Sinopsis Isi Buku Jalan Tak Ada Ujung
Ketakutan nan Membunuh
Jalan Tak Ada Ujung mengisahkan rasa takut nan dipelihara. Saat rasa takut itu terus berada dalam diri, pada saat itu juga akan terus menjadi benalu. Misalnya, seorang laki-laki nan sebenarnya telah menceraikan istrinya dan telah menikah lagi tanpa sepengetahuan orangtua dan keluarganya, akhirnya memutuskan buat ‘keluar’ dari rasa takutnya. Ia membawa istri barunya ke orangtuanya. Ia nan selama ini dianggap anak baik, harus menerima fenomena dimarah oleh orangtuanya.
Ibunya bahkan mengatakan sesuatu nan sangat menusuk hatinya. Ia tidak mungkin mundur sebab memang ia sangat mencintai istrinya nan baru. Ia tahu kalau istrinya nan sekarang ialah seorang wanita nan selama ini diidamkannya. Ia benar-benar merasa sebagai laki-laki dan merasa dihargai sebagai seorang suami. Ia tak menelantarkan anak-anaknya. Ia merasa bahwa ia berhak mendapatkan setitik kebahagiaan di dunia.
Semua telah terjadi. Kalau ia menyembunyikan istrinya dari keluarganya, bagaimana kalau sesuatu terjadi dengan dirinya. Ia tak mau istrinya menjadi bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Kalau keluarganya telah tahu, paling tak kedudukan istrinya menjadi jelas. Ia tahu kalau istrinya tidak akan diterima oleh keluarganya. Ia siap menghadapi semuanya. Hatinya teriris hingga air matanya mengalir saat ia meminta maaf kepada istrinya. Namun, ia ialah orang nan tahu bagaimana kehidupannya nan sesungguhnya.
Ia hanya berharap bahwa ada ujung dari kisah asmaranya. Ujung itu cukup menyedihkan saat ini walaupun jelas. Lebih baik seperti itu daripada tak berujung dan tak jelas. Dengan adanya fenomena ini, ia dan istrinya dapat menentukan sikap dan tak harus bersandiwara lagi. Ia tak mau melihat istrinya bingung dan merasa dipermainkan. Istrinya memang berhak mendapatkan klarifikasi nan apa adanya mengenai kedudukan dirinya.
Ketika ketakutan dipelihara, maka ketakutan itu akan membunuh. Kekuatan dari mengetahui fenomena ialah sesuatu nan akan membuat hati menjadi lebih kuat. Tidak ada nan harus ditakutkan mengenai apa nan akan terjadi dimasa depan. Tidak ada nan tahu masa depan. Oleh sebab itu, menjadi pemberani menghadapi apa nan ada di depan saat ini, ialah sesuatu nan patut dihargai.
Membaca novel ini, mungkin akan cukup sulit menggambarkan apa nan terjadi pada saat itu. Bagi generasi muda, masa peperangan nan terjadi antara Indonesia dan para penjajah mungkin kurang dapat diresapi sebab ketika pelajaran sejarah mereka merasa bosan. Sejarah tak lebih sebagai salah satu pelajaran nan membuat nilai mereka nan tak bahagia membaca menjadi jelek. Mungkin cara guru membawakan pelajaran sejarah nan terus-menerus nan membuat anak didik tak merasa tertarik.
Mungkin juga anak-anak tak melihat kegunaan dari semua informasi tentang sejarah itu. Perubahan zaman telah membawa perubahan sudut pandang dan sudut pemahaman. Tidak dapat dipungkiri bahwa godaan buat melakukan sesuatu nan luar biasa menyenangkan seperti bermain video game memang sangat besar. Tidak salah kalau memahami novel seperti ini membutuhkan mobilitas hati dan ketertarikan tersendiri.
Data Buku Jalan Tak Ada Ujung
Bagian dari resensi sebuah novel ialah data tentang bukunya sendiri. Jalan Tak Ada Ujung, dikarang oleh Mochtar Lubis. Penerbit novel ini ialah Yayasan Obor Indonesia. Tebal buku, vi + 167 halaman. Ada bebarapa kelebihan buku ini. Pertama, setting lokasi cukup detail, setting waktu sangat menggambarkan keadaan di saat revolusi berlangsung. Penggambaran tokoh teramat lugas dengan karakter, sikap dan pemikirannya dalam perspektif si penulis. Profesi sang penulis sangat mendukung gayanya menggambarkan kondisi tersebut dengan baik.
Muchtar Lubis nan juga mengalami sendiri peristiwa revolusi ini tentu sangat paham apa nan terjadi pada saat itu. Hal ini juga nan memberikan kekuatan pada kisah nan ditulisnya. Ada latar belakang nan ia saksikan walaupun ia gambarkan dengan penuh imajinatif seorang penulis. Namun begitu, ada juga kekurangan buku ini. Di antaranya ialah redaksional kalimat per kalimat amat sahaja. Pemakaian tanda baca kurang diperhatikan kurang mengindahkan EYD.
Keterangan Cetak :
1. Cetakan pertama Balai Pustaka, tahun 1952.
2. Cetakan kedua Yayasan Obor Indonesia, April 1992
3. Cetakan ketiga-keempat Yayasan Obor Indonesia, tahun 2001
Sinopsis Isi Buku Jalan Tak Ada Ujung
“Sebuah truk penuh berisi serdadu-serdadu bermuka keras menderu di atas jalan-jalan nan kosong. Patrol membelok ke kanan, terus, ke kiri, ke kanan, terus dan terus, terus di jalan-jalan nan sunyi, kosong dan sepi. Jalan dalam malam hujan gerimis gelap, jalan berliku tak habis-habisnya. Jalan tidak ada ujung.”
Sang Penulis Buku Jalan Tak Ada Ujung
Penulis novel Jalan Tak Ada Ujung ialah Mochtar Lubis, lelaki energik kelahiran Padang – Sumatera Barat pada 7 Maret 1922 silam. Beliau menutup usia pada usia 82 tahun tepatnya pada tanggal 2 Juli 2004 di Jakarta. Lelaki keturunan Batak bermarga Lubis nan lahir di ranah Minang ini bukan lelaki biasa, namun membidani kelahiran buku nan melegenda berjudul “Jalan Tak Ada Ujung”.
Bukunya tersebut bahkan dialih bahasakan oleh A.H.John menjadi berjudul A Road With No End, nan terbit di London pada 1968. Dan menjadi buku bacaan wajib pelajar Indonesia. Para Pelajar Sekolah Menengah Taraf Lanjutan Pertama dan Atas di Indonesia wajib membaca dan meresensi buku ini. Sehingga sebenarnya banyak resensi amatir novel tidak ada ujung goresan anak-anak bangsa Indonesia, selang beberapa tahun ke depan semenjak diterbitkannya buku ini pertama kali.
Kiprah Mochtar Lubis sebagai seorang novelis dibarengi dengan kepiawaiannya menjadi seorang jurnalis. Bahkan masa pendudukan Jepang bekerja sebagai juru terang, atau setara Menteri Penerangan pada saat pemerintah ORLA. Ia pendiri Kantor Warta Antara, nan selanjutnya bahkan mendirikan dan memimpin sekaligus harian Indonesia Raya. Majalah sastra Horizon juga ialah salah satu besutannya bekerja sama dengan rekan-rekannya sesama jurnalis dan kolumnis.
Pernah menjadi Presiden Press Foundation of Asia, member kelompok Word Futures Studies Federation serta anggota pada Dewan Pimpinan International Association for Cultural Freedom (anak organisasi dari CIA). Besutan karya Mochtar Lubis, antara lain : novel Jalan Tak Ada Ujung (1952), cerpen Musim Gugur terbit di majalah Kisah (1953), analogi cerpen bertajuk Perempuan (1956), novel Harimau! Harimau! (1975), serta novel Maut dan Cinta (1977).
Resensi Novel Jalan Tak Ada Ujung
Membaca novel ‘jalan tidak ada ujung’ ialah seperti membaca sebuah buku analogi dari buku-buku filsafat, sejarah, sosiologi dan psikologi. Di mana semua unsur tersebut tertuang lugas di dalamnya. Penggambaran tokohnya gamblang, baik watak, karakter, intelektual, ketakutan dan perasaan setiap tokoh terekspos cukup kuat. Secara kronologis, satu persatu tokoh bermunculan tepat pada waktunya, kemudian membentuk satu mata rantai nan terjalin rapih.
Karakter membentuk tokoh, tokoh mendukung peristiwa, tiap peristiwa terjalin memperkuat cerita. Cerita inilah nan menjadi sandaran dari tema novel Tak Ada Ujung. Asosiasi dari kalimat jalan tidak ada ujung dalam resensi novel Jalan Tak Ada Ujung ini ialah penggambaran suatu keadaan atau kondisi berupa sesuatu (jalan) nan diasumsikan tanpa batas (tak ada ujung). Apa ‘sesuatu’ itu lahir sinkron pemahaman Anda sebagai pembaca. Persepsinya dapat bermacam-macam, dan hasil apresiasinyapun berbeda-beda.
Pemilihan judul novelnyapun cukup cerdas. Menimbulkan tanda tanya besar pada pembacanya. Membuahkan ketertarikan pada Anda sebagai pembaca buat mengikuti alur cerita nan terjalin. Meski terus terang, pada awal-awal kalimat dan paragraf pembukaan, Anda perlu bersabar buat menuntaskan dan menemukan tema ceritanya. Karena tempo dalam paragraf pembukaan sedikit berkesan lambat.
Novel tersebut sesungguhnya mengisahkan seorang guru bernama Isa, dengan rasa ketakutan nan dilewatinya di masa-masa revolusi penjajahan nan terjadi di Indonesia. Isa digambarkan berkepribadian nan bertolak belakang, sebagai guru nan berkarisma dan pribadi nan takut pada segala fenomena hidup. Namun sebab tekanan demi tekanan lambat laun kepribadian Isa berubah tanpa ia sadari.