Beberapa Suku Primitif di Indonesia
Apa nan ada pikirkan pertama kali ketika mendengar kata suku primitif di Indonesia ? Sekumpulan orang bercawat dengan tindikan hidung dan telinga di pedalaman Papuakah? Atau ingatan Anda langsung melayang ke Suku Dayak di Pedalaman Kalimantan?
Indonesia sebagai negara kepulauan dan kemajemukan nan sangat beragama memiliki kekayaan budaya nan tak ternilai harganya. Salah satu kekayaan negara Indonesia ialah suku-suku pedalaman.
Namun, ada nan perlu Anda ketahui bahwa tak semua suku pedalaman merupakan suku primitif, karena seiring dengan kemajuan zaman, sudah banyak suku-suku pedalaman nan terbawa arus globalisasi .
Indonesia sebagai negara kepulauan nan terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil mempunyai jumlah penduduk nan sangat banyak dan tersebar. Penduduk Indonesia tersebut mendiami pulau-pulau baik nan sudah menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman, masih terisolir dari majunya peradaban, maupun nan sengaja mengasingkan diri dari kemajuan zaman.
Penduduk Indonesia nan sengaja mengasingkan diri itulah nan menyebabkan mereka terasing dan mempunyai kehidupan nan berbeda dengan penduduk Indonesia pada umumnya. Kehidupan mereka masih sangat tradisional, bahkan dapat dikatakan primitif.
Kata primitif bisa diartikan sebagai suatu Norma individu atau masyarakat nan belum terjamah oleh kemajuan peradaban. Kehidupan masyarakat primitif cenderung terkesan tak sopan dan tak mempunyai tatakrama.
Contohnya dalam berpakaian, masyarakat primitif cenderung tak mengenakan baju buat menutupi tubuhnya. Hanya bagian tubuh eksklusif saja nan mereka tutupi dengan bahan nan berasal dari kulit binatang , kulit kayu, kulit buah-buahan, dan lain-lain.
Kebiasaan tersebut tak hanya berlaku pada laki-laki, tetapi juga perempuan. Tentunya, bagi kita sebagai manusia nan sudah mengenal peradaban tentunya merasa aneh dan khawatir dengan cara berpakaian mereka bukan?
Perbedaan Suku Primitif Dan Suku Terasing
Adakah disparitas antara suku primitif dengan suku terasing? Sebelumnya telah diuraikan, bahwa suku primitif ialah suku nan benar-benar belum mengenal kebudayaan modern. Sedangkan suku terasing dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Suku terasing nan benar-benar belum mengenal dan tersentuh oleh kebudayaan modern, dalam hal ini, suku terasing terkategori sebagai suku primitif.
- Suku terasing nan sudah mengenal dan tersentuh oleh kemajuan kebudayaan modern, tetapi mereka masih mempertahankan dan berpegang teguh kepada kebudayaan nenek moyangnya. Suku terasing jenis ini sudah mau menerima beberapa unsur kebudayaan modern seperti cara berpakaian, sekolah, rumah, dan lain-lain.
Dengan demikian bisa diambil suatu konklusi bahwa suku terasing dapat menjadi bagian dari suku primitif tetapi tak semua suku terasing menjadi suku primitif. Beberapa contoh suku terasing nan sudah mulai mau menerima unsur-unsur kebudayaan modern, diantaranya:
1. Suku Dayak
Suku Dayak merupakan suku orisinil nan tinggal di wilayah pedalaman Kalimantan. Dayak merupakan slah satu suku primitif di Indonesia . Mereka hayati secara berkelompok dan nomaden atau berpindah-pindah tempat. Nama Suku Dayak diberikan oleh masyarakat pendatang seperti orang-orang Melayu atau orang-orang Bugis.
Suku Dayak mempunyai slogan “Menteng Ueh Mamut” nan artinya orang-orang nan mempunyai kekuatan dan gagah berani serta tak kenal menyerah atau putus asa.
Seiring dengan kemajuan zaman dan datangnya suku-suku lain dari wilayah Indonesia seperti Suku Jawa, Suku Bugis , Suku Melayu, dan suku-suku lainnya maka keberadaan Suku Dayak semakin terdesak.
Suku Dayak nan berpegang teguh kepada keyakinan nenek moyangnya mereka menyingkir ke hutan-hutan pedalaman dan melanjutkan kehidupannya di sana.
Sedangkan Suku Dayak nan mau menerima kaum pedatang mereka mulai berbaur dengan suku-suku lain dan secara perlahan-lahan mereka melepaskan kebudayaan lama dan mau menerima kebudayaan baru.
Suku Dayak nan sudah mau menerima kebudayaan baru, mulai meninggalkan paham animisme atau dinamisme nan merupakan kepercayaan nenek moyang mereka.
Mereka mulai memeluk agama seperti agama Islam atau agama Kristen. Mereka juga mulai menyekolahkan anak-anaknya, aktif melakukan kegiatan jual beli, mengenakan baju sebagaimana kita, dan berteman dengan masyarakat lainnya.
2. Suku Baduy
Suku Baduy merupakan suku orisinil dari provinsi Banten. Suku Baduy dikenal juga dengan sebutan suku Kanekes, mereka mendiami wilayah di sekitar Pegunungan Kendeng, Kabupaten Lebak.
Suku Baduy merupakan satu-satunya Suku Sunda nan masik eksis dan berpegang teguh kepada keyakinan nenek moyangnya. Populasi Suku Baduy diperkirakan masih berjumlah sekitar 5.000 sampai 8.000 jiwa.
Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar jika dibandingkan dengan suku-suku pedalaman nan ada di wilayah Indonesia lainnya. Keberadaan Suku Baduy tak terlepas dari perhatian pemerintah provinsi Banten nan berusaha buat tetap menjaga dan melestarikan keberadaan suku Baduy di wilayah Banten.
Seperti halnya Suku Dayak, Suku Baduy terbagi menjadi dua jenis, yaitu Suku Baduy dalam nan masih mempertahankan tradisi nenek moyang dengan tak mau menerima kebudayaan dari luar, sehingga mereka tampak primitif dan Suku Baduy luar yaitu Suku Baduy nan telah mau menerima kebudayaan dari luar.
Beberapa Suku Primitif di Indonesia
Berbeda dengan suku-suku pedalaman nan telah mau menerima pengaruh kebudayaan dari luar, kehidupan suku-suku primitif nan ada di Indonesia tampak mengerikan dan terkesan nyeleneh.
Misalnya saja mereka memakan daging buruan tanpa dimasak terlebih dahulu, hayati di atas rumah-rumah pohon nan menjulang tinggi, tak berpakaian sama sekali, dan bahkan ada nan bersifat kanibalisme. Mengerikan bukan?
Berikut ini penulis sajikan beberapa suku primitif nan ada di Indonesia nan benar-benar masih primtif belum ada sentuhan kebudayaan dan peradaan dari masyarakat luar.
1. Suku Korowai
Suku Korowai ialah salah satu suku primitif nan tinggal hutan-hutan pedalaman di Pulau Papua. Populasinya diperkirakan kurang dari 3.000 jiwa dan jumlahnya terus mengalami pengurangan dikarenakan perang antarsuku, terkena penyakit nan tak dapat disembuhkan, dan habitat nan semakin berkurang.
Suku Korowai hayati di atas rumah pohon nan tinggi menjulang, di mana ketinggiannya dapat mencapai 50 meter di atas permukaan tanah. Rumah pohon tersebut tak hanya tinggi menjulang tetapi juga berukuran sangat besar.
Diperkirakan setiap rumah pohon berukuran 6 m x 11 m x 7 m, nan terbagi atas dua ruangan, yaitu ruangan spesifik buat pria dan ruangan spesifik buat wanita. Rumah tersebut terbuat dari pelepah daun nipah dan kulit kayu nan dihaluskan.
Suku Korowai dipercaya melakukan praktek kanibalisme yaitu memakan daging manusia. Selain memakan daging manusia manusia, Suku Korowai juga memakan daging anjing, babi, dan binatang hutan lainnya.
2. Suku Kombai
Suku Kombai merupakan suku primitif lainnya nan tinggal di Pulau Papua. Suku Kombai pun hayati di atas rumah pohon. Kebutuhan hayati mereka dipenuhi dengan cara berburu dan meramu. Sayangnya belum ada penelitian lebih jauh mengenai kehidupan Suku Kombai dikarenakan Norma mereka nan nomaden.
3. Suku Dayak Ngayau
Ngayau sebenarnya hanya merupakan sebutan nan berarti memotong kepala musuh. Suku Dayak Ngayau ialah Suku Dayak nan masih bersifat primitif dan tinggal di hutan-hutan pedalaman Kalimantan. Seperti halnya Suku Korowai, Suku Dayak Ngayau dipercaya bersifat kanibalisme.
4. Suku Togutil
Suku Togutil merupakan suku primitif nan tinggal Kepulauan Halmahera Provinsi Maluku Utara. Diperkirakan populasi Suku Togutil hanya tinggal 85 keluarga. Cara berpakaian suku Togutil sama dengan Suku Korowai, Suku Kombai, dan Suku Dayak Ngayau di mana mereka tak mengenakan baju seperti kita melainkan hanya mengenakan cawat nan menutupi alat vital mereka.
Suku Togutil berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Tobelo dan bahasa Galela nan merupakan bahasa nenek moyang mereka.
Semoga keberadaan suku primitif di Indonesia mendapat perhatian dari pemerintah agar keberadaan mereka tetap lestari dan menjadi salah satu aset budaya nan tak ternilai harganya.