Tips Ikut Lomba Menulis Cerita Anak

Tips Ikut Lomba Menulis Cerita Anak



Ada Anggaran Tersendiri

Menulis cerita anak tak semudah nan dibayangkan banyak orang. Banyak rambu-rambu nan harus diperhatikan dibanding menulis cerita dewasa. Kata-kata nan digunakan harus dipilih dan kalimatnya tak boleh kalimat terlalu panjang dengan menggunakan kalimat beragam bertingkat. Tidak boleh ada konflik nan terlalu sulit dicerna oleh anak. Tidak boleh juga malah memperkenalkan kata-kata nan tak pantas diucapkan oleh anak. Kalau pun imajinatif, tak boleh hingga menjadikan anak mempunyai pemikiran nan lain tentang akidahnya.

Percampuran pemahaman keyakinan tak boleh ada dicerita anak. Masa kanak-kanak ini sangat rentan dengan pengaruh nan luar biasa mengenai apa nan seharusnya mereka dapatkan. Jika demikian apakah berarti menulis cerita anak itu susah? Tidak juga, asal dibarengi niat dan latihan agar bisa lancar menulis cerita anak. Yang pertama dilakukan ialah mengamati anak-anak dan menggali lagi jiwa anak nan ada pada seorang penulis. Posisikan diri sebagai seorang anak usia tertentu.

Apa nan akan terjadi ketika seorang anak melihat sebuah bola. Lalu bayangkan bola itu akan jadi apa dan selanjutnya ke mana bola itu akan berada. Dari penggambaran ini, seorang penulis dapat membangun cerita nan tentunya mempunyai nilai moral tertentu. Cerita anak itu tak hanya sekedar cerita nan menghibur. Sine qua non sesuatu nan akan didapatkan anak setelah membaca cerita itu. Dapat tentang bagaimana menghargai orangtua, menghargai teman, dampak dari sifat nan kurang baik, dan lain-lain.


Masa kanak-kanak itu khayalan sedang berkembang dengan baik sehingga harus difasilitasi dengan teknik pengasuhan nan baik pula. Kalau anak tak mendapatkan pola pengasuhan nan baik, maka anak akan tumbuh menjadi seseorang nan kurang peka pada lingkungannya. Ia akan tumbuh menjadi anak nan egois dan tak mua tahu dengan apa nan terjadi pada alam di sekelilingi.



Tips Menulis Cerita Anak

Ada beberapa tips agar Anda bisa menulis cerita anak dengan baik. Di antaranya ialah pertama, ceriat itu tak menampilkan terlalu banyak tokoh pada cerita Anda. Cukup 2 sampai 4 tokoh saja sudah cukup. Memori anak masih cukup sulit buat mencerna nama-nama karakter nan terlalu banyak.
Kedua, fokus pada satu konflik. Konflik nan terlalu banyak dapat membingungkan anak. Konflik ini akan digiring menemukan pemecahannya dengan cara nan tak terlalu panjang dan lama.

Anak akan merasa lelah dan tak tertarik lagi mengetahui kelanjutan cerita kalau konfliknya tak selesai-selesai. Ketiga, gunakan alur maju buat penulisan. Alur maju membantu anak berpikir runut ke depan mengikuti cerita. Keempat, gunakan bahasa nan jelas dan lugas. Jangan menggunakan bahasa nan implisit atau bermakna ganda. Kalau ada pertanyaan, gunakan kalimat tanya nan pendek.

Kelima, hindari penggambaran adegan kekerasan dan hal-hal berbau pornografi. Keenam, buatlah judul dan awal cerita nan menarik. Hal ini bisa membuat anak penasaran mengikuti hingga akhir cerita. Ketujuh, bila mengangkat tema sehari-hari, hindari cerita-cerita nan sudah terlalu generik misalnya tema liburan ke rumah nenek. Tema seperti ini sudah terlalu sering diangkat, kecuali jika Anda melakukan pendekatan baru. Misalnya tema rahasia makhluk aneh ketika liburan ke rumah nenek. Carilah tema lain nan lebih modern dan mengena dengan apa nan sedang terjadi.

Misalnya, tema tentang kenaikan harga bawang putih dan bawang merah, dapat juga diangkat. Gunakan kata dan kalimat sederhana. Anak-anak juga mengerti dan tahu bahwa harga bawang putih ini naik dari keluhan ibu atau ayahnya nan membeli bawang tersebut. Apalagi kalau sang anak mempunyai orangtua nan berprofesi sebagai penjual bakso atau pedagang sayur. Ide ata tema cerita nan sedang naik daun ini tentunya akan sangat menarik dan menantang buat ditulis.

Kedelapan, tulislah cerita-cerita dengan tema nan up to date misalnya pengalaman menggunakan facebook, kegemaran pada kartun eksklusif atau tokoh idola tertentu, dan lain-lain. Para tokoh baru nan mulai muncul seperti seniman cilik juga dapat dijadikan sebagai tema. Kesembilan, ketika memulai cerita, hindari pembukaan nan membosankan. Anda dapat memulai dengan langsung masuk ke konflik atau didahului dengan percakapan nan membuat penasaran.

Misalnya : “ Pokoknya, saya nggak mau !” teriak Andi. Pembukaan seperti ini akan memancing minat anak buat membaca lebih lanjut. Kalimat ini tentu saja mengundang rasa penasaran. Apa nan sebenarnya terjadi. Tidak perlu terlalu banyak menggambarkan seorang tokoh atau karakter. Buatlah singkat saja tentang penggambaran fisik karakter. Kecuali kalau cerita itu ialah cerita bersambung. Yang krusial itu memang nama tokoh atau karakter nan mudah diingat. Bila perlu nama nan terdengar lucu.

Kesepuluh, cerita anak sebaiknya mengandung nilai-nilai moral nan ingin dikenalkan dan ditanamkan pada pembaca anak. Namun, hindari kesan menggurui. Anak-anak sekarang sudah semakin canggih dan sangat paham dengan kehidupan nan mereka hadapi. Mereka akan menjadi pemberontak kalau sering dinasihati seolah orangtua ialah orang paling tahu. Mereka melihat tingkah laku orangtuanya nan kurang baik sehingga merasa bahwa apa nan diucapkan itu tak sinkron dengan apa nan dilakukan.

Sebaiknya memang lebih kepada bercerita dari teman ke teman daripada membuat satu tokoh orang dewasa nan tampak sangat bijaksana. Dari contoh, maka anak-anak akan mengambil konklusi dan tak perlu ada tokoh orang dewasa nan begitu baik dan tahu segalanya. Pada kehidupan konkret pun terkadang anak-anak malah menemukan solusi dari masalahnya sendiri dan bukan dari donasi orang lain apalagi orangtuanya.

Kisah seperti ini malah akan lebih disenangi oleh anak sebab mereka dianggap dapat memecahkan masalahnya sendiri. Anak kecil nan berpikiran dewasa tentunya bahagia menjadi seperti tokoh nan digambarkan itu. Cobalah renungkan ketika masih kecil. Rasanya bahagia dianggap telah dapat berdikari atau membuat keputusan nan tepat. Tokoh orang dewasa dalam kisah itu dianggap sebagai pendamping saja dan bukan tokoh nan diharapkan akan memecahakan masalah.



Tips Ikut Lomba Menulis Cerita Anak

Ada beberapa lomba menulis cerita nan ditujukan buat anak nan dapat Anda ikuti. Majalah anak Bobo termasuk nan paling sering menyelenggarakan kegiatan seperti ini. Ada lomba nan bersifat umum, adapula lomba nan diperuntukkan bagi kalangan eksklusif seperti guru. Jenis cerita anak nan diperlombakan antara lain cerita fantasi, cerita rahasia dan cerita pendek tema sehari-hari. Untuk tema nan terakhir biasanya diperuntukkan bagi guru-guru.

Perhatikan beberapa kiat berhasil ketika Anda mengikuti lomba menulis cerita anak :
1. Syarat naskah, termasuk tema dan panjang tulisan. Simak baik-baik, jangan sampai ada nan salah.
2. Syarat peserta lomba, apakah diperuntukkan buat generik atau buat kalangan tertentu. Perhatikan pula batas usia peserta lomba.
3. Syarat kelengkapan administrasi. Mungkin harus menyertakan pas foto dan foto kopi KTP. Spesifik lomba buat guru biasanya disertai referensi dari instansi loka mengajar.
4. Batas akhir perlombaan. Apakah sinkron cap pos atau paling lambat harus diterima tanggal sekian. Jika melalui pos, perhitungkan pula waktu sampainya naskah Anda ke panitia penyelenggara.
5. Syarat tambahan, misalnya guntingan kupon sebagai syarat keikutsertaan. Beberapa panitia penyelenggara biasanya juga meminta pencantuman nomor rekening bank. Hal ini buat memudahkan ketika Anda ternyata dinyatakan sebagai pemenang.

Bagaimana, sudah siap ikut lomba menulis cerita anak? Jangan ragu buat mulai menulis. Kalaupun tak menang, bacakanlah ceriat itu buat anak-anak nan ada di lingkungan Anda. Bila perlu sebelum mengirimkan naskah itu, mintalah pendapat anak-anak apakah mereka menyukai cerita itu atau tak atau adakah nan harus dibenahi agar anak-anak lebih tertarik dengan kisah itu. Anak-anak ialah juri nan terbaik sebab mereka tahu apa nan mereka mau.

Jangan ragu jug auntuk meminta pendapat orang lain sebelum mengirimkan naskah itu. Kecewa boleh tetapi jangan putus asa.