Percaya Diri dengan Sikap Natural
Tiada manusia nan diciptakan paripurna tanpa kekurangan. Setiap manusia telah dianugerahi kekurangan oleh Allah sebagai alat buat melengkapi kehidupan sosial. Tanpa adanya kekurangan, manusia akan hayati dalam keserakahan dan keegoisan sebab setiap individu merasa telah sempurna. Padahal, manusia diciptakan buat saling melengkapi kebutusan satu sama lain. Bersikap natural akan sangat membantu kehidupan sosial Anda.
Yang menjadi persoalan besar pada saat ini ialah banyaknya individu nan merasa kekurangannya ialah sebuah aib nan harus ditutupi. Masih sedikit orang nan mau mengasah kekurangannya menjadi suatu kelebihan nan berarti. Banyak orang nan akhirnya menggadaikan sikap natural mereka kepada gaya hayati nan sebenarnya bukan gaya hayati mereka. Mereka lebih bangga menjadi orang lain daripada bersikap menjadi diri mereka sendiri.
Mensyukuri Anugerah Tuhan
Bersikap natural ialah salah satu ungkapan rasa syukur kita terhadap Allah Swt. nan telah memberikan kita bentuk nan sebaik-baiknya. Sebagai contoh, mari kita lihat bagaimana seorang Ibnu Ummi Maktum ra nan buta dijadikan sebagai sahabat Nabi Muhammad saw. nan mulia sebab kelebihannya sebagai mu'adzin.
Kita juga lihat bagaimana seorang Abu Bakar ra nan kurus pada akhirnya menjadi pemimpin global Islam nan pertama setelah Rasulullah saw. wafat. Meskipun mereka hayati dengan kekurangan mereka, sesungguhnya hal itu tak menghalangi mereka buat menjadi orang nan mulia di hadapan manusia maupun di hadapan Sang Pencipta. Mereka tetap menonjolkan sikap natural mereka tanpa mengindahkan keadaan di sekitar mereka.
Bersikap natural ialah salah satu karakteristik seorang mukmin nan baik. Rasulullah saw. bersabda, "Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar." (H.R. Ahmad dan Abu Daud).
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa jika seorang nan beriman ditimpa musibah atau kekurangan, ia akan memuji Tuhannya sebab sadar bahwa setiap kekurangan ialah hadiah terselubung dari Sang Pencipta. Menilik sabda Nabi Muhammad saw. tersebut, bukan berarti sikap natural tak menjadi pokok perhatian.
Mari kita ambil contoh seseorang nan diberikan kekurangan oleh Allah berupa paras nan kurang latif dipandang. Kadang, seseorang merasa tak percaya diri dengan paras nan telah diberikan Sang Pencipta kepadanya. Pada akhirnya, ia lebih memilih buat melakukan operasi plastik atau susuk demi memperindah bentuk wajahnya sendiri. Padahal, sikap sabar pun seharusnya bisa menjadi 'operasi' bagi diri sendiri.
Pada kenyataannya, mungkin kita memang tak lebih dalam segi fisik. Tetapi, dapat jadi kita lebih dalam segi nan lain, seperti menyanyi, melukis, atau berolahraga.
Sikap natural berbeda dengan sikap taklid atau sikap latah terhadap mode nan tengah menjadi buah bibir di masyarakat. Ini ialah sebuah sikap nan diiringi prinsip nan jelas sehingga ketika seseorang ditanya mengenai prinsip dan sejarah dari perbuatannya, ia akan mengerti dan bisa menjawab dengan mudah.
Berbeda dengan orang nan terbiasa bersikap taklid. Mereka tak memiliki prinsip nan jelas, hanya bergantung pada mode, dan sekadar ingin ramai. Jika mereka ditanya mengenai prinsip dari perbuatan mereka, mereka akan menjawab dengan jawaban nan tak memuaskan dan terkesan bertele-tele. Mereka jauh dari rasa bersyukur dan terlalu mengultuskan gaya hayati nan terlalu megah atau terlalu aneh.
Trik Meningkatkan Rasa Syukur, Sabar, dan Sikap Natural
Bagi nan masih sulit buat mensyukuri kekurangan nan ada pada diri masing-masing, Anda tak perlu khawatir. Ada beberapa trik buat meningkatkan rasa syukur, sabar, dan sikap natural Anda dalam hidup, di antaranya ialah sebagai berikut.
-
Lihatlah orang-orang di bawah Anda.
Kadang, kita kurang bersyukur sebab terlalu banyak melihat keadaan orang nan lebih hebat daripada kita. Padahal, itu hanya akan menambah rasa pesimis kita buat meraih sesuatu nan lebih baik. Di dalam agama juga disebutkan," Pandanglah orang nan ada di bawahmu dan jangan memandang kepada orang nan ada di atasmu, sebab itu akan lebih layak bagimu buat tak menghina kenikmatan Allah untukmu."(H.R. Muslim).
Hal ini tak hanya menjadi pelajaran bagi umat Islam, tapi bagi seluruh umat manusia nan sering mengeluh sebab merasa keadaannya selalu kurang dari orang lain. Padahal, kita tak sadar bahwa masih banyak orang nan lebih jelek keadaannya daripada kita. Bersyukurlah.
-
Lihatlah prestasi orang-orang cacat.
Cacat fisik bukan berarti stigma secara total. Buktinya, banyak orang di luar negeri nan berprestasi meskipun dengan kekurangan anggota tubuh. Dengan stigma fisik nan mereka miliki sejak lahir atau sebab kecelakaan, mereka terus mengasah kemampuan mereka dalam bidangnya masing-masing.
Cobalah bandingkan dengan kita nan justru malu terhadap kekurangan nan kita miliki, padahal anggota tubuh kita lengkap. Mereka tak menghiraukan ocehan orang, sikap apa adanya mereka tetap mereka tonjolkan meskipun mereka kekurangan. Hal ini hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita buat meningkatkan rasa syukur, sabar, dan sikap natural di dalam kehidupan sehari-hari.
-
Berprasangka baik kepada Sang Pencipta.
Hal nan juga menjadi sorotan primer buat meningkatkan rasa syukur kita ialah dengan berprasangka baik terhadap Zat nan telah menciptakan kita. Tidak ada satu pun makhluk kreasi Allah nan bersifat sia-sia, bahkan seekor lalat. Dalam kitab kudus alquran telah disebutkan, "Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau nan lebih rendah dari itu." (Q.S. al-Baqarah: 26).
Hal tersebut menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia, bahwa Allah menicptakan segala sesuatu dengan manfaatnya. Oleh sebab itu, kita harus merenungkan pemberian Allah buat menjadikan diri kita sebagai orang nan mempertahankan sikap natural pada setiap aspek kehidupan.
Percaya Diri dengan Sikap Natural
Terdapat suatu kisah mengenai seorang nan tak memiliki tangan kiri. Ia sangat berambisi menjadi seorang petarung profesional dan bertarung di laga pertarungan dunia. Ia pun menemui seorang pakar beladiri buat berlatih meskipun dengan kekurangan nan ia miliki. Pakar beladiri itu pun menyetujui buat mengajarkannya beladiri.
Akan tetapi, selama ia melatihnya, ia tak pernah mengajarkan jurus-jurus nan mematikan, ia hanya mengajarkannya jurus sederhana dan terus diulang-ulang. Orang nan stigma tadi bertanya kepada si pakar beladiri, "Mengapa hanya jurus ini nan aku dapatkan?" Sang pakar beladiri hanya berkata, "Bertarunglah terlebih dahulu, kelak kau akan memahami."
Akhirnya, orang stigma tadi masuk ke dalam arena pertarungan pertamanya hanya dengan berbekal satu jurus sederhana dari sang pakar beladiri. Ia pun bisa mengalahkan lawannya dengan sangat mudah. Namun, seusai bertarung ia mendatangi sang pakar beladiri dan mempertanyakan hal nan serupa dengan sebelumnya, "Aku masih tak mengerti mengapa saya hanya mendapatkan jurus ini. Aku ingin mempelajari jurus lain nan lebih keren seperti orang lain."
Sang pakar beladiri dengan tenang menjawab, "Bertarunglah dengan jurus itu, kelak kamu akan memahami." Peristiwa itu berulang hingga akhirnya ia menjadi kampiun dunia. Namun, ia masih mempertanyakan hal nan sama kepada gurunya tersebut, "Guru, sudah sejauh ini saya hanya tahu satu jurus. Aku malu dengan petarung lain nan dapat banyak jurus."
Sang pakar beladiri kemudian berkata, "Tetapi kamu kampiun sekarang, mengapa meminta lebih?" "Karena saya malu dilihat oleh orang lain karena saya hanya tahu satu jurus." "Tidakkah kamu memperhatikan bahwa menjadi dirimu sendiri ialah suatu anugerah nan hendaknya kamu syukuri. Jurusmu itu sederhana, tapi sangat ampuh bagimu."
" Apakah tak ada nan bisa mengalahkan jurusku ini?" " Ada, tetapi hanya jika kamu mempunyai tangan kiri. Sementara, kamu sendiri tak memiliki tangan kiri. Sekarang kamu paham kan? Kekurangan nan Tuhan berikan untukmu ialah kelebihan nan tidak terkalahkan bagimu." Lelaki stigma itu pun kemudian tersenyum dan sang pakar beladiri akhirnya mengajarkan jurus nan lain kepadanya setelah mendidiknya buat merendahkan hati dan bersikap apa adanya.
Kisah nan telah diceritakan di atas hendaknya menjadi pemicu bagi diri kita buat lebih percaya diri dengan diri kita sendiri. Kadang, hal nan kita anggap sebagai kekurangan rupanya menjadi kelebihan tersendiri nan tidak terduga. Terbukti bukan bahwa Tuhan tak menciptakan sesuatu dengan sia-sia? Mari kita belajar buat bersikap natural sedini mungkin.