Pakaian Adat Bali Untuk Pria
Bali ialah salah satu daerah di Indonesia nan kental dengan budayanya. Hal itu tercermin dari Norma masyarakat nan masih sangat memegang teguh adat istiadat budayanya dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dengan kesenian dan baju adat Bali.
Sebagai daerah nan kaya akan budaya dan masih memegang adat istiadat, Bali seringkali dikunjungi oleh berbagai turis dari mancanegara. Berbagai Norma dan westernisasi berporses di sana. Hebatnya, masyarakat di Bali seperti tak terpengaruh.
Sebagai tuan rumah mereka harus membuka diri dengan turis nan ada. Namun, agama dan adat istiadat inheren pada diri mereka. Bukannya terpengaruh, tapi kelestarian budaya nan mereka lakukan justru membuat para turis semakin kagum. Seperti penggunaan baju adat Bali nan masih dapat Anda saksikan hingga kini. Itulah daya tarik mereka nan selalu dicari oleh para wisatawan mancanegara. Bahkan, bali sendiri lebih terkenal daripada Indonesia.
Budaya Bali ini bisa dilihat dari kesenian dan upacara keagamaan. Semua itu dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu nan dipegang oleh mayoritas masyarakat Bali. Selain dari pakaian adat Bali, kesenian Bali juga dapat dilihat dari kesenian tariannya.
Umumnya, seni tari di Bali dikategorikan menjadi tiga kelompok tarian, yaitu seni tari pertunjukan sakral atau disebut wali, seni tari pertunjukan buat upacara atau bebali dan buat pengunjung serta balih-balihan atau seni tari buat hiburan pengunjung. Begitupula dengan baju adat bali. Sandang Adat Bali dipengaruhi oleh kesenian Bali nan bersumber dari kepercayaan nan mereka anut.
Seperti busana adat pada umumnya, baju adat Bali juga memiliki karakteristik khas tersendiri nan menjadi tanda Suku Bali. Sandang adat Bali tentu saja berbeda dengan baju adat daerah lain. Baik dari bahan, cara memakai hingga hiasan pelengkapnya.
Selain buat acara formal, baju adat Bali umumnya digunakan pada saat upacara keagamaan. Walaupun pada era Modern saat ini, masyarakat Bali sudah mengenakan baju modern, namun mereka tetap harus menggunakan baju adat saat upacara keagamaan. Dan hal itu sudah menjadi adat istiadat nan berlaku dari dulu hingga sekarang.
Penggunaan baju adat Bali sendiri di Bali, terutama Denpasar, menjadi keunikan tersendiri dalam mempertahankan budaya lokal. Hal itu belum tentu dimiliki oleh daerah lain, nan telah terkena akibat dari globalisasi. Penggunaan baju adat Bali pun memakan waktu nan tak sebentar. Belum lagi buat pemakaian aksesorinya nan terbilang tak ringan.
Selain berkaitan dengan adat istiadat dan agama setempat, baju adat Bali ini juga menjadi daya tarik tersendiri dari segi seni dan budaya. Dapat dilihat dari corak kain dan ornamen pelengkapnya.
Pakaian adat Bali sangat bervariasi sinkron dengan daerah masing-masing. Karena tiap daerah memiliki karakteristik khas simbolik dan ornamen tertentu. Hal itu juga didasarkan pada kegiatan/upacara nan diadakan, serta jenis kelamin dan umur dari pemakainya. Sandang adat Bali juga bisa menjadi penjelas status sosial dan ekonomi pemakainya. Bisa dilihat dari corak busana dan ornamen perhiasan nan dipakainya.
Pakaian Adat Bali Untuk Wanita
Pada umumnya baju adat Bali bagi wanita ialah sebagai berikut:
- Gelung (sanggul)
- Kain wastra
- Sesenteng (kemben songket)
- Sabuk prada (stagen) nan digunakan dengan cara membelit pinggul dan dada.
- Beragam ornamen perhiasan.
- Kain tapih atau sinjang, di bagian dalam.
- Selendang songket bahu ke bawah
- Sebagai pelengkap, biasanya juga menggunakan kebaya, kain epilog dada, serta alas kaki.
Biasanya, penggunaan baju adat Bali buat wanita ini dibedakan buat remaja putri dan nan telah menikah. Dapat dilihat ketika mereka melakukan sembahyang di Pura. Terdapat dua bentuk tata rias dan baju adat bali nan digunakan. Hal itu buat menandakan taraf kedewasaan mereka. Lihat dari bentuk sanggulnya. Untuk remaja putri biasanya menggunakan sanggul/pusung gonjer, sedangkan wanita nan telah berkeluarga akan mengenakan sanggul/pusung tagel.
Salah satu baju adat Bali nan paling mewah ialah Busana Agung. Sandang adat bali ini biasanya digunakan oleh para remaja putri buat melaksanakan rangkaian "Potong Gigi". Pangkas gigi sendiri merupakan sebuah acara buat para remaja putri nan menuju kedewasaan. Selain itu, Busana Agung ini juga menjadi baju adat Bali buat perkawinan.
Variasi dari Busana Agung sangat beragam, sinkron dengan tempat, waktu dan keadaan. Biasanya, pakaian adat Bali nan satu ini dipadukan dengan kain nan dinamakan wastra wali , nan spesifik digunakan pada upacara atau wastra putih sebagai simbol kesucian. Akan tetapi, terkadang wastra diganti dengan kain songket. Biasanya hal itu dilakukan oleh para wanita dari kalangan taraf ekonomi atas sebagai martabat bagi pemakainya.
Sebelum menggunakan Busana Agung, biasanya para wanita memakai kain lapis dalam nan disebut Sinjang tau Tapih . Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa mengatur langkah, sehingga tampak anggun.
Untuk menggunakan Busana Agung sendiri, terdapat beberapa kelengkapan baju adat Bali, seperti:
- Gelung Agung
- Wastra lembaran
- Sinjang
- Sesenteng
- Stagen/Bulang
- Sabuk hiasan
- Alas kaki
- Kelengkapan Perhiasan
- Garuda mungkur/Petitis
- Tajug / Sekar taji
- Pepelik / tampel pepelengan
- Ampok-ampok
- Gelang kana
- Gelang biasa
- Gelang cokor
- Ali-ali
- Subeng
- Pending
- Bebadong
- Sesimping
Pakaian Adat Bali Untuk Pria
Umumnya, baju adat Bali buat pria, terdiri dari:
- Ikat Kepala (Udeng)
- Selendang pengikat (Umpal)
- Kain kampuh
- Kain wastra (kemben)
- Keris
- Sabuk
- Berbagai ornamen perhiasan nan beragam
- Biasanya, sebagai pelengkap pria di Bali sering menambahkan pakaian kemeja, jas serta alas kaki.
Umumnya, seperti halnya wanita, laki-laki di bali juga memakai Busana Agung nan memakan kain wastra buat melengkapi baju adat Bali mereka. Selain itu juga mereka menggunakan kampuh gelagan atau dodot yang dipakai hingga menutupi dada. Sandang ini nantinya dilengkapi oleh pelengkap baju adat Bali berikut:
- Destar nan bisa diganti degnan gelung/ garuda mungkur
- Kampuh dan Umpal
- Wastra lembaran
- Keris
- Sabuk
- Alas kaki
- Kelengkapan Perhiasan
- Anting-anting /Rumbing
- Gelang kana
- Gelang biasa
- Gelang cokor
- Ali-ali
- Bebadong
- Sesimping
- Kain panjang disambung (lancingan)
Dari begitu banyaknya perlengkapan baju adat Bali, ada satu nan sangat sering digunakan oleh para pria di Bali, baik anak-anak maupun orang dewasa, yaitu ikat kepala. Ikat kepala atau udeng Bali ini sekilas memang hampir sama dengan ikat kepala di daerah lain. Namun, biasanya tiap daerah memiliki cara tersendiri buat memakai ikat kepala ini.
Fungsinya hampir sama, agar ramput tertata dengan rapih, terutama ketika melakukan upacara adat .Berikut ialah pedoman buat mengikat kepala ala orang bali dengan mudah:
- Siapkan kain udeng nan berbentuk segi empat, kemudian lipat agar membentuk segitiga.
- Lipatlah bagian sisi bawah dari segitiga sekitar 12cm atau secukup. Lipat lagi hingga tersisa bagian atas, sekitar setengah dari segitiga itu.
- Untuk bagian atas dari segitiga nan tak terlipat, lipat ke arah bawah lipatan awal, hingga mencapai setengah lipatan awal. kemudian sisanya lipat ke atas lagi hingga menyisakan ujung beberapa cm.
- Setelah itu, Lipatan dasar dikotomi dan lipat ke atas.
- Mulailah memakai udeng pada kepala, dengan bagian tengah berada di atas alis, dan lingkari ke bagian belakang kepala.
- Setelah itu, terus lingkari kepala hingga mencapai alis kembali, dan ikat kedua ujungnya dua kali. Ini berarti kita telah membentuk bagian atas udeng.
- Dikarenakan udeng bagian sebelah kanan lebih lebar, maka tarik bagian kanan, sampai terasa lebih lebar.
- Setelah itu,lipat/tarik ujung udeng ke bagian dalam. Akan tetapi jangan menarik ujung udeng nan runcing. Tarik sebelah kirinya, kemudian bentuk ujungnya agar terlihat seperti berdiri. Kemudian selipkan bagian nan ditarik tadi ke dalam ikatan nan dibuat awal.
- Jadilah udeng. Apabila ada bagian udeng nan terasa tak nyaman, maka lipat ke ikatan tadi. Sepertinya agak sulit ya. Tapi dapat dicoba.
Pakaian adat Bali sendiri tak hanya menjadi baju adat semata. Sandang ini menjadi karakteristik khas dari masyarakat bali nan sarat akan makna, dan tetap dilestarikan walaupun Bali ialah kota wisata dengan banyaknya budaya berbeda nan dibawa oleh wisatawan.