Latosol Tipe Tanah Kebun

Latosol Tipe Tanah Kebun

Bagi siswa pertanian, pengetahuan jenis tanah kebun sudah dipelajari sejak awal. Namun, bagi para siswa nonkejuruan, berminat menekuni global perkebunan, pengetahuan mengenai tanah kebun menjadi kapital dasar nan harus dipahami sebelum mulai bercocok tanam.

Seiring berkembang pesatnya argobisnis, pengetahuan cara bercocok tanam nan baik dapat jadi kapital buat membuka usaha. Prospek argobisnis dari tahun ke tahun memang terbuka luas dan cukup menggiurkan. Pengetahuan tentang kondisi fisik huma tanah kebun mencakup topografi, lansekap, kontur tanah, struktur tanah, dan tipe tanah.

Keadaan ini nantinya berkaitan dengan jenis tanaman apa saja nan baik dibudidayakan di tanah tersebut, bagaimana cara pengairan agar efektif dan efisien, bagaimana pengaturan drainase dan lain sebagainya.



Jenis Tanah

Tanah merupakan alat vital nan menjadi habitat berbagai macam organisme. Tak hanya segelintir makhluk hidup, tetapi puluhan bahkan ratusan makhluk hayati bergantung padanya.

Tanah membantu berbagai tumbuhan bernapas, makan, menghisap air, dan berbagai unsur hara nan membuatnya bertahan dari agresi penyakit. Intinya, tanah ialah media nan digunakan tumbuhan dan berbagai jenis mikroorganisme untuh hayati nan terbentuk dari pelapukan batuan.

Secara umum, susunan tanah (dengan bahan induk mineral) terdiri atas 50% bahan padatan (45% berupa bahan mineral dan 5% berupa bahan organik), 25% air, dan 25% berupa udara.

Sementara itu, pada tanah organik, seperti gambut, bahan padatan pada tanah tersebut terdiri atas 5% bahan organik dan 45% bahan mineral. Bahan organik dalam tanah ini terdiri atas 10% mikroorganisme, 10% akar, dan sisanya humat. Walaupun jumlah tak banyak, fungsinya sangat penting.

Susunan tanah dan juga struktur tanah nan berongga-rongga menjadi loka bagi akar buat bernafas dan tumbuh. Selain itu, tanah pun menjadi habitat bermacam-macam mikroorganisme. Tanah juga dijadikan sebagai loka hayati bagi sebagian hewan darat. Tekstur susunan tanah bermacam-macam dan dapat dikelompokkan menjadi berikut ini.

  1. Tekstur kasar, misalnya pasir, pasir berlempung.
  1. Tekstur agak kasar, misalnya lempung berpasir dan lempung berpasir halus.
  1. Sedang, antara lain lempung berpasir sangat halus, lempung berdebu, dan debu.
  1. Tekstur halus, misalnya tanah liat berpasir, tanah liat berdebu.

Tekstur tanah ini juga dipengaruhi oleh kandungan air nan terdapat dalam tanah. Jika diuraikan proses pembentukan susunan tanah dimulai dari bebatuan nan mengalami pelapukan, baik pelapukan secara fisika maupun pelapukan secara kimiawi.

Pada saat pelapukan, bebatuan tersebut akan menjadi lunak dan berubah bentuknya sehingga bisa dikatakan sebagai bahan tanah. Bahan tanah ini akan mengalami proses pelapukan terus menerus dan berlangsung dalam waktu bertahun-tahun sampai akhirnya bahan tanah tersebut menjadi tanah.

Kalian tahu batu bara dan bagaimana terbentuknya? Ya. Batubara terbentuk dari tanah, tapi tak semua tanah bisa membentuk batubara. Batubara hanya bisa terbentuk dari tanah organik nan berwarna hitam, dan memiliki kandungan mineral nan sangat sedikit.

Meskipun begitu, tanah jenis ini tetap bisa ditanami sebab bentuk fisiknya nan gembur. Namun sayang, jangan berharap hasil tanaman nan kalian tanam di atas tanah organik akan optimal, hasil tanaman di huma ini justru jauh di bawah optimal.

Berbeda dengan tanah organik, tanah non-organik memiliki banyak sekali kandungan mineralnya. Mineral ini membentuk partikel penyusun tanah, yaitu pasir, lanau (debu), dan lempung. Komposisi ketiga partikel penyusun tanah ini nan kemudian memengaruhi rona tanah. Berikut ini ukuran pembentuk mineral di dalam tanah.

  1. Partikel pasir memiliki ukuran sekitar 200 mikrometer hingga 2.000 mikrometer.
  1. Partikel debu memiliki ukuran sekitar 2 mikrometer sampai kurang dari 200 mikrometer.
  1. Partikel lempung memiliki ukuran kurang dari 2 mikrometer.

Semakin halus ukuran partikel tanah tersebut, maka luas permukaan partikel per satuan bobot semakin besar. Partikel tanah dengan permukaan nan lebih luas memberi peluang lebih banyak terjadinya reaksi kimia. Partikel lempung per satuan bobot mempunyai luas permukaan lebih luas dari pada partikel tanah lainnya (debu dan pasir).

Reaksi-reaksi kimia nan berlangsung di permukaan tanah berupa lempung lebih banyak dibandingkan nan berlangsung di permukaan tanah berupa partikel debu dan pasir per satuan bobot nan sama.

Hal ini menunjukkan bahwa partikel lempung merupokan komponen susunan tanah paling aktif terhadap reaksi kimia sehingga berkontribusi menentukan sifat kimia tanah dan juga mempengaruhi kesuburan tanah. Berikut ini ialah beberapa jenis tanah.

  1. Tanah humus. Seperti namanya, tanah humus merupakan jenis tanah nan tak diragukan kesuburannya. Tanah ini merupakan hasil pembusukan sisa-sisa pepohonan.
  1. Tanah pasir. Tanah berpasir identik dengan kegersangan sehingga tak cocok dijadikan loka bercocok tanam. Tekstur tanahnya berkerikil sebab merupakan bentukan dari batuan beku dan batuan sedimen.
  1. Tanah alluvial. Tanah jenis ini disebut juga tanah endapan. Lumpur sungai nan mengendap di dataran rendah akan membentuk tanah endapan. Umumnya, tanah ini memiliki taraf kesuburan nan baik, sehingga bisa digunakan buat bercocok tanam.
  1. Tanah podzolit. Sama seperti tanah endapan, tanah podzolit pun merupakan jenis tanah subur. Tanah di daerah pegunungan biasanya masuk dalam jenis tanah ini.
  1. Tanah vulkanik. Tanah ini memiliki kandungan unsur hara nan tinggi sehingga sangat subur. Tanah vulkanik bisa dikatakan hadiah dari letusan gunung berapi. Tanah vulkanik terdapat di daerah dekat lereng gunung berapi.
  1. Tanah laterit. Sebenarnya, tanah laterit merupakan jenis tanah nan subur. Curah hujan tinggi telah membuat unsur hara dari tanah ini larut sehingga kesuburannya hilang.
  1. Tanah mediteran. Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batu kapur sehingga tanahnya tak subur. Karena asal pembentukannya dari batu kapur, tanah mediteran disebut juga tanah kapur.
  1. Tanah gambut. Sinkron namanya, tanah gambut berada di sekitar rawa sehingga bahan dasarnya pun sudah niscaya hasil pembusukan tanaman nan tumbuh di rawa. Tanah nan disebut sebagai tanah organosol ini tak cocok dipakai sebagai huma pertanian.

Tanah atau lapisan kerak bumi ini dapat dibedakan menjadi, lapisan tanah atas, lapisan tanah bawah, dan lapisan batuan induk. Ketiga lapisan ini membentuk susunan tanah nan jika diuraikan akan sebagai berikut.

  1. Lapisan atas ialah lapisan nan berasal dari batu-batuan dan residu makhluk hayati nan telah wafat dan mengalami pelapukan. Tanah nan paling fertile dan dapat dimanfaatkan sebagai huma pertanian oleh manusia ialah di bagian lapisan atas ini.
  1. Lapisan tengah berasal dari bebatuan nan pada proses pelapukannya mengalami abrasi oleh air, sehingga bahan lapisan itu mengendap. Karena kandungan airnya banyak, maka tanah di lapisan tengah ini sangat liat, sehingga lebih dikenal sebagai tanah liat. Tanah liat dapat berwarna merah atau dapat pula berwarna putih.
  1. Lapisan bawah ialah lapisan tanah nan terdiri dari bongkahan-bongkahan batu dan bebatuan nan telah melapuk disela-selanya. Sehingga pada lapisan bawah ini ada dua jenis bahan pembentuk, yaitu bebatuan nan belum melapuk dan bebatuan nan sudah mengalami pelapukan.
  1. Lapisan batuan induk tersusun dari bebatuan padat dan berada dalam lapisan terdalam bumi.


Latosol Tipe Tanah Kebun

Latosol ialah salah satu tipe tanah kebun . Tanah kebun seperti ini kondisi fisiknya kering dan mengandung struktur segregat prismatik nan didominasi dengan solum sampai kedalaman 40 cm. Kondisi fisik tanah latosol dalam keadaan lembab atau di musim hujan nan curahnya tinggi, keadaan tanah akan likat dan licin.

Dengan demikian, cukup sulit ketika akan mengolahnya, terutama sebab mudah lengket pada alat pengolah tanah, seperti cangkul, tugal, dan cukil. Jenis tanah latosol dapat didapat sampai pada areal 600-800 meter di atas permukaan laut. Pada kondisi tanah seperti ini, tanaman nan cocok dibudidayakan ialah tembakau, jagung, lada, kecipir, lamtoro, kacang tanah, kapas, jeruk, bahkan juga padi gogo.

Apabila kontur tanah miring, pada saat penanaman harus dibuat terasering dengan slope mikro 2-5 %. Untuk menahan erosi sehubungan tanah latosol ini lembab dan likat pada musim hujan, pada bagian-bagian eksklusif harus diperkuat dengan penanaman perdu berakar semacam teh atau ki hujan di sepanjang kontur nan sama buat menahan erosi.

Pada tanah nan miring seperti ini, saluran drainase dibuat sejajar dengan kontur dan bertangga ke arah bawah atau nan dikenal dengan istilah goler kampak. Alasan pemilihan drainase model goler kampak ini buat menjaga agar arus air di permukaan pada saat terjadi hujan dapat diperlambat. Dengan demikian, memungkinkan akan lebih banyak waktu air buat meresap ke dalam tanah sekaligus dapat menghindari erosi.

Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan tanah latosol apalagi kalau pada kontur tanah nan miring, manakala akan diproduktifkan, sebaiknya pemilik huma mengombinasikan penanaman jenis tanaman nan berakar tunggang, tanaman berakar lebat nan dangkal, dan tanaman nan dibudidayakan.

Beberapa tanaman nan berakar tunggang dan dinilai baik ditanam di tanah jenis latosol dengan kontur tanah miring ini, misalnya lamtoro, pohon turi, dan kecipir. Sementara ki hujan, teh, sebagai contoh buat jenis tanaman berakar lebat, tapi dangkal.

Demikian uraian mengenai tanah kebun nan berjenis tanah latosol. Semoga pengetahuan tersebut bermanfaat dan menambah wawasan kita mengenai jenis tanah.