Lukisan Batik

Lukisan Batik

Tahun 2010 ialah tahun di mana seni batik Indonesia begitu disayangi oleh seluruh bangsa Indonesia. Klaim batik oleh Malaysia, membuat bangsa Indonesia marah. Dari peristiwa tersebut, bangsa Indonesia belajar akan makna sesuatu nan dipertahankan atas dasar rasa cinta dan nasionalis. Sebuah kegiatan melakukan gerakan komunal atas dasar kebersamaan.

Batik nan dulu hanya berfungsi sebagai busana, sekarang dipakai dengan keberagaman fungsi. Batik dapat dijadikan sebagai pelengkap interior seperti taplak meja, tirai, hiasan dinding, sarung bantal, sarung kursi, pelapis jok kursi, tirai, bahkan diolah menjadi suvenir.

Mengapa batik begitu diinginkan oleh negara lain? Jawaban itu dapat kita temukan dengan mengetahui apa dan seperti apa batik itu, sehingga kita sebagai bangsa Indonesia tahu bagaimana memperlakukan batik dan juga seni, kesenian bangsa sendiri.



Sejarah Batik

Batik sudah ada dari zaman prasejarah. Hal ini terbukti dengan ditemukannya keramik dari zaman neolithikum dan zaman logam dengan motif batik. Ornamen batik sudah ada di zaman prasejarah, seperti motif geometris dan ragam hias perlambangan.

Perkembangan seni batik makin terlihat pada zaman Indonesia kuno. Dengan pengaruh Hindu, muncul beberapa motif seperti sayap garuda, teratai, dan sebagainya. Sesudah zaman Indonesia kuno, batik mengalami pembaharuan pada zaman nan disebut sebagai zaman madya. Ketika datang pengaruh Islam, lahirlah motif kaligrafi huruf Arab.

Pengaruh budaya Cina juga tampak dalam ragam batik Indonesia, dalam hal warna-warna nan orientalis dan mencolok. Sedangkan pada motif muncullah motif awan, gunung batu, burung phonic. Motif ini dapat ditemukan pada batik pesisir, seperti batik Cirebon dan Pekalongan.



Ragam Hias Batik

Ragam hias batik merupakan aktualisasi diri jati diri lingkungan pembuatnya. Ragam hias dalam batik biasanya menyaratkan simbol dan makna terhadap sesuatu nan ingin disampaikan pembuatnya. Kelahiran ragam hias dalam batik tak lepas dari kebudayaan dan pengaruh sosial politik di mana ragam tersebut diciptakan.

Ragam hias batik Indonesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ragam hias keraton dan ragam hias pesisir.



1. Batik Keraton

Batik keraton ialah batik nan tumbuh dan berkembang di lingkungan keraton, khususnya keraton di Jawa Tengah. Batik keraton sarat akan makna dan falsafah Jawa. Warnanya dominan indigo (biru), sogan (kecokelatan), hitam, putih, dan keabuan. Fungsi pada batik keraton ialah sebagai nilai ibadah. Hal inilah nan menyebabkan batik keraton penuh dengan perlambang dan arti



2. Batik Pesisir

Batik pesisir ialah batik nan tumbuh dan berkembang di lingkungan pesisir. Contohnya Cirebon dan Pekalongan. Pada batik pesisir, rona nan dihasilkan lebih beragam. Ciri-ciri pada batik ini selain rona nan naturalis, pengaruh kebudayaan asing terlihat kuat.

Hal tersebut bisa dilihat bagaimana luwesnya motif nan diciptakan. Fungsi batik pada masyarakat pesisir ialah sebagai barang dagangan. Inilah nan menyebabkan batik pesisir lebih luwes dalam mengadaptasi corak dan warna.



Lukisan Batik

Lukisan batik ialah sebuah bentuk seni antik nan secara sistematis menerapkan lilin dan pewarna buat kain - biasanya katun - buat membuat lukisan. lukisan Batik antik biasanya menggambarkan hewan atau pemandangan alam, tapi dapat dalam bentuk abstrak atau membayangkan apapun nan mengandung kesan artistik nan kuat.

Awal lukisan batik tentu saja dari Indonesia, dan tersebar di daerah India dan Asia lain. Bentuk seni ini sekarang ditemukan di seluruh dunia, dan perguruan tinggi seni di banyak negara mengajarkan teknik ini. Lukisan batik bisa diterapkan pada pakaian, kain epilog furniture, dan hiasan dinding.

Dari sisi tekninya, lukisan batik telah tercatat bermula di Indonesia hingga 2.100 tahun nan lalu dan merupakan seni tradisional Indonesia nan telah turun-temurun. Uniknya seni ini juga ditemukan di makam-makam Mesir,. Pada awal 1900-an, lukisan batik ini berkesan sangat modis di Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Kata "batik" nan berasal dari kata ambatik Indonesia nan berarti "kain dengan titik-titik."

Meskipun lukisan Batik modern menggunakan cat berbasis air, proses Batik antik masih menggunakan pewarna, lilin, dan kapas atau kain sutra. Setelah kain dicuci dan setiap pati dihapus, sketsa arang dibuat pada kain. Setelah sketsa selesai, lilin khusus, mengandung lilin lebah dan resin, digunakan buat mengisi daerah-daerah sketsa nan tak akan dicelup.

Proses selanjutnya ialah prroses instrumentasi penulisan, dengan pena-yang juga disebut janting di India dan canting di Indonesia nan digunakan buat tujuan mengisi pola. Setelah penerapan lilin itu selesai, kain itu dicelupkan ke dalam rona nan diinginkan dari pewarna alami dan kemudian dengan lembut dicuci.

Proses ini harus diulang buat setiap rona seniman ingin sertakan dalam lukisan itu. Seni antik selalu dimulai dengan rona terang dan berakhir dengan rona gelap. Ketika potongan selesai, setiap lilin nan tersisa telah dihapus dan lukisan itu dicelupkan ke dalam larutan asam sulfat encer buat mengatur warna.

Lukisan batik juga sempat diperkenalkan ke Afrika pada tahun 1960. Sekitar tahun 1976, suatu proses baru dikembangkan oleh artis seperti Henry Lutalo Lumu, nan mempelajari bentuk kuno. Memilih buat memulai dengan rona gelap bukan cahaya, ia menggunakan kuas buat mengaplikasikan rona daripada mencelupkan kain seluruh pewarna. Lilin nan digunakan buat menutup rona di tempat. Sebuah teknik nan disebut "fragmentasi" juga dikembangkan buat menambah kedalaman latar belakang.

Menggunakan proses baru memungkinkan artis buat memiliki kontrol lebih atas pewarnaan, tekstur, dan shading dari potongan-potongan dibuat, menambahkan kedalaman ke karya seni tak terlihat sebelumnya. Proses Afrika disebut sebagai metode lukisan Batik Modern. Batik modern lukisan bisa tradisional, tetapi banyak menggambarkan modern, realistis tampak subjek atau sering abstrak.



Fabrifikasi Batik

Sementara batik nan modern diproduksi secara massal, batik kain sering dibuat dengan donasi dari proses sablon stamp dan printer, batik tradisional nan dibuat dengan pola digambar tangan masih tersedia, dan dikenal sebagai batik tulis.

Teknik Lilin tampaknya digambarkan antik dan lama, oleh sebab itulah. Kain diproduksi menggunakan metode nan lebih massif, dibandingkan metode antik peninggalan peradaban lampau.

Sehingga batik antik menjadi mahal harganya, dan beberapa spesimen nan sangat tua di buru oleh kolektor, sedangkan dokumentasi proses di simpan dalam Museum Batik Indonesia. Di sana, batik, sejarahnya dapat dilihat secara menyeluruh dan mengapa batik, menjadi sangat meluas setelah abad ke-18, dan membuat banyak negara-negara Asia lainnya, termasuk Thailand dan Malaysia juga memproduksi kain batik.

Untuk produksi massal, sablon stamping, dan perangkat pencetakan bisa digunakan buat menerapkan lilin, dan beberapa produsen tak menggunakan teknik lilin, lebih memilih metode lain buat menghasilkan pola batik nan dicetak instan.

Kain batik nan diproduksi secara tradisional tentu saja cukup mahal, sebab bisa mengambil waktu nan sangat lama buat selesai di buat, terutama dalam kasus kain nan di padu dengan benang emas, wow.

Beberapa contoh nan sangat baik seni batik Indonesia, sebagai kain tradisional bisa dilihat dipamerkan di museum dan kadang-kadang digunakan pada acara budaya seperti demonstrasi tarian tradisional. Penarinya, dan para perias tari tradisional nan membawakan batik, akan bahagia buat berbagi informasi tentang kualitas baju mereka, dan bisa memberikan rincian lebih lanjut tentang pola kain dan maknanya.