Inspirasi
Saling Menghormati
Ketika satu peradaban tak ada rasa saling menghormati, maka peradaban itu akan runtuh. Masing-masing pihak akan mengklaim bahwa merekalah nan paling pandai dan merekalah nan paling hebat. Ketegangan akan menjadi sesuatu nan terjadi setiap hari. Nafsu ingin menghancurkan satu sama lain akan membawa kehancuran bersama. Tidak ada lagi pembangunan nan dapat dilakukan sebab memang ketika satu membangun, nan lain akan menghancurkan.
Begitulah seterusnya hingga masing-masing pihak menyadari bahwa kebahagiaan itu akan hadir ketika ada rasa senang melihat orang lain bahagia. Ada rasa tak sakit hati dan cemburu membabi buta ketika pihak lain terlihat mendapatkan rezeki lebih. Perasaan menerima itu sebagai ungkap rasa rendah hati kepada Tuhan nan telah menetapkan segala sesuatunya sinkron dengan takarannya. Bahwa ada nan dilebihkan dan ada nan dicoba dengan banyak kekurangan.
Semua itu ialah bentuk ujian dan cobaan dari Tuhan demi mencari kelompok umat nan paling hebat dan paling tunduk kepada semua nan telah digariskan Tuhan. Tidak mudah mendapatkan rasa dan pemikiran seperti ini. Bila tak ada rasa kasih nan ditumbuhkan di hati, akan sangat sulit menerima orang lain denganb segala kekurangan dan kelebihannya. Rasa afeksi nan tumbuh itu pun harus dipupuk sebab perasaan manusia itu tak tetap.
Perubahan akan ada ketika ada pengaruh nan berbeda. Demi tetap konsisten memiliki rasa kasih sayang, lingkungan harus dididik dan dipengaruhi dengan hal-hal nan positif. Akan sulit mendapatkan anak nan penuh dengan sifat lemah lembut ketika orangtua tak berlemah lembut dengan sang anak. Tidak mudah menahan marah selama mungkin ketika godaan buat naik darah terpampang terus di depan mata.
Kasih sayang itu ialah sifat nan sangat mulia. Tidak heran kalau orangtua berusaha menanamkan sifat saling mengharagai dan menghormati dengan cara memberikan cerita fabel. Kisah nan memilihi hewan sebagai tokoh primer dalam cerita. Lewat cerita ini, orangtua berharap bahwa anak-anak akan mau dan mampu memahami bagaimana bersikap terhadap orang lain. Dalam global nyata, ketiadaan rasa afeksi ini telah membuat kehancuran di mana-mana.
Tak perlu pergi jauh buat melihat hasil dari kebencian nan meluap-luap. Lihatlah apa nan terjadi di Lampun, di Kampung Mesuji nan banyak dihuni oleh para transmigran dari Bali. Mereka hayati damai tetapi kecemburuan sosial dan kebencian telah menghancurkan kedamaian itu. Perkampungan nan bagus dengan pembangunan nan pesat, harus terhenti dan mereka seolah mundur 40 tahun dari peradaban.
Tidak hanya di Mesuji, Lampung. Daerah Sumbawa juga seperti itu. Hanya sebab isu nan tak benar, tanpa ada rasa belas kasihan, semua dihancurkan. Padahal kalau dapat menahan diri, semua niscaya ada solusinya. Manusia itu emmang berbeda-beda. Fisiknya berbeda. Jiwa dan pemikirannya pun berbeda. Namun kalau tujuan hayati damai dan penuh dengan afeksi menjadi tujuan bersama, maka semua disparitas itu dapat tertutup dengan rapi.
Kisah Fabel Membuka Hati
Berikut ini ada salah satu kisah fabel nan menggambrakan bahwa sikap afeksi itu harusnya ada agar tak ada nan tersakiti. Bila ada nan tersakiti, nan merasa sakit suatu saat akan membalas. Tentu tak ada penyelesaian nan baik ketika semua berusaha saling membunuh.
Sikap tak saling menghormati menyebabkan ketidakrukunan bagi kaum semut. Alasannya sebab disparitas ukuran tubuh. Kelompok pertama, semut bertubuh besar. Kelompok kedua, semut bertubuh kecil. Mereka selalu bersitegang dan tak pernah akur. Saling menyepelekan dan mengejek satu sama lain. Keadaan ini membuat kewalahan Semut Tua. Setiap mengumpulkan makanan, Semut Besar dan Semut Kecil itu selalu bekerja terpisah. Semut besar merasa mampu memikul makanan lebih banyak. Semut Kecil merasa mampu membawa makanan lebih cepat.
Mereka tak pernah keluar bersama melalui lubang itu. Semut Besar memaksa lebih dahulu dan Semut Kecil terpaksa harus menunggu. Kemudian mereka menyebar ke arah berlawanan. Setiap hari selalu seperti itu. Tiba waktunya pohon jambu berbuah lebat sekali. Pohon menjadi rindang dan sejuk. Para semut sangat bahagia ketika datang musim buah Jambu. Tidak perlu berjalan jauh, sebab makanan tersedia di depan mata.
Saling Berbagi
Cerita afeksi antara Semut Besar dan Semut Kecil bermula di suatu siang. Turun hujan deras dan angin kencang. Kaum semut segera berlari pulang tanpa makanan. Akibatnya, gudang makanan tak penuh. Semua hanya diam ketakutan di bawah akar itu. Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh. Ruangan menjadi gelap gulita. Semua menjerit terkejut dan panik. Pintu sarang tertutup oleh buah jambu besar. Karena keadaan di luar hujan dan kilat terdengar menakutkan. Kaum semut tak bergerak, risi saling injak.
Semut Tua memerintahkan agar para semut memegang tangan teman terdekat. Tangan kaum semut saling meraba agar dapat memegang teman nan terdekat. Mereka tak tahu, apakah itu Semut Kecil atau Semut Besar. Singkat cerita, tibalah waktu makan. Lalu makanan dikeluarkan dan berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Apabila ada nan belum kebagian, segera berteriak dan teman terdekat harus berbagi makanan. Terus menerus seperti itu.
Ternyata, baik Semut Besar ataupun Semut Kecil saling berbagi makanan. Mereka tanpa sadar saling menolong. Hingga semua semut kebagian makanan. Hari berganti malam. Hujan dan angin perlahan mulai mereda. Para semut masih berdiam dalam gelap gulita. Karena gudang tak penuh dan mereka tak dapat keluar dari lubang tanah ini. Mereka tertidur tanpa makan malam. Sementara tangan mereka masih berpegangan saling menjaga.
Malam berganti pagi. Kaum semut terbangun dengan perut nan terasa lapar. Tiba-tiba muncul sinar dari lubang itu. Ruangan itu samar-samar terlihat. Lalu mereka tersadar, selama malam tadi Semut Besar dan Semut Kecil saling membantu. Saling menjaga agar tak ada semut nan terinjak dalam gelap. Dengan malu-malu mereka melepas tangan teman di sampingnya. Merekapun berpelukan dan berterima kasih. Telah saling menjaga dan berbagi. Masalah nan dihadapi tadi malam, dilalui dengan penuh kebersamaan. Ini ialah hari baru bagi kaum semut.
Semut Besar tak dursila seperti dugaan. Semut Kecil ternyata berguna, malah kekuatannya jauh dari dugaan. Mereka haruskerjasamadan saling berbagi. Seperti ketika mereka berbagi makanan dalam ruangan gelap tadi malam. Melihat sinar kecil dari lubang itu, Semut Kecil segera bertindak. Mereka pun bekerjasama dengan baik. Semua Semut Kecil keluar masuk membawa makanan. Lalu buah Jambu itu perlahan digerogoti Semut Besar, hingga terdoronglah penghalang pintu sarang dengan mudah.
Kaum semut bersorak gembira. Semut Tua tampak sangat lega. Pintu sarang terbuka kembali. Keberhasilan ini dirayakan dengan bernyanyi, bersalaman, dan saling memaafkan. Suasana sarang semut itu berganti menjadi ruangan penuh suka ria, kasih sayang, dan cinta. Mereka sadar, walaupun ukuran tubuh mereka berbeda mereka dapat saling menjaga dan berbagi. Sejak itu, dalam disparitas antara mereka, Semut Besar dan Semut Kecil hayati rukun dan bersahabat. Selalu saling menyapa jika bertemu. Akhir cerita, mereka hayati damai dan saling mengasihi selamanya.
Inspirasi
Demikianlah cerita afeksi nan terjadi di global semut. Bayangkan saja kalau dalam kehidupan konkret ada semut nan memberontak dan tak mau menjadi dirinya sendiri. Semut pekerja protes ingin menjadi ratu. Sedangkan ratu nan tak dapat berjalan jalan, juga protes dan ingin menjadi semut tentara nan gagah perkasa. Semut ratu ini juga ingin menjadi semut pekerja nan memberi makan kepada semut lainnya. Niscaya akan terjadi kekacauan.
Semoga menjadi inspirasi kita buat selalu menghormati, menghargai, dan hayati rukun penuh cinta. Baik kepada manusia lain, lingkungan, dan semua makhluk di muka bumi ini.