Kementerian Pekerjaan Generik dan Hari Bhakti PU
Cikal bakal Kementerian Pekerjaan Umum sebenarnya telah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Pada waktu itu bernama Departemen Van Verkeer & Waterstaat (Dep.V&W). Akan tetapi, bedanya pada masa itu Dep. V&W dipimpin oleh seorang Direktur, bukan menteri. Sekalipun demikian, sejarah mencatat bahwa Departemen inilah nan kemudian berubah menjadi Departemen Pekerjaan Generik dan akhirnya berubah lagi menjadi Kementerian Pekerjaan Umum, seperti nan kita kenal sekarang.
Departemen Van Verkeer & Waterstaat ini selanjutnya membidangi pekerjaan-pekerjaan pembangunan dan perawatan fasilitas infrastruktur. Fasilitas tersebut meliputi Lands gebouwen, Wegen, Irrigatie & Assainering, Water Kracht, dan Constructie burreau (untuk jembatan). Pada saat-saat setelah proklamasi kemerdekaan, terjadi peristiwa heroik di kantor ini.
Peristiwa heroik nan terjadi pada tanggal 3 Desember 1945 ini, merenggut nyawa tujuh karyawan Dep. V&W. Kala itu mereka berusaha mempertahankan kantornya dari serbuan bencana tentara Belanda nan kembali menyerbu Indonesia. Hingga saat ini, segenap jajaran Kementerian Pekerjaan Generik memperingati tanggal bersejarah tersebut, sebagai Hari Bhakti Pekerjaan Umum
Kementerian Pekerjaan Generik dan Tragedi Gedung Sate
Proklamasi 17 Agustus 1945 nan dikumandangkan Soekarno ke seluruh penjuru global telah menggugah semangat pemuda-pemuda karyawan Dep V&W buat tak ketinggalan dengan pemuda lain di Bandung. Mereka secara bersama-sama bersiap siaga buat menghadapi segala kemungkinan sehubungan dengan proklamasi tersebut. Mereka siap melawan setiap kendala nan merintangi perjalanan Indonesia menuju pada kemerdekaan nan sesugguhnya.
Karyawan muda ini selanjutnya mengorganisasikan dirinya dalam wadah gerakan Pemuda PU. Salah satu prestasi Pemuda PU ini ialah keberhasilannya dalam merebut Gedung Sate dari kekuasaan Jepang. Untuk mempertahankan Gedung Sate, Pemuda PU selanjutnya melengkapi dirinya dengan membentuk Seksi Pertahanan.
Seksi ini mempersenjatai dirinya dengan berbagai jenis senapan dan granat nan mereka dapatkan dengan cara merampasnya dari Jepang. Semula, Pemuda PU hanya berhadapan dengan sisa-sisa tentara Jepang nan masih ada di Indonesia. Namun sejak penarikan bencana tentara Jepang Indonesia, Pemuda PU ini harus berhadapan dengan tentara sekutu nan terus mengalir ke Indonesia.
Dikatakan bahwa keberadaan tentara sekutu ini buat menjaga perdamaian dan menyelesaikan berbagai urusan mengenai tawanan perang setelah Jepang menyerah. Namun, kata-kata sekutu tersebut ternyata tak benar. Pada tanggal 4 Oktober 1945, tentara sekutu memasuki kota Bandung, mengekor dibelakang rombongan tentara sekutu ini ialah tentara Belanda dan NICA.
Sejak saat itu, kondisi Kota Bandung jadi semakin tak aman. Konflik bersenjata antara pemuda dengan mereka, acap kali meletus. Ditengah situasi nan tak kondusif dan tak menentu itu, Menteri Muda Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Ir Pangeran Noor, beserta segenap pegawai Kantor Pusat Departemen Perhubungan & PU mengangkat sumpah setia kepada Pemerintah Republik Indonesia, tanggal 20 Oktober 1945. Akibatnya, hampir setiap hari Kantor Pusat Departemen Perhubungan & PU mendapat gangguan dari tentara Sekutu.
Gangguan ini mengakibatkan pegawai tak dapat menjalankan tugasnya secara lancar. Beberapa kali pegawai terpaksa diliburkan sebab gangguan ini. Pegawai Kantor Pusat Departemen Perhubungan & PU diserahi tugas berat buat menjaga seluruh aset milik Negara nan ada di kantor ini.
Tugas berat itupun dijalankan dengan bahagia hati, sekalipun harus mempertaruhkan keselamatan dirinya. Tugas ini ialah suatu tugas mulia nan wajib dilaksanakan, dengan resiko apapun. Pada 24 November 1945, terjadi pertempuran nan menghanguskan bagian utara Kota Bandung. Akibatnya penduduk harus segera diungsikan ke loka lain nan lebih aman.
Sementara itu, pemuda nan ada di Gedung Sate bersiap-siap buat mempertahankan gedung ini. Mereka terdiri dari 40 orang anggota Pasukan Badan Perjoangan dengan persenjataan nan lumayan lengkap. Namun pada 29 November 1945, pasukan tersebut ditarik dari Markas Pertahanan Departemen Perhubungan & PU di Gedung Sate.
Maka tinggalah Gedung Sate nan dijaga oleh pegawai Kantor Departemen Perhubungan & PU. Pagi hari tanggal 3 Desember 1945 sekira jam 11 pagi, kantor nan kala itu tengah dijaga oleh 21 orang itu mendapat serbuan dari tentara sekutu. Gedung Sate dikepung dari segala arah oleh tentara sekutu nan bersenjata lengkap dan modern.
Mereka nan berada di dalam, diperintahkan buat menyerah. Namun, alih-alih takut dan mematuhi perintah buat menyerah, pemuda-pemuda nan menjaga Gedung Sate justru bertekad buat mempertahankan gedung ini mati-matian. Akibatnya mudah diterka, meletuslah suatu pertempuran sengit selama beberapa jam.
Dalam pertempuran nan tak seimbang itu, Gedung Sate gagal dipertahankan. Pemuda-pemuda nan menjaga, semuanya terluka. Bahkan tujuh diantaranya hilang, yaitu Rio Susilo, Soebengat, Ranu, Didi Hardianto Kamarga, Soerjono, Soehodo dan Muchtaruddin. Tidak ada nan tahu bagaimana nasib mereka dan dimana keberadaannya.
Pada waktu itu, mereka semuanya berkorban. Pengorbanan mereka bukan sekedar demi mempertahankan eksistensi Kementerian Pekerjaan Generik hingga kini. Mereka ingin agar kementerian ini dapat turut mengisi kemerdekaan, dengan karya bakti nyata.
Selain itu, pengorbanan ini ialah suatu panggilan moral nan tak bisa ditolak. Bumi pertiwi ini membutuhkan sumbangsih konkret dari anak bangsanya. Diperlukan kesungguhan dari segenap komponen bangsa buat bersama menegakkan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Kementerian Pekerjaan Generik dan Hari Bhakti PU
Pencarian terhadap ketujuh orang itu terus dilakukan oleh rekan-rekan seperjuangannya. Pada Agustus 1952, mereka sukses menemukan empat kerangka jenazah di sekitar Gedung Sate. Keempat kerangka jenazah ini diyakini sebagai jenazah milik empat dari tujuh orang nan hilang tersebut. Selanjutnya keempat kerangka jenazah ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.
Untuk mengenang dan menghargai tiga orang lagi nan masih belum ditemukan jenazahnya, Kementerian Pekerjaan Generik membuat dua tanda peringatan. Sebuah diletakkan di dalam Gedung Sate. Satu lagi nan berupa batu alam berukuran besar diletakkan di halaman belakang Gedung Sate, dengan ukiran nama ketujuh orang tersebut.
Peringatan dan pencarian jenazah tujuh pemuda tersebut berkaitan dengan penganugerahan gelar kepada tujuh pemuda tersebut oleh Menteri Pekerjaan Umum, Ir. Ukar Bratakusuma, pada 3 Desember 1951. Ketujuh pemuda tersebut dianugerahi gelar sebagai PEMUDA YANG BERJASA. Enam belas tahun kemudian, atau tepatnya pada 2 Desember 1961, Ir. H. Djuanda, selaku Menteri Pertama memberikan penghargaan tertulis buat tujuh orang pahlawan muda nan gugur dalam rangka mempertahankan Gedung Sate.
Perjuangan tujuh pemuda dan belasan lainnya selanjutnya tercatat dalam sejarah. Mereka ada dalam catatan sejarah tentang perjuangan bangsa maupun sejarah perjuangan bagi internal Kementerian Pekerjaan Generik sendiri. Peristiwa itu telah membakar semangat solidaritas, kesetiakawanan dan kebanggaan bagi pegawai Kementerian Pekerjaan Generik buat mengemban tugas secara baik sebagai abdi masyarakat.
Peristiwa 3 Desember 1945 nan telah memberikan pengorbanan Bilangan Taruna Ksatria ke dalam pelukan bumi pertiwi ini, akhirnya ditetapkan sebagai Hari Bhakti Pekerjaan Umum. Tanggal itu selanjutnya diperingati setiap tahun oleh jajaran Kementerian Pekerjaan Umum. Semua itu agar dedikasi dan pengorbanan dari tujuh orang tersebut bisa terus dikenang dan diteladani.
Kemerdekaan dan keinginan buat dapat jadi bangsa nan bermartabat telah banyak memakan korban. Mereka nan telah mempertaruhkan nyawanya demi tujuan itu, tidak terhitung jumlahnya. Ada diantaranya kini nan berbaring di taman-taman Makam Pahlawan nan tersebar di seantero pelosok Republik ini.
Namun ada juga diantaranya nan hilang tanpa bekas. Namun kesemuanya ialah tetap pahlawan, nan memungkinkan Republik ini buat bisa tetap ditegakkan dan berdiri. Menghargai pahlawan, bukan sekedar dengan upacara bendera dan perayaan tabur bunga. Tetapi lebih dari itu, juga harus dilakukan dengan menghayati nilai-nilai nan mereka perjuangkan dan menghormati perjuangan mereka.
Dihampir semua Jawatan atau Departemen, kejadian serupa juga ada. Pegawai-pegawai dengan penuh kehormatan bertaruh demi kemerdekaan bangsa. Cerita kepahlawanan ini tak saja dipunyai oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Namun Kementerian-kementerian, Departemen-departemen atau Jawatan-jawatan lainnya, juga memiliki cerita heroik semacam ini.