Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia
Cerita sejarah dan peta penyebaran Islam di Indonesia sampai saat ini masih sering menjadi perdebatan nan hangat. Para pakar punya pendapat nan belum dapat disatukan antara satu dengan nan lain. Sebab semuanya juga punya argumentasi dan alasan nan kuat.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Karena sejak jaman dulu, bangsa kita telah berhubungan dengan beberapa bangsa lain nan mayoritas penduduknya Islam. Jadi tak hanya satu negara saja. Kebanyakan dari bentuk interaksi ini ialah lewat perdagangan.
Mereka datang dan menjual barang dagangan nan mereka miliki, kemudian sebelum balik ke negaranya mereka membeli produk-produk bangsa kita buat dijual kembali di loka mereka. Dan selain berdagang mereka juga menyebarkan agama Islam nan telah mereka anut.
Awal Mula Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Pada awal sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan berkembang pesat, dikarenakan penyebaran nan dibawa oleh para penganutnya dari tanah Arab, seperti para pedagang, dai, mubalig, tokoh masyarakat, atau adakalanya dilakukan oleh para pemimpin pemerintahan.
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia memang terkenal melalui jalur perdagangan. Di daerah Barus dan Pasai (Aceh Utara), para pedagang Arab singgah dan menawarkan dagangannya.
Mereka membawa dagangan kain (mori) dan wangi-wangian. Selain berdagang, mereka pun juga membeli barang-barang nan ada di Barus dan Pasai buat kemudian dibawa dan dijual di negaranya.
Mereka (pedagang Arab dan pribumi) berdagang dengan saling menguntungkan sehingga pergaulan mereka menjadi akrab. Hal inilah nan kemudian menjadi wahana para pedagang Arab dengan mudah mengenalkan dan menyebarkan Islam. Para penduduk pribumi di Pasai pun menerima dan menyambut ajakan buat memeluk Islam dengan rela dan bahagia hati, tanpa paksaan.
Jalur masuknya Islam ke Indonesia nan langsung dari negara-negara Arab, hubungannya melalui dua jalur nan berjumpa di Gujarat. Kedua jalur tersebut, yaitu Mekah – Damaskus – Bagdag – Delhi – Indonesia atau Mekah – Iskandariyah (Turki) – Jeddah – Aden (Yunani) – Indonesia.
Setelah Islam tersebar melalui dua jalur tersebut, lalu berkembanglah Islam ke seluruh bumi Nusantara. Adapun awal mula sejarah masuknya Islam ke Indonesia, pertama kali dimulai dari wilayah pantai barat Pulau Sumatera dan Pasai nan terletak di Aceh Utara. Pembawanya ialah Abdullah Arif, yaitu seorang pedagang dan mubalig Arab.
Dari kedua wilayah tersebut, kemudian Islam menyebar ke berbagai daerah, seperti:
- Pariaman di Sumatera Barat, pembawanya ialah Syekh Burhanuddin, seorang Melayu.
- Gresik dan Tuban di Jawa Timur, pembawanya ialah Maulana Malik Ibrahim, seorang pedagang dan mubalig asal Arab Hadramaut.
- Demak di Jawa Tengah, penyebarnya ialah Raden Patah dan pendirinya para Walisongo.
- Banten di Jawa Barat, penyebarnya ialah Fatahillah, seorang keturunan Raja Pasai nan kemudian bergelar sebagai Sunan Gunung Jati.
- Palembang di Sumatra Selatan, penyebarnya ialah Raden Rahmat. Dua bulan kemudian, beliau menyebarkan Islam ke Ampel di Jawa Timur.
- Banjar di Kalimantan Selatan dan Sukadana di Kalimantan Barat, penyebarnya ialah mubalig dari Johor, Malaysia.
- Makassar di Sulawesi Selatan, pembawanya ialah Datuk Ri Bandang asal Sumatra Barat.
- Ternate, Tidore, Bacau, dan Jailole di Maluku Utara, penyebarnya ialah Syekh Mansur asal Arab dan Maulana Husain asal Gresik.
- Sorong di Irian Jaya, penyebarnya ialah para mubalig dari daerah-daerah nan wilayahnya telah menganut Islam lebih dahulu.
Adapun selain melalui perdagangan, penyebaran dan penyiaran Islam ke seluruh wilayah Indonesia, bisa melalui pernikahan dengan masyarakat pribumi, pembebasan budak, dan gerakan para dai (dengan cara berkeliling menyebarkan atau membangun pesantren). Semua cara itu, dilakukan dengan damai, cinta kasih, persamaan tanpa pembedaan kasta, dan keadilan.
Pembagian Teori Peta Penyebaran Islam di Indonesia
Dari bermacam-macar teori peta penyebaran Islam di Indonesia nan ada, dapat dibagi dalam beberapa kelompok.
1. Gujarat
Alasan para pakar nan menyatakan bila penyebaran Islam Indonesia dibawa oleh bangsa Gujarat adalah:
Sampai saat ini belum ada bukti atau fakta sejarah nan menguatkan bila kedatangan agama Islam di Indonesia di bawa oleh bangsa Arab.
Pada jaman dahulu, bangsa kita berhubungan dengan bangsa India melalui jalur Cambay kemudian Timur Tengah dan Eropa.
Di Aceh terdapat batu nisan milik seorang raja nan untuk pada tahun 1297 dan modelnya menggunakan motif Gujarat.
2. Mekkah atau Arab
Yang menyatakan bila peta penyebaran Islam di bawa oleh bangsa Arab alasannya adalah:
Menurut bukti sejarah di Cina, pada abad ke IV di negara itu sudah terdapat daerah nan ditinggali oleh bangsa Arab. Sehingga diperkirakan bangsa Arab juga sudah mulai datang di daerah Sumatera pada abad ke VII.
Aliran agama Islam nan dianut oleh pemeluknya pada jaman kesultanan Samudera Pasai persis sama dengan genre agama Islam nan dianut oleh orang-orang Mekkah dan Mesir.
Pada umumnya para penguasa di Samudera Pasai gelarnya ialah Al malik. Gelar ini juga banyak di gunakan oleh penguasa wilayah Mesir.
3. Persia
Pendapat nan mengatakan bila agama Islam pertama kali dikenalkan oleh bangsa Persia atau Iran juga punya beberapa alasan nan kuat.
Di negara Iran setiap tanggal 10 Muharram ada tradisi buat memperingati kematian Hasan dan Husein, cucu dari Nabi Muhamad nan dianggap seorang pahlawan. Sementara itu di Sumatera pada hari nan sama juga mengadakan upacara nan dinamakan Tabut.
Syek Siti Jenar seorang tokoh kontroversi nan beragama Islam juga menganut genre nan sama dengan nan dianut oleh kebanyakan bangsa Iran.
4. China
Pada jaman kekhalifahan, Islam sudah menyebar sampai ke negeri China, khususnya di daerah Yunan bagian Selatan. Pada suatu saat, di daerah Yunan ini ada kerusuhan dan huru hara.
Banyak penduduk nan sudah memeluk agama Islam melarikan diri buat mencari selamat. Mereka menyebar ke berbagai wilayan di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Dari sinilah kemudian agama Islam juga menyebar di dearah Sumatera dan Jawa.
Dari beberapa teori peta penyebaran Islam di Indonesia tersebut, dapat diketahui bila masing-masing pendapat punya kelebihan dan kelemahan. Dari sini mungkin dapat diambil konklusi bila penduduk Indonesia mulai mengenal agama Islam pada abad ke VII dan mengalami perkembangan nan pesat pada abad ke XIII. Dan negara Arab, Gujarat, Iran atau Persia maupun China masing-masing punya peran dalam penyebaran agama Islam di Indonesia.
Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia
Peninggalan kerajaan Islam di Indonesia antara lain dapat kita lihat dari peninggalan seperti: masjid, keraton, kaligrafi, batu nisan, karya sastra, seni pertunjukan, dan tradisi keagamaan.
1. Masjid
Sejarah perkembangan kerajaan Islam di Indonesia banyak di dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat setempat begitu juga dalam hal seni arsitektur misalnya dalam pembangunan loka ibadah umat Islam kita dapat menemukan masjid-masjid nan ada di nusantara mengadopsi kebudayaan masyarakat dalam proses pembangunannya. Berikut ini ialah contoh masjid peningggalan kerajaan Islam di Indonesia, di antaranya:
Masjid Agung Demak
Masjid ini berlokasi di Demak. Pembangunan mesjid ini merupakan perintah Wali Songo dan dipimpin oleh Sunan Kalijaga, salah satu tokoh Wali Songo nan dikenal sebagai penyebar Islam di pulau Jawa. Salah satu keunikan Masjid Agung Demak ialah tak memiliki menara dan salah satu tiangnya terbuat dari susunan tatal.
Tiang dari tatal ini kemudian diganti ketika Masjid Agung Demak dipugar pada tahun 1980. Potongan tiang tatal ini masih tersimpan di bangsal belakang masjid. Berbeda dengan masjid-masjid nan ada sekarang, atap masjid peninggalan sejarah biasanya beratap tumpang bersusun.
Semakin ke atas atapnya makin kecil. Jumlah atap tumpang itu biasanya ganjil, yaitu tiga atau lima. Atap nan paling atas berbentuk limas. Di dalam masjid terdapat empat tiang primer nan menyangga atap tumpang.
Pada bagian barat masjid terdapat mihrab. Di sebelah kanan mihrab ada mimbar. Di halaman masjid biasanya terdapat menara. Keberadaan menara tak hanya buat menambah estetika bangunan masjid. Fungsi menara ialah sebagai loka muazin mengumandangkan adzan ketika tiba waktu salat.
Sebelum azan dikumandangkan, dilakukan pemukulan tabuh atau beduk. Sehingga kita bisa menarik konklusi bahwa karakteristik khas dari bangunan masjid antik di nusantara ialah sebagai berikut:
- Di sekitar masjid (kecuali bagian barat) biasanya terdapat tanah lapang (alun-alun).
- Letak masjid tepat di tengah-tengah kota atau dekat dengan istana.
- Di kiri kanan masjid terdapat menara sebagai loka menyerukan panggilan shalat.
- Di dalam masjid terdapat barisan tiang yangmengelilingi tiang induk nan disebut soko guru.
- Atap masjid awalnya beratap tumpeng.
- Halaman masjid dikelilingi pagar tembok dengan satu atau dua pintu gerbang.
- Mesjid memunyai denah bujur sangkar. Selain itu arsitektur bangunan masjid nan merupakan perpaduan antara seni bangun dari berbagai kawasan global Islam dan kebudayaan setempat.
Contoh bangunan Masjid Agung Cirebon, Masjid Agung Banten dan Menara Suci nan mengadopsi kebudayaan setempat. Contoh lainnya, bentuk bangunan gerbang Masjid Sumenep nan mengadopsi gaya Portugis. Adapun gaya India dan Eropa tampak pada arsitektur Masjid Penyengat dan Masjid Baiturrahman.
2. Keraton
Adalah loka buat melakukan kegiatan-kegiatan krusial nan menyangkut urusan kerajaan. Di keraton, Sultan beserta keluarganya tinggal. Keraton dibangun sebagai lambang pusat kekuasaan pemerintahan. Keraton Islam di Nusatara memiliki ciri-ciri khusus, antara lain:
- Di depan keraton biasanya terdapat lapangan luas nan disebut alun-alun.
- Bangunan primer keraton dikelilingi pagar tembok, parit atau sungai kecil buatan.
Kasultanan Yogyakarta
Istana ialah loka tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya sebab pengaruh Hindu dan Buddha.
Setelah Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih berlangsung. Akibatnya, pada bangunan istana nan bercorak Islam, pengaruh Hindu dan Budha masih tampak. Saat ini peninggalan Islam nan berupa Istana tinggal beberapa saja.
3. Kaligrafi
Kaligrafi ialah seni menulis latif dengan merangkai huruf-huruf Arab atau ayat-ayat kudus Al-Qur’an sinkron dengan bentuk nan diinginkan. Biasanya nan menjadi objek seni kaligrafi ialah tokoh manusia, tumbuhan atau binatang. Contoh kaligrafi antara lain sebagai berikut:
- Kaligrafi pada batu nisan.
- Kaligrafi bentuk wayang dari Cirebon.
- Kaligrafi bentuk hiasan.
Kaligrafi di Makam Ratu Nahrasiyah
Kaligrafi ialah tulisan latif dalam huruf Arab. Tulisan tersebut biasanya diambil dari ayat-ayat kudus Al-Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid, batu nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman.
Batu nisan pertama nan ditemukan di Indonesia ialah batu nisan pada makam Fatimah binti Maimun di Leran, Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa.