Pemaknaan Sinetron Cinta Fitri
Televisi memang menjadi kenyataan menarik khususnya bagi bangsa Indonesia. Televisi bukan lagi dianggap sebagai barang pelengkap kebutuhan, tetapi sudah menjadi kebutuhan utama. Hampir tak ada rumah tangga di Indonesia nan tak memiliki televisi. Salah satu acara nan digemari di televasi dan paling laris ditonton ialah sinetron.Jika berbicara tema ini maka sinetron Cinta Fitri layak dikedepankan.
Cerita Sinetron Cinta Fitri
Sinetron Cinta Fitri merupakan salah satu legenda dalam global pertelevisian Indonesia. Mungkin dapat dibandingkan dengan kehebatan film Ada Apa Dengan Cinta? di bidang penyitrenonan. Namun tentu jangan dibandingkan serial televisi dengan film.
Secara kualitas, kuantitas, maupun pemetaan pasar jelas akan jauh berbeda. Apalagi jika sudah berbicara tentang sinetron Indonesia. Sinetron Cinta Fitri pertama kali ditayangkan di salah satu televisi partikelir Indonesia tahun 2007. Sinetron ini layak dilabeli legenda di ranah itu sebab berbagai milestone nan dicapai. Sinetron ini bertahan selama empat tahun, tujuh musim, dengan 1002 episode.
Untuk itu, masa edar sinetron ini di bumi nusantara sama dengan lama waktu seorang mahasiswa menggapai gelar sarjana. Selama 1497 hari juga sinetron Cinta Fitri membuat penggemarnya penasaran menanti akhir cerita. Sinetron Cinta Fitri diklaim memiliki alur nan padat dan “tidak diduga”. Hal ini nan menjadi alasan mengapa sinetron ini banyak digemari di Indonesia.
Kisah sinetron Cinta Fitri bercerita sekitar kisah hayati seorang gadis desa bernama Fitri. Dia melakukan perjalanan ke barat buat mencari suami. Namun ternyata calon suaminya telah wafat. Namun, Fitri tak perlu resah sebab dia berjumpa Farrel. Farrel ialah pria tampan nan banyak memiliki masalah. Masalahnya meliputi tambatan hati sampai tambatan hati. Namun, cinta Fitri dan Farrel tak lekang oleh waktu badai tornado atau hujan nuklir sekalipun.
Namun sinetron tak akan bertahan selama empat tahun tanpa plot nan sederhana. Nah, plot nan luar biasa ini nan membuat banyak penonton penasaran dan betah disuapi sinetron Cinta Fitri. Jangan pernah bergembira terlalu lama, apalagi jika Anda ialah tokoh primer di sinetron Indonesia. Selalu saja ada aral melintang dan kesusahan nan menimpa. Suasana rumah juga tak dapat dibilang tenteram sebab masalah itu banyak datang dari keluarga sendiri.
Untuk menambah intrik selalu saja dimasukkan hal-hal nan mengejutkan. Salah satunya dapat dengan memasukkan tokoh baru. Di musim ketiga ada seseorang nan bernama Faiz mengaku sebagai keluarga sehingga mengganggu kenikmatan hak waris Farrel. Hal ini dimanfaatkan mantan pacarnya nan bengis buat masuk lebih ke dalam kehidupan Farrel dan keluarga. Faiz dan Mischa, sang mantan, menjadi duet andal dari pihak antagonis. Sekali lagi ketangguhan ikatan cinta Fitri dan Farrel mengalami ujian lagi.
Masalah menjadi meruncing ketika ayah Farrel dibunuh oleh duet maut antagonis. Hal ini membuat intrik semakin berbahaya. Kedua belah pihak menggunakan trik dan taktik ala Sun Tzu buat memenangi duel. Cerita berlanjut ketika Ibu Farrel menjadi korban gempa. Entah sebab mukjizat atau memang kesaktian, Lia, nama sang Ibu, mampu bertahan di antara reruntuhan gedung.
Namun ketika dalam perawatan dia mengalami percobaan pembunuhan oleh Mischa. Sekali lagi keajaiban terjadi, dia tersadar dari koma dan Mischa sukses diamankan. Mischa memang menjadi tokoh kegemaran dalam sinetron ini. Para penggemar niscaya gemas dan muak terhadap tokoh nan diperankan Dinda Kanya Dewi ini.
Mischa merupakan tokoh berlawanan nan tak ada matinya. Selalu saja ada planning busuk buat merusak kesucian dua sejoli Fitrti dan Farrel. Mungkin kejahatannya sebanding dengan Kathryn Merteuil di film Cruel Intentions. Wanita cantik dengan segudang plot dan keuletan buat mencapai tujuannya.
Kisah sinetron Cinta Fitri tentu berakhir bahagia. Fitri dan Farrel bersatu, dan Mischa akhirnya menerima “azab” dengan meninggal secara menyedihkan. Bahkan, dia baru dapat meninggal setelah mendapatkan maaf dari Farrel. Akhir senang seperti kisah Cinderella. Kejahatan sejahat apapun dianggap tak akan menang atas kebaikan.
Namun dari sudut terpisah, dapat dipandang tokoh nan berbuat dursila selama 4 tahun di global penyinetronan Indonesa, akhirnya meninggal dengan memperoleh maaf. Kebesara hati orang baik? Dengan berbagai hal dan alasan, sinetron Cinta Fitri dapat dianggap merupakan tayangan legendaris. Bahkan, dapat menandingi kenyataan sinetron Tersanjung. Sinetron nan pada era 90-an juga menghantui global sinetron di Indonesia.
Namun sinetron Cinta Fitri memiliki lebih banyak episode. Juga jangka waktu antarepisode nan tak terlalu jauh, seperti Tersanjung sehingga sinetron Cinta Fitri dianggap lebih “masuk akal”. Sinetron ini sering mendapatkan penghargaan dalam negeri. Antara lain penghargaan Panasonic Awards dan SCTV Awards. Penghargaan nan dicapai meliputi aktor dan aktris terfavorit, aktor dan aktris pendamping terfavorit dan drama seri terfavorit.
Dalam setiap tahunnya sinetron ini selalu memperoleh penghargaan atau setidaknya mendapatkan nominasi dari ajang tertentu. Hal in menunjukkan taraf popularitas sinetron ini di masyarakat Indonesia. Sinetron ini setiap tahun memiliki rating nan tinggi. Karena popularitas itu maka selalu dibuat lanjutannya.
Namun keputusan menghentikan sinetron setelah empat tahun dapat dibilang langkah bijaksana. Semua niscaya ada akhirnya. Lebih baik berhenti di saat terbaik, sebelum menjadi membosankan dan berhenti paksa dengan menyedihkan.
Pemaknaan Sinetron Cinta Fitri
Sinetron Cinta Fitri banyak memiliki penggemar. Tidak hanya tayang di Indonesia, negara tetangga seperti Malaysia juga menyajikan acara ini di salah satu stasiun televisi. Hal ini menunjukkan keperkasaan sinetron ini. Setelah empat tahun, apa peninggalan sinetron Cinta Fitri bagi penggemarnya? Sinetron ini mungkin banyak mempengaruhi persepsi penggemarnya. Hal ini bukanlah hal nan tak mungkin.
Menurut teori kultivasi nan dikembangkan George Gerbner dan Larry Gross, televisi dan acaranya dapat berpengaruh kepada pemirsanya. Televisi selaku media massa dapat membuat khalayak menemukan empiris semu. Empiris semu ini ialah empiris nan hanya ada di televisi, tetapi khalayak akan melihat bahwa itu merupakan hal nan terjadi juga di global nyata.
Sinetron sebagai produk komunikasi massa nan dinikmati lewat televisi, tak lepas dari peran serupa. Empiris ini dapat membuat penonton sinetron menyangka hal nan terjadi di sana merupakan fenomena nan memang terjadi. Hal ini menurut teori kultivasi dapat membuat imbas paranoia nan tak beralasan. Sinetron dapat menuntun pemirsa secara halus buat membentuk persepsi sinkron empiris semu di global layar kaca. Kekerasan, perselingkuhan, intrik nan tak pernah usai dianggap pemirsa terjadi juga di global konkret dan memang wajar.
Selain itu, merupakan suatu kewajaran jika ada pihak nan memang dursila dari lahir atau baik seperti malaikat.Padahal semua cerita, termasuk sinetron Cinta Fitri merupakan skenario belaka. Menjadi runyam ketika sinetron ini mengedepankan begitu banyak konflik, bahkan kadang kekerasan, baik fisik maupun psikis. Hal ini dapat berdampak seperti nan dikemukakan dalam teori di atas. Pemirsa memang kadang sadar bahwa hal nan terjadi di layar kaca memang suatu skenario.
Namun bagaimana jika nan merekam hal-hal negatif itu ialah alam bawah sadar? Untuk itu, teori kultivasi membagi pemirsa televisi menjadi dua. Pemirsa berat nan menonton televisi lebih dari empat jam setiap hari dan pemirsa ringan nan menonton kurang dari dua jam setiap hari. Imbas kultivasi ini banyaj terjadi di pemirsa taraf berat. Mereka lebih cepat percaya bahwa apa nan terjadi di layar kaca memang empiris nan ada di global nyata.
Sinetron Cinta Fitri sendiri berdurasi 60-90 menit. Tentu sinetron ini memegang andil cukup besar dalam membentuk empiris semu di masyarakat Indonesia selama 1497 hari masa edarnya. Semoga bermanfaat.