Cermin Jiwa Sang Penyair
Chairil Anwar menulis banyak sajak puisi dengan majemuk tema. Puisi-puisi tema perjuangan nan cukup dikenal dari karya-karya Charil Anwar misalnya Krawang-Bekasi, Persetujuan dengan Bung Karno, Diponegoro dan sebagainya. Di samping menulis puisi-puisi bertema perjuangan, Chairil Anwar juga banyak menulis puisi bertema cinta, persahabatan dan alam. Puisi karya Chairil Anwar berjudul Doa merupakan puisi nan sedikit bertema religius. Puisi Alam karya Chairil Anwar diantaranya berjudul; Malam, Derai-derai Cemara, Malam di Pegunungan dan sebagainya.
Otak Seorang Penyair
Seorang penyair itu hayati dengan global di sekelilinginya. Biasanya ia akan membuat puisi nan berkaitan dengan global di sekitarnya itu. Ketika ia memandang langit, ia akan menuliskan puisi nan berkaitan dengan langit nan dihubungkan dengan apa nan sedang ia rasakan saat itu. Bila itu perasaan putus ada, ia akan menulis tentang betapa luasnya langit dan betapa tidak ada gunanya putus ada sebab niscaya masih ada loka di langit baginya buat berlabuh.
Bila ia sedang melihat api, dapat jadi ia akan menulis tentang barah apa adanya tanpa dihubungkan ke hal nan lain. Dapat jadi juga ia menulis puisi tentang barah nan ia hubungkan dengan kehidupan nan membara atau ia hubungkan filsafat barah kepada keadaan alam nan meranggas dan merana sebab hujan tidak kunjungi menghampiri bumi. Filsafat barah juga dapat dihubungkan ke tingkah laku manusia. Semua tentang barah diarahkan kepada satu kisah tentang kontradiksi antara cinta dan benci. Apapun dapat dikaitkan dengan sesuatu nan dijadikan metafora rangkaian kata dalam puisi.
Seorang Chairil Anwar sangat pandai mengaitkan satu peristiwa dengan peristiwa nan lainnya. Apa nan ia lihat dan apa nan ia pandang dapat menjadi satu rangkaian kisah nan berkisah dalam puisinya. Itulah mengapa puisi Chairil Anwar seakan menjadi satu puisi abadi nan dapat dijadikan contoh bagi para penyair nan lahir sesudahnya. Mungkin juga sebab kekuatan batin dan perasaannya ketika menuliskan puisi itu akhirnya membuat rangkaian kata-kata dalam puisi Chairil Anwar seakan mampu menghipnotis hati dan perasaan nan membaca puisi-puisinya.
Bahkan ketika Chairil Anwar menggambarkan keadaan alam apa adanya, puisi-puisi itu tetap saja menghipnotis. Apalagi kalau puisi itu ditujukan buat seseorang. Banyaknya wanita dalam kehidupannya seakan membuat cemburu wanita lain nan tahu kalau ia juga menulis puisi buat orang lain. Chairil Anwar memang sangat mengagumi wanita. Lihatlah puisi-puisi cinta nan ditulis oleh Chairil Anwar rata-rata ditujukan kepada para wanita nan dicintainya. Sebut saja misalnya puisi cintanya nan berjudul Senja di Pelabuhan Kecil, puisi ini ia tulis buat seorang wanita bernama Sri Ajati. Walaupun akhirnya Chairil Anwar menikahi salah satu wanita pujaan hatinya itu, ternyata pernikahan tak menghentikan pemujaannya kepada wanita.
Tidak heran kalau akhirnya pernikahannya kandas diusia nan tak lama. Disamping sebab ia sakit secara fisik, keadaan mental dan jiwanya mungkin juga bermasalah dampak kehidupan nan ia lalui dan jalani. Walau begitu, ia tetap ialah seorang penyair nan telah memberikan kenyamanan dalam memandang sebuah karya nan dibuat dengan hati. Semoga apa nan ia telah lakukan dan dikenang orang akan menjadi salah satu bekal nan membuatnya tenang di alam keabadian. Apapun nan telah ia lakukan ialah tanggungjawabnya, Apa nan baik dapat ditiru dan apa nan kurang baik, tinggalkan saja. Nasihat ini mungkin baik bagi para penikmat puisi Chairil Anwar.
Cermin Jiwa Sang Penyair
Puisi alam karya Chairil Anwar maupun puisi-puisi tema lainnya merupakan sajak-sajak nan ditulis dengan kalimat dan bahasa-bahasa lugas dan tegas. Hal ini sangat mencerminkan karakter sikap seorang Chairil Anwar nan terkenal sebagai sosok nan sangat berkemauan keras, pantang menyerah dan sulit buat menerima kekalahan dalam hidupnya. Ia akan melakukan banyak hal agar tak kalah. Ia pantang menyerah. Ia akan berusaha sekuat tenaga buat mencapai apa nan diinginkannya. Mungkin menundukkan hati seorang wanita ialah satu tantangan nan sangat manis sehingga ia akan memuja sang wanita agar si wanita mau tunduk dan ia tahlukkan di bawah mantra kata-kata dalam puisinya.
Chairil Anwar ialah sosok nan sangat menekankan pada pencapaian apa-apa nan ia targetkan. Namanya mulai melejit di global sastra pada usia dua puluh tahun. Sedangkan pada usia dua puluh tujuh tahun Chairil Anwar meninggal global dampak sakit TBC nan dideritanya. Waktu nan singkat telah mampu menorehkan karya-karya besar seorang Chairil Anwar di global kesusasteraan tanah air.
Waktu tujuh tahun berkarya bukan waktu nan lama. Banyak penyair atau penulis nan berkarya bertahun-tahun tetapi karya-karyanya tak menggugah bahkan mungkin juga tak menarik sehingga tak banyak dikenal orang. Tuhan ingin manusia bercermin dengan kehidupan seorang Chairil Anwar. Tuhan membuat kisah hayati Chairil Anwar menjadi satu pelajaran nan sangat berguna. Baiknya memang para pengagum Chairil Anwar melakukan introspeksi diri dari apa nan telah dialami oleh seorang penyair hebat itu. Apa nan dianggap menyimpang dalam hayati seorang Chairil Anwar, jangan diikuti dan apa nan baik, boleh ditiru.
Untuk lebih memahami puisi alam karya Chairil Anwar, berikut disajikan apresiasi beberapa judul puisi karya Chairil Anwar diantaranya puisi berjudul Malam, Malam di Pegunungan dan Derai-derai Cemara secara lebih terperinci.Judul-judul puisi tersebut kiranya tepat buat menggambarkan bagaimana gaya seorang penyair besar mengungkapkan apa nan ada di hati dan benaknya tentang apa nan dilihat dan dirasakannya.
Apresiasi Puisi Alam Chairil Anwar
Berikut ini beberapa ulasan krusial terkait puisi alam karya Chairil Anwar. Ulasan ini akan menjabarkan kata-kata nan merangkai puisi-puisi itu. Kata-kata nan dipilih dengan sangat cermat oleh sang penyair. Betapa kata-kata itu dipilih sebagai satu kesatuan agar terlihat menarik dan menggelegar menyambar batin-batin nan mendengarkan dan nan juga membacanya dengan saksama.
Malam
Puisi berjudul ‘Malam’ karya Chairil Anwar meskipun memilih metafor alam nan dikemas sedemikian rupa, namun pesan nan jelas implisit di loka itu sebetulnya tentang perjuangan. Hakikat perjuangan para pahlawan nan tetap teguh bergerilya melakukan perlawanan terhadap para penjajah. Tanpa kenal lelah dalam balutan energi pembangkit perjuangan nan tidak pernah padam. Malam hanya sebagian dari waktu nan dipakai buat terus maju. Keyakinan akan perjuangan nan dilakukan membuat tubuh membara setiap detik.
Chairil Anwar memakai pilihan diksi-diksi sebagai satuan metafora alam buat lebih manambah perbedaan makna keindahan karya puisinya. Lirik nan cukup menguatkan isi pesan puisi ini bisa kita lihat pada lirik berikut; Mulai kelam / belum buntu malam/ kami masih berjaga . Lirik ini menunjukkan semangat kegigihan sebuah perjuangan. Bahkan malam nan kian kelam pun tidak menyurutkan kaki para pejuang buat terus berjalan di lorong sepi nan berujung cahaya. Satu keyakinan bahwa kelak anak negeri akan terbebas dari semua bentuk penjajahan. Para pejuang itu tahu bahwa ketika ia berhenti berjuang, itu artinya kematian.
Malam di Pegunungan
Puisi berjudul ‘Malam di Pegunungan’ lebih bercerita pada pengalaman empirik pribadi si penulis. Puisi ini mengekspresikan kondisi hati dan perasaan seorang Chairil Anwar. Mungkin juga kegalauan hatinya sangat menyiksa diri, hingga ia metaforkan dalam suasana dingin nan menusuk ke dirinya. Pada saat itu mungkin ia merasa bahwa dirinya sudah lelah. Tubuhny atelah lelah bertarung dengan hidupnya sehingga rasa dingin itu seolah ia membayangkan tentang kematian dirinya sendiri.
Chairil Anwar sedang berbicara soal perasaan pribadi, berbeda dengan tema-tema puisi perjuangan nan sebelumnya ia tulis. Kekuatan maksud puisi ini secara jelas bisa kita rasakan pada lirik-lirik pertama puisi ini; Aku berpikir: Bulan inikah nan membikin dingin/ Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?/ Sekali ini saya terlalu sangat bisa jawab kepingin/ Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
Sang penyair seolah ingin menghentikan apa nan ada dalam benaknya. Ia tidak ingin berlarut dalam kedukaan dan kehampaan nan ia rasakan. Ia ingin tetap menikmati suasana nan telah ada di sekelilinginya. Tak ada nan tahu apa dan dengan siapa ia pada saat itu. Ia memang bebas dalam pikirannya. Ia memang tidak dapat dikekang dalam rangkaian puisinya. Tetapi ia terkekang dalam balutan kuasa Sang Pencipta dirinya.
Derai-Derai Cemara
Puisi berjudul Derai-derai Cemara merupakan puisi nan ditulis Chairil Anwar sebagai kondisi ungkapan hati perasaannya. Chairil ialah sosok penyair nan hayati dalam kondisi kesemrawutan permasalahan keluarga, juga fisiknya nan sakit-sakitan. Puisi ini sangat menggambarkan kondisi diri si penyair. Kekuatan pesan puisi ini tergambar jelas pada bait terakhir puisi.