Dakwah Fardiyah dan Tahapannya

Dakwah Fardiyah dan Tahapannya



Perbaiki Diri Lalu Menyeru Orang Lain

Apa itu metode dakwah fardiyah? Sebelum Anda memahami metode dakwah nan satu ini, ada baiknya Anda mengetahui prinsip awal seseorang nan akan melakukan dakwah fardiyah. Dakwah merupakan amalan mulia nan harus dikerjakan oleh jiwa-jiwa nan memahami ciri dakwah itu sendiri.

Dakwah bukan pekara asal bicara lantas mengajak dan menyuruh orang buat berbuat baik, dengan mengabaikan subjek pelaku dakwah itu sendiri. Dakwah nan bernilai dan memiliki kekuatan ialah dakwah nan dilakukan oleh orang-orang nan telah lebih dahulu berhasil mendakwahi dirinya.



Metode Dakwah Rasulullah SAW

Dalam sejarah dakwah Islam, Rasulullah SAW sangat memperhatikan metode dakwah agar pesan dakwah bisa diterima dengan baik bagi mad’u (yang didakwahi).

Hal itu bisa dilihat ketika Rasulullah saw melaksanakan wahyu Allah Ta’ala buat mentauhidkan akidah umat nan galat dengan menuhankan banyak Illah dan membersihkan peribadahan dari segala bentuk kesyirikan. Diantara metode dakwah beliau, sbb,

1. Bil hikmah wal mau’izhah

Allah Ta’ala berfirman,
Artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pedagogi nan baik dan bantahlah mereka dengan cara nan baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah nan lebih mengetahui tentang siapa nan tersesat dari jalan-Nya dan Dialah nan lebih mengetahui orang-orang nan mendapat petunjuk.” (QS. an-Nahl, 16:125)

Pada ayat tersebut diatas bisa dipahami bahwa cara berdakwah nan diperintah Allah Ta’ala ialah sebagai berikut,

  1. Dakwah bil hikmah, yaitu metode dakwah dengan memberi perhatian nan teliti terhadap keadaan dan suasana nan melingkungi para mad’u (orang-orang nan didakwahi), juga memperhatikan materi dakwah nan sinkron dengan kadar kemampuan mereka dengan tak memberatkan mereka sebelum mereka bersedia buat menerimanya.
  2. Dakwah dengan cara mau’izhah al-hasanah, yaitu metode dakwah dengan pedagogi nan meresap hingga ke hati para mad’u. Pedagogi nan disampaikan dengan penuh kelembutan akan bisa melunakkan kerasnya jiwa serta mencerahkan hati nan kelam.
  3. Dakwah dengan perdebatan nan baik, yaitu metode dakwah dengan menggunakan obrolan nan baik, tanpa tekanan nan zalim terhadap pihak nan didakwahi, tanpa menghina dan tanpa memburuk-burukkan mereka.

2. Sahih dan tegas tanpa kompromi

Sesungguhnya dakwah Rasulullah merupakan dakwah nan tegas tanpa kompromi. Perkara nan beliau saw sentuh dalam dakwahnya ialah perkara nan paling pokok dan paling mendasar, laa ilaaha illallah, Muhammadur rasulullah. Beliau saw menyeru bahwa tak ada nan wajib diagungkan, diibadahi, ditaati dan dicintai kecuali Allah Ta’ala.


3. Tidak menambah dan mengurangi satu huruf pun dari materi dakwah

QS. Yunus, 10:15 memperingatkan nabi-Nya agar tak merekayasa sistem dakwah dan perjuangan mengikuti konsep orang kafir yaitu memperjuangkan Islam melalui cara kompromi atau sistem demokrasi.

Namun sebagian orang justru menjadikan ini alasan buat enggan berdakwah. Seseorang selalu menganggap dirinya kurang dan selalu belum layak buat menyampaikan sesuatu. Padahal dakwah itu butuh ‘paksaan’ keinginan. Siapa nan ingin berdakwah pasti dia juga akan termotivasi buat melakukan kebaikan atas dirinya terlebih dahulu, barulah orang lain.

Sebab seorang da’i ialah cerminan pribadi contoh bagi objek dakwah, jika ia sendiri gagal mendakwahi dirinya, bagaimana mungkin ia dapat mengajak orang lain. Lantas bagaimana dengan metode dakwah fardiyah itu sendiri?



Dakwah Fardiyah dan Tahapannya

Ada banyak majemuk metode dakwah nan dilakukan ummat Islam saat ini. Ada nan menggunakan sistem jaulah, pergi dari satu loka ke loka lain buat melakukan syiar Islam. Ada nan berseru lantang mendirikan khilafah islamiyah, ada juga nan tidak henti-henti berseru meluruskan akidah ummat, dan sebagainya.

Metode dakwah fardiyah merupakan metode nan menekankan pada pendekatan personal antara subjek dan objek dakwah. Kedekatan nan dibangun akan menimbulkan kedekatan hati, dan kedekatan hati tersebut akan memunculkan cinta. Dakwah fardiyah meyakini bahwa perubahan seseorang ke arah nan lebih baik membutuhkan proses, tak dapat instan dan serta merta. Begitu pun dalam mewujudkan kehidupan Islam dan menegakkan hukum-hukum Islam, segalanya butuh proses dan waktu.

Oleh karena itulah dikenal ciri bahwa jalan dakwah itu panjang dan berliku-liku. Hanya dapat dilalui oleh orang-orang nan memahami dan sabar dengan segala macam ujian dan hambatannya.

Dakwah fardiyah hanyalah salah satu aspek dari sekian banyak aspek dalam berdakwah, seperti dakwah melalui tulisan, dakwah dengan ceramah, tabligh dan lain sebagainya.

Keungulan dakwah fardiyah dibandingkan dengan metode dakwah lainnya ialah dakwah dengan metode ini dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Hasilnya pun dapat lebih dipantau dan bisanya output nan dihasilkan jauh lebih berkualitas dibandingkan dakwah dengan metode lainnya.

Sebelum melakukan dakwah fardiyah, hal pertama nan perlu dilakukan oleh subjek dakwah ialah mengenal medan atau kondisi ummat nan akan didakwahi. Hal ini bertujuan agar pelaku dakwah tak terkejut dan mudah menyerah dengan kendala dan rintangan nan akan ia hadapi. Metode dakwah fardiyah melalui beberapa tahan proses, berikut tahapan-tahapan dakwah fardiyah tersebut;

Mengenal dan membina interaksi nan baik dengan para objek dakwah. Membina interaksi nan baik dengan objek dakwah, merupaka tahapan nan paling menentukan. Karena disinilah akan tercipta keterikatan hati (taliful qulb) antara sang da’i dengan objek dakwahnya. Karena itulah termin ini diletakkan pertama kali dalam tahapan dakwah fardiyah ini. Bila sudah tercipta keterikatan hati maka akan sangat mudah bagi kita “memasukkan” materi-materi atau nilai-nilai nan ingin kita dakwahi.

Ketika hubungan sudah terbina dengan baik, mulailah mengarahkan pembicaraan pada nilai-nilai keimanan. Hal pertama kali nan terus ditanam oleh Nabi SAW kepada para sahabat ialah tauhidullah, keimanan nan kokoh kepada Allah. Tidak bergantung kepada selain Allah SWT. Hal ini dapat dilakukan dengan mengingatkan objek dakwah akan kebesaran dan nikmat-nikmat Allah nan bertebaran disekitarnya. Atau cara-cara lain yag sinkron dengan kondisi objek dakwah nan bersangkutan.

Membantu memperbaiki kondisi objek dakwah, mulai mengenalkan hal-hal dan suasana nan bernuansa ketaatan kepada Allah SWT dan berbagai bentuk ibadah wajib. Selanjutnya, saat keimanan telah tumbuh, maka da’i harus mulai memperhatikan baik kuantitas maupun kualitas ibadah objek dakwahnya. Karena dengan ibadah-ibadah nan disyariatkan Islam inilah seseorang dapat semakin dekat kepada Rabbnya dan semakin memperkokoh keimanan nan telah mulai tumbuh. Perhatikan, masalah ibadah di loka ini hanya menyangkut ibadah mahdah atau ibadah ritual bukan ibdah secara umum.

Memberikan klarifikasi tentang hakikat ibadah secara komprehensip dan menyeluruh. Menjelaskan urgensi niat dalam setiap amalan nan dikerjakan, dan setiap pekerjaan nan dilakukan hendaklan mengikuti ketentuan syariah nan benar. Dengan demikian objek dakwah semakin merasa bahwa dirinya selalu diawasi oleh Allah SWT dan mulai merasakan lezatnya iman dan ibadah kepada Allah. Iman dan jiwanya menjadi hidup.

Memberikan pengertian bahwa keberadaan kita tak cukup hanya dengan keislaman diri kita sendiri, tanpa mempedulikan nasib dan kondisi saudara-saudara kita nan lain. Tumbuhkan jiwa sosial dan semangat buat hayati secara kolektif (berjamaah).

Beri pengertian bahwa tugas para pendakwah dalam menyeru kebaikan tidaklah mungkin dilakukan secara sendiri-sendiri, amalan besar ini perlu dilakukan oleh sekelompok orang nan punya tujuan dan cita-cita nan sama. Itulah salah satu pentingnya kita hayati berjamaah.

Memunculkan pertanyaan, ‘dengan jamaah mana objek dakwah akan bergabung?’ ini merupakan tahapan nan cukup rumit dan membutuhkan argumentasi dan klarifikasi nan meyakinkan.