Petani Gunung Kidul, Akrab dengan Tanah Tandus

Petani Gunung Kidul, Akrab dengan Tanah Tandus

Indonesia terkenal dengan tanahnya nan subur, setidaknya di kalangan masyarakat Indonesia itu sendiri. Berbagai tanaman tumbuh di Indonesia. Meskipun demikian, tak semuanya wilayah di Indonesia memiliki tanah nan subur. Ada beberapa daerah nan tanahnya berada pada kategori tanah tandus .

Tinggal di wilayah nan tepat dilewati oleh garis khatulistiwa memberikan banyak keuntungan. SInar matahari nan cukup dan curah hujan nan juga cukup membuat tanah di negara ini tergolong sebagai tanah nan subur. Berbagai tumbuhan nan tak ada di Eropa, tumbuh fertile di sini.

Kesuburan tanah Indonesia ini jugalah nan secara tak langsung menjadi penyebab terjadinya penjajahan. Tanaman seperti rempah-rempah nan mampu menghangatkan badan menjadi incaran para penjajah Eropa nan memang membutuhkan tanaman itu buat negaranya nan dingin.

Tanaman rempah-rempah tentu saja tak dapat tumbuh di tanah nan semabarangan. Dan sebuah anugerah bahwa Indonesia memiliki tanah nan bagus buat pertumbuhan tanaman-tanaman tersebut. Kandungan humusnya cukup tinggi, sehingga menjamin loka buat tumbuh fertile tanaman nan hayati di atasnya.

Sayangnya, memang tak semua wilayah Indonesia dapat merasakan nikmatnya hayati di atas tanah nan subur. Ada beberapa masyarakat Indonesia nan hayati wilayah dengan keadaan tanah nan tak bagus atau bahkan buruk sama sekali atau tanah tandus.



Apa Itu Tanah Tandus?

Tanah tandus merupakan tanah dengan taraf kesuburan nan rendah. Kandungan humus pada tanah jenis ini juga rendah. Sehingga, tak bagus dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Hasil tanam akan tak maksimal, atau bahkan tanaman tak akan tumbuh sama sekali.

Faktor nan membuat tanah berpredikat sebagai tanah tandus ialah hilangnya kandungan humus dalam tanah. Penyebabnya dapat bermacam-macam. Berikut ialah penyebab tanah menjadi tandus.

  1. Erosi. Erosi ialah proses abrasi tanah. Tanah nan terkikis terdiri dari bagian-bagian tanah seperti batuan atau sedimen. Erosi dapat disebabkan oleh curah hujan. Namun, curah hujan sesungguhnya tak akan menyebabkan erosi jika manusia tak melakukan penambangan liar, pembakaran hutan dan penambangan nan berlebihan.
  1. Jika tanah tandus terletak berdekatan dengan pabrik atau perusahaan nan mengeluarkan limbah. Penyebab nan bisa dipastikan ialah tercemarnya tanah oleh limbah dari pabrik atau perusahaan tersebut. Kandungan kimia nan terdapat pada limbah menjadi penyebabnya.
  1. Tanah tak diremajakan. Siapa bilang menjadi petani ialah pekerjaan mudah. Selain dituntut buat dapat mengolah dengan baik, petani juga berkewajiban buat terus menjaga kadar kesuburan tanah. Jika tidak, lama-kelamaan tanah nan dimanfaatkan tersebut dapat kehilangan kesuburannya. Akibatnya, jadilah tanah tersebut sebagai tanah tandus.


Tanah Tandus di Gunung Kidul

Tanah tandus berkapur di Gunung Kidul telah menyebabkan daerah ini kekurangan air pada setiap musim kemarau setiap tahunnya. Air higienis nan berwarna bening dan tak berbau ialah sesuatu nan sangat istimewa dan berharga sama dengan seekor kambing buat setiap tanki bermuatan 6000 liter.

Kalau pun ada sumur, jeda air ke bibir sumur dapat mencapai 30 meter. Kadang air itu tidak terlihat dari bibir sumur. Bagaimanakah masyarakat Gunung Kidul bergaul dengan tanah tandus berkapur nan ada di sekitarnya?

Cerita tentang masyarakat Gunung Kidul nan selalu identik dengan tanah tandus benar-benar mengajarkan kita buat selalu bersyukur. Bersyukur bahwa kita hayati di loka nan tak kesulitan air. Semoga nan malas mandi dan nan hobi buang-buang air buat hal nan tak penting, dapat belajar dari informasi nan ada pada artikel ini.



Petani Gunung Kidul, Akrab dengan Tanah Tandus

Banyak pihak nan dirugikan jika tanah dalam keadaan tandus. Terutama dan nan paling terlihat kesusahan ialah para petani. Bila mengadakan touring ke Gunung Kidul, salah satu kabupaten nan terletak di Selatan Yogyakarta, Anda akan menyaksikan jenis tanaman nan sama sepanjang jalan, yaitu singkong, pohon jati, jagung, kacang tanah, dan kacang mete.

Bukannya penduduk tak ingin menanam jenis tanaman palawija, tapi jenis tanah Gunung Kidul nan tandus dan berkapur membuat petani tak mempunyai banyak pilihan. Dengan kata lain, mereka terpaksa menanam tanaman-tanaman tersebut, sebab hanya tanaman jenis itulah nan bisa tumbuh di daerahnya.

Memikirkan jalan lain dan memutar otak ialah hal lain nan harus dilakukan oleh para petani Gunung Kidul. Salah satu cara nan dilakukan petani buat sedikit menyuburkan tanah tandusnya ialah dengan menanam kacang tanah. Kacang tanah dari Gunung Kidul cukup bagus.

Selain kacang tanah, petani juga memanfaatkan kotoran ternak, sapi, kerbau, ayam, dan kambing, sebagai pupuk kandang nan juga cukup bermanfaat bagi pembentukan unsur hara tanah. Pupuk kandang membantu para petani buat sedikit menyuburkan tanah di kampung mereka.



Kacang Mete, Jati, dan Wisata Minat Khusus, Potensi Tanah Tandus Gunung Kidul

Tanah tandus di daerah Gunung Kidul kebetulan tergolong sebagai tanah nan berkapur. Dan tanah jenis ini sangat disukai oleh tanaman kacang mete. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau tanaman ini menjadi emas putih nan sangat diandalkan oleh para penduduk Gunung Kidul. Selain itu, ada juga pohon jati nan juga menjadi tabungan bagi masyarakat.

Pohon-pohon jati tersebut terkadang terpaksa ditebang sebelum usia nan cukup tua. Uangnya buat membeli air higienis nan semakin langka pada saat musim kemarau.

Sebenarnya ada beberapa sungai bawah tanah nan ada di Gunung Kidul. Tapi, buat membuat tanah tersebut mengalir ke permukaan bukanlah hal nan mudah dan murah. Pemerintah telah berusaha mengangkat air tersebut ke permukaan. Proyek Bribin kini sudah memperlihatkan hasilnya.

Selain itu, saat ini pemerintah Gunung Kidul sedang mengembangkan wisata minat spesifik menyusuri goa-goa nan banyak terdapat di kabupaten dengan tanah berbukit-bukit ini.

Selain itu, hutan wisata Wanagama nan merupakan hutan protesis karya Universitas UGM juga menjadi loka wisata minat spesifik selain ada beberapa desa wisata nan menawarkan cara pembuatan batik dengan pewarna alami.

Masalah tanah tandus di daerah Gunung Kidul ini menyulitkan warga dalam hal mendapatkan air bersih. Karena kita sama-sama tahu bahwa tanah nan fertile ialah loka penyimpanan cadangan air, jika tanahnya tandus, air pun tak akan terserap dengan baik. Akibatnya, tanah tersebut tak memiliki cukup banyak cadangan air.

Tapi sepertinya, hal tersebut sudah sukses diatasi, setidaknya masyarakat Gunung Kidul dapat memanfaatkan keadaan nan tak biasa dan cenderung tak menguntungkan tersebut.



Tanah Tandus dan Pembangkit Listrik Tenaga Kotoran Manusia

Keadaan tanah tandus dan berkapur ternyata membuat beberapa penduduk Gunung Kidul menjadi sangat kreatif. Ada sebuah pesantren nan menggratiskan biaya pendidikan bagi para santrinya nan memegang kartu miskin dan SPP hanya Rp 20.000 bagi nan tak mempunyai kartu miskin. Tapi dengan syarat para santri itu mau dididik menjadi petani modern nan profesional dan cerdas.

Program nan ada di pesantren tersebut di antaranya ialah pembangkit listrik tenaga biogas nan berasal dari kotoran manusia. Jadi, jangan heran kalau Anda berkunjung ke pesantren itu, Anda dilarang pulang sebelum mengeluarkan kotoran di loka nan sudah disediakan. Kotoran alami Anda ialah souvenir nan sangat dinanti-nantikan oleh pesantren ini.

Selain program pembangkit listrik tenaga biogas, para santrinya diajarkan bagaimana memanfaatkan kotoran ternak berupa, sapi, kambing, dan kerbau nan menjadi ‘asuhan’ para santri tersebut.

Lalu, bagaimana mengatasi tanah tandus berkapur sehingga dapat ditanami tanaman palawija dan tanaman buah-buahan nan bermanfaat bagi kehidupan pesantren dan juga buat biaya pendidikan selama di pesantren tersebut.

Pesantren Al Hikmah namanya. Pesantren ini beralamat di Karang Mojo, Gunung Kidul. Ketuanya Harun Al Rasyid. Strata sekolah nan ada di sana ialah SMP, SMA, dan SMK Jurusan busana dan karya ukir.

Lulusan SMK langsung terserap di global kerja bahkan masih ada tawaran nan belum terpenuhi. Jumlah santrinya 700-an. Jumlah santri dan staf pengajar serta para pengunjung ternyata masih kurang buat memenuhi sasaran pembangkit listriknya.

Di Gunung Kidul ini kita sama-sama belajar, bahwa keterbatasan bukanlah halangan selama mau berusaha. Tanah tandus jelas menjadi masalah tersendiri nan cukup rumit bagi warganya. Tapi, mereka tak lantas berdiam diri. Upaya-upaya buat memanfaatkan kekurangan ini menjadi kelebihan ialah hal terbaik nan dilakukan masyarakat Gunung Kidul.