Pantaskah RA Kartini Disebut Pahlawan?
Beberapa orang di negeri ini mempertanyakan apakah pantas Pahlawan RA Kartin i di sebut sebagai Pahlawan Nasional dan juga sebagai lambang emansipasi wanita Indonesia. Bahkan pertanyaan- pertanyaan homogen mulai banyak bermunculan seputar ditemukan bukti-bukti bahwa RA Kartini merupakan bikinan kolonial waktu itu.
Pertanyaan-pertanyaan nan kerap timbul itu antara lain:
-
Pahlawan RA Kartini dalam memikirkan nasib perempuan Jawa dianggap tak konsisten nan mana dikatakan selalu berjuang demi emansipasi wanita supaya setara dengan pria.
-
Pahlawan RA Kartini tak pernah memperjuangkan dan berbicara mengenai bangsa atau suku lain, nan di perjuangkan hanya suku Jawa.
-
Pahlawan RA Kartini dalam menulis surat diragukan keaslian pemikirannya, sebab fenomena nan ada surat-surat itu sebagaian tak pernah ditemukan buktinya. Dan, diragukan pula apakah surat-surat itu benar-benar hasil pemikirannya.
-
Pahlawan RA Kartini tak pernah melakukan perlawanan kepada pihak penjajah, malah pada kenyataannya dekat berhubungan dengan banyak tokoh-tokoh kolonial. Dan, tidak pernah tercatat dalam sejarah bahwa Kartini berusaha mewujudkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia baik tulisan maupun pemikiran.
Kalau dikatakan berjuang demi negeri juga tak terlihat dalam hal apappun kecuali masalh emanssipasi nan diusung nan tidak lebih hanya pemikiran dari barat. Bandingkan dengan Pahlawan lain nan jelas-jelas memanggul senjata melwan penjajah seperti Cut Nyak Dien, Laksamana Malhayati, Cut Meutia, dan masih banyak lagi.
-
Pahlawan RA Kartini tak lebih hebat daripada Dewi sartika dalam hal pemikiran dan pendidikan bangsa, Kartini tak pernah terlihat dalam gerakan konkret di masyarakat. Sedangkan Dewi Sartika selain pemikiran beliau juga sukses mendirikan pendidikan bagi perempuan denga mnedirikan sekolah pada tahun 1902.
-
Dan nan terakhir, lebih banyak pahlawan nan ada di negeri ini bahkan lebih hebat lagi perjuangannya tetapi kenapa nan dimajukan dan selalu diperingati hanya Pahlawan RA kartini
Tujuan kolonial membentuknya buat menunjukan imej bahwa pandangan terhadap wanita dan ajaran dari baratlah nan cocok di pakai sebagai pegangan. Apalagi ketika itu Kartini bergabung dalam organisasi yahudi di masa penjajahan kolonial, sehingga pemikiran theosofi banyak mempengaruhi pemikiran Kartini muda.
Berdasarkan keputusan Presiden RI, No.108 Tahun 1964 Kartini di tetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Penghargaan nan diberikan kepada Pahlawan RA Kartini sebab dianggap sebagai Pahlawan sumbangsihnya kepada Negara ini buat kemajuan wanita Indonesia.
Meskipun pada fenomena segala pemikiran-pemikiran Kartini di pengaruhi tokoh-tokoh sosial feminis seperti Estella Zeehandelaar. Dan keputusan pemberian gelar Pahlawan RA Kartini ini juga menuai kritik di jaman Reformasi.
Dalam salah satu buku nan berjudul “Gerakan Theosofi di Indonesia” di sebutkan bahwa elite-elite kolonial waktu itu secara langsung dan tak langsung mendukung Kartini dalam gerakan nan dibuatnya dalam menujukan bahwa wanita setara dengan pria.
Dan, nan dilakukan para kolonial ini seolah menunjukan pembentukan rekayasa Kartin sebagai pembaharu wanita di Jawa. Salah satu fenomena ialah dekatnya Kartini dengan tokoh-tokoh elite kolonial, sebut saja Snouck Hurgronje, J.H abendron dan lainnya. Para elit ini jelas-jelas mempunyai paham kemanusiaan nan didasarkan pada paham theosofi dan freemason.
Ketika pemahaman itu berusaha menyatukan budaya barat kedalam budaya timur, dan di untuk supaya rakyat pribumi menerimannya.Dengan berbagai propaganda paham nan di jejalkan kolonial penduduk pribumi, kolonial berusaha membentuk pemikiran nan ada dengan pemahaman barat.
Mereka berusaha memasukakn segala peraturan, hukum, sistem pendidikan juga pemerintahan berdasarkan pemikiran dan cara orang barat berfikir. Tujuan mereka membuat rakyat kehilangan jati diri sebagai rakyat pribumi nan memegang pakem dimana mereka tinggal.
Bukti Kedekatan Pahlawan RA Kartini dengan Kolonial
Kartini banyak di dekati oleh para tokoh-tokoh Gerakan Politis Etis dan serin ada hubungan diantara mereka nan bahakan interaksi itu terdapat pula dalam isi suratnya.
Tokoh-tokoh gerakan nan mendekati Kartini antara lain nan di sebutkan dalam suratnya yaitu H.H Van Kol nan berasa dari Partai Sosialis Demokrat di Belanda, Conrad Theodore van Daventer berasal dari Partai Radikal Demokrat Di Belanda, K.F Holle penganut faham Humanis dan nan terakhir Snouck Hurgronye penganut paham Orientalis Penasihat Pemerintah Hindia Belanda.
Ada pula suami istri tokoh Humanis nan di rekomendasikan oleh Snouck Hurgronje nan bernama J.H Abendanon dan Ny Abendanon Mandri istrinya. Kolonial mendekati Kartini sebab mempunyai tujuan di balik semua pendidikan dan beasiswa nan di berikan selama ini, Belanda mendekati para priyayi Jawa buat di rekrut kemudian di beri pendidikan buat belajar kenegeri Belanda.
Ada beberapa forum beasiswa nan bertugas menjaring anak-anak priyayi ini dengan iming-iming beasiswa dan pendidikan keluar negeri.Lembaga beasiswa ini didirikan dan didanai oleh kelopok freemason, dimana nama dari forum itu ditujukan buat mencetak para pengabdi Kolonial Belanda.
Lembaga pemberi dana beasiswa ini memberikan dana buat para anak priyayi ini belajar ke barat, sehingga pemikirannya dapat terbentuk menurut anggaran ala barat dan setia sebagai teman setia dari Kolonial Belanda. Dan Kartini ialah salah satu nan berhubungan dengan mereka dengan saling berbagi pemikiran.Dimasa itu Kartini tidaklah begitu di kenal oleh banyak orang kecuali oleh beberapa kalangan elit Belanda.
Kalau dibanding dengan tokoh-tokoh wanita di Nusantara ini dalam masalah perjuangan, nan dilakukan Kartini hanya berupa wacana-wacana saja. Kartini baru di kenal setelah ada usulan dari C. Th van Daventer buat mendirikan yayasan Kartini pada tanggal 27 Juni 1913. Dari organisasi inilah ide Kartini di kenalkan kepada orang-orang Kolonial lain.
Pantaskah RA Kartini Disebut Pahlawan?
Mengapa harus kartini nan menjadi ikon perjuangan perempuan, dimana masih banyak Pahlawan nan lebih baik dalam meperjuangkan hak wanita seperti Dewi Sartika. Dan, kenapa pula Kartini harus diangkat menjadi Pahlawan Nasional? Pertanyaan ini selalu muncul dari mulut oarang-orang nan mengetahui fenomena sejarah sesungguhnya. Apakah ini sekedar rekayasa pengalihan Bangsa Indonesia dalam mengetahui Pahlawan nan pantas di sebut sebagai ikon perjuangan wanita Indonesia?
Dan, apakah Kartini hanya sekedar boneka nan di untuk oleh orang-orang Kolonial buat menanamkan ide-ide barat.Menurut peneliti sejarah Prof Harsja W Bachtiar, bahwa bangsa Indonesia dalam memperingati hari Kartini sebenarnya menjadikan Kartini sebagai ikon emansipasi bikinan belanda.
Menurut beliau pula Kartini terbentuk berdasarkan politis etis Belanda. Dan pemikiran Kartini juga menadapatkan pengaruh dari pemikiran perempuan yahudi nan menjadi teman bersurat kartini nan bernama Stella Zeehandelaar.
Dan, nan membuat Kartini lebih terkenal karenna penokohan nan di untuk oleh belanda kepada Kartini. Dan, salah satu tokoh sejarawan senior nan bernama Taufik Abdullah mengatakan Kartini hanya mitos hasil rekayasa kreasi Belanda.
Dan, salah satu bukti ialah hubungan nan dilakukan Kartini dengan oranisasi theosofi di Batavia nan bernama Oost en West ialah adanya surat menyurat nan dilakukan dengan salah satu anggota organisasi itu nan bernama Van Kol di daerah Agam Bukit Tinggi dimana didaerah itu juga berdiri loji theosofi.
Seperti nan tertulis dalam artikel Prof Harsja W Bachtiar bahwa Kartini merupakan pribadi nan di untuk oleh belanda buat mewakili pemikiran Barat. Bahwa, budaya barat serta pemikirannya lebih maju daripada pribumi, dan mampu memberi inspirasi bagi perempuan Indonesia.Dan proses asimilasi melalui Kartini ini sukses dengan selalu diperingati serta diangkatnya Kartini menjadi Pahlawan Nasional.
Bangsa Indonesia sukses diarahkan oleh Belanda sampai saat ini buat menokohkan sosok “pahlawan buatan” barat ini menjadi tokoh emansipasi wanita. Begitulah tulisan mengenai pahlawan RA Kartini.