Pelajaran Hayati Dari Sajak Cinta " Juni di akhirmu"
Sajak cinta banyak diminati, terutama oleh muda-mudi. Karena cinta ialah sarapan nan mengenyangkan, maka cinta tidak kan pernah habis diris, dikupas, dicecap nikmatnya.
Oleh karena itu sajak cinta selalui hadir mewarnai indahnya perbedaan makna cinta.
Bagi para pemabuk cinta, sajak cinta bak anngur nan bearoma, sehingga kehadirannya semakin membuat cinta bertambah terasa indahnya.
Demikian juga sajak cinta nan menggambarkan kepedihan, rasa kecewa atas penghianatan cinta, atau patah hati nan mengenaskan di dada.
Sajak cinta bagaikan benang jahit pada luka menganga, sekalipun terasa sakit, tetapi keindahannya dapat mengubah nespata menjadi untaian hikmah. Semakin terasa pedih, justru semakin membuat sajak cinta semakin menyentuh rasa.
Sebagaimana halnya cinta nan memiliki multi dimensi, maka sajak cinta tak hanya mendedangkan romantika percintaan antar pasangan asmara. Sajak cinta dapat membawakan makna cinta nan luhur dan agung.
Ada sajak cinta kepada Tuhan, sajak cinta untuk Ibu, sajak cinta bagi tanah air, sajak cinta bagi seorang sahabat, dan juga sajak cinta persaudaraan.
Karena cinta memenuhi semua ruang kehidupan, maka sajak cinta dapat mengembang di mana saja. Buktikan dengan sajak cinta berikut ini.
Apakah kedalaman cinta nan tertuang dalam sajak ini melukiskan interaksi percintaan antara dua insan dalam bingakai asmara? Coba kita baca.
Contoh Sajak Cinta
Juni di Akhirmu,
oleh: Nina Yuliana:adikku
waktu nan memakuku
di juni
kala bulan pucat
senandungkan
balada luka
kudengar
lirihnya kesakitan
saat kutingkahi
nada itu
dengan gemulai
tarianku
kurasa
helaan napas
yang tidak puas:
mengeja
waktu nan memakuku
di juni
ketika matahari
tak mau lagi
sembunyikan diri
kudengar bisikan;
"maafkan, sebab malam
harus berganti pagi"
Ternyata sajak cinta ini bukan buat kekasih asmara, tetapi sajak dari seorang kakak atas kematian sang adik nan begitu mengharukan. Tentu hanya sebab alasan cinta sajak yag latif dan menghanyutkan ini dituliskan. Sehingga layak sajak ini disebut juga sebagai sajak cinta.
Bagi pembaca nan tak memahami atar belakang penulisannya, dapat juga akan terbawa pada pemahaman percintaan asmara. Tidak salah memang, sebab setiap pembaca punya hak interprestasi masing-masing. Sepanjang rasa estetika bisa sampai di hati penikmatnya, sebuah sajak cinta dapat menjadi apa saja di benak pembaca nan berbeda-beda.
Coba kita urai sedikit hal ikwal sajak cinta ini, agar kita bisa membaca lebih dalam makna nan tersembunyi dari untaian kata nan latif ini. Mungkin juga diperlukan bagi pembaca nan ingin belajar menulis sajak cinta, sebab dengan memahami latar belakang penulisan, kita akan tahu proses kelahiran sebuah sajak cinta.
Latar Belakang Penulis Sajak Cinta "Juni di Akhirku"
Nina Yuliana ialah penulis sajak cinta ini. Mungkin tidak banyak nan tahu dengan penyair wanita nan satu ini. Ia memang bukan penyair aktif nan rajin mengadakan pentas atau mempublikasikan hasil karyanya lewat buku. Tapi dialah salah satu pendiri milis sastra di Indonesia nan jumlah anggotanya mencapai ribuan.
Hasil karyanya bertebaran di global maya, banyaknya orang nan telah mengakses karyanya, pertanda puisinya diminati dan banyak nan suka. Baik berupa sajak cinta maupun sajak sajak lain nan beraneka macam tema.
Dia pulalah nan memprakasai diadakannya kegiatan Sastra Reboan, di samping nama lainnya seperti Ilenk Rembulan, Yonathan Raharjo, Zay Lawanglangit, dan Budhi Setiawan di Warung Apresiasi (Wapres) Bulungan, Jakarta Selatan.
Perlahan tapi pasti, komunitas Sastra Reboan kian lama kian banyak diminati. Terlihat dari ramai dan antusiasnya para pengunjung di setiap hari Rabu, minggu pertama awal bulan. Saat ini, kehadiran di global kepenyairan tanah air sudah mulai diperhitungkan.
Kesedihan nan bergumam dalam Sajak Cinta "Juni di Akhirmu"
Juni di Akhirmu ialah puisi nan menggambarkan kesedihannya nan mendalam dampak kematian adiknya tercinta. Sang adik ialah sosok nan sengat dekat dengannya semasa hidup, wajar bila ia sangat kehilangan.
Di sela suara lirih kesakitan dan helaan napas tertahan maut menjemput mangabaikan perasaan. Masih ia coba buat menghibur dan mendamaikan saat detik-detik kepulangan menemui Tuhan dalam pelukan.
Secara holistik pesan nan tertangkap dalam puisi ini seperti kesedihan nan bergumam. Ada rasa kehilangan, ketegaran, dan keikhlasan dalam waktu bersamaan, sehingga kesedihannya seakan "tak keluar" dan hanya bergumam.
Nuansa kehilangan tercermin pada bait "adikku, waktu nan memakuku di Juni", seolah ia takkan pernah dapat melupakan peristiwa sedih ini selamanya. Kata "memaku" memperkuat kesan itu, seperti kejadian tragis lainnya nan tidak akan hilang dari ingatan.
Penggunaan kata "pucat" pada kalimat "kala bulan pucat", juga memperkuat perbedaan makna sedih, tentu akan berbeda bila menggunakan kata putih, redup atau temaram, misalnya. Suasana batin "penuh ketegaran" terasa pada kalimat "kudengar lirihnya kesakitan saat kutingkahi nada itu dengan gemulai tarianku".
Di saat kematian menjelang masih ia coba melakukan nan ia bisa. Memberikan pertolongan, menghibur, menentramkan, walau ia tahu waktu kan tidak berpihak. Ia sadar sebentar lagi malaikat maut kan datang menjemput, namun ia tetap tegar.
Pada akhirnya keikhlasan nan dapat ia lakukan. Tercermin pada bait "Maafkan, sebab malam harus berganti pagi". "Malam" mengandung makna kejadian nan tak menyenangkan, sesuatu nan pahit, kelam, gelap, atau peristiwa jelek lainnya. Sedangkan kata "pagi" menyimbolkan hari nan berganti, semangat atau membuka lembaran baru.
Jadi, kalimat "Maafkan, sebab malam harus berganti pagi", seakan ia ingin mengajak dan berkata "Sudahlah kita ikhlaskan saja, marilah kita tatap hari esok!" Suatu perumpamaan dengan pilihan kata nan luar biasa.
Pelajaran Hayati Dari Sajak Cinta " Juni di akhirmu"
Sebagai sebuah karya seni, sajak cinta bukan sekedar alat pemuas rasa belaka, tetapi karya nan baik selalu dituntut buat membawakan misi nan baik dalam ungkapan sajaknya. Karena tujuan penulisan, selain buat enak dinikmati, juga harus bisa memberi akibat perubahan nan positip bagi pembacanya. Pesan nan ingin disampaikan oleh penulis harus sampai pada pembaca.
Setidaknya ada dua pelajaran hayati nan dapat diambil dalam puisi ini, yaitu:
1. Ketegaran menghadapi kenyataan
Ketegaran saat menghadapi fenomena hidup, tak banyak orang nan dapat melakukannya. Apalagi berpisah secara tiba-tiba dengan orang nan dicintai, untuk sebagian orang bukanlah perkara mudah. Namun, puisi ini seolah mengajarkan bagaimana seharusnya bersikap saat menghadapi fenomena nan tidak mengenakkan. Hal itu jelas terungkap pada baris-baris pamungkas, di situ kerelaan tergambar dengan sangat mengesankan.
2. Keikhlasan menghadapi kematian
Kematian ialah sesuatu nan cepat atau lambat niscaya akan terjadi, oleh karenanya hadapilah fenomena ini. Tak ada gunanya melakukan pengingkaran dan berlarut-larut dalam kesedihan, ikhlaskan dan hadapi dengan penuh keberanian. Sajak cinta ini menegaskan akan besarnya rasa cinta dan kesediaan menerima ketentuan dari nan Maha Cinta. Demikian teraduk dalam satu paduan nan sangat memukau hati.
Demikian ulasan singkat seputar sajak cinta, semoga kita semakin mengenal puisi, dan makin tahu bagaimana puisi cinta diahirkan. Dan juga semoga kita semakin menghargai rasa cinta nan ada di dalam hati. Betapa cinta ialah sesuatu nan luhur dan begitu dalam menempati ruang hati anak manusia.