Qurban - Ketakwaannya, Bukan Dagingnya!

Dengan demikian, seperti nan telah diungkapkan di awal, Allah tak membutuhkan daging qurban kita, sedikit pun. Tapi, nan dilihat Allah hanya satu, ketakwaan kita. Makna qurban nan hakiki ada pada diri kita. Bahwa menguji ketakwaan umat manusia menjadi tujuan akhir dari berqurban. Seperti dalam surat berikut:

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tak bisa mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah nan bisa mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya buat kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang nan berbuat baik. (QS. Al-Hajj [22]: 37)