Perkembangan Lagu Reggae di Indonesia

Perkembangan Lagu Reggae di Indonesia

Musik kini mengalami banyak perkembangan. Jenis musik banyak ditemukan majemuk rupa, peminat dan pemainnya termasuk pula berdasarkan atas karena munculnya. Ada sebuah musik nan muncul sebab aksi protes, ada sebuah musik nan muncul dengan karena ingin menunjukkan jati diri sebuah bangsa dan sekelompok orang atau mungkin sebab pengaruh budaya lain hingga bertujuan pada propaganda kebudayaan dan paham.

Dalam hal ini termasuk pula di dalamnya ialah keinginan buat menunjukkan Norma dan aksi memperoleh keadilan seperti contohnya musik atau lagu reggae. Lagu reggae cukup dikenal oleh masyarakat dengan ikon Bob Marley. Ciri nan menonjol dari peminat musik ini cenderung negatif. Pengguna ganja (mariyuana), dreadlock (gimbal), kurang rapi sehingga mengarah ke bentuk rasis, seperti berkulit hitam.



Lagu Reggae

Jika Anda pernah memperhatikan lagu reggae, tentu sedikit tahu ciri di atas. Jenis musik ini memiliki bentuk musik bertempo lambat, bervokal berat dan terkesan seperti mabuk nan memicu seorang pendengar menggeleng-gelengkan kepalanya. Oleh karena itu, lagu reggae sporadis diminati oleh sebagian besar kelas atas sebab persepsinya nan negatif.

Musik reggae belum bisa dikatakan sebagai musik tua sebab munculnya musik ini pada tahun 1968, sekitar 64 tahun nan lalu. Usia nan muda buat perkembangan sebuah jenis musik. Awal mulanya, musik ini tak memiliki dasar nan membuatnya sebagai musik asli. Bob Marley nan pernah memopularkan dan membawa musik ke kancah internasional dikenal sebagai seorang Rastafarian.

Rastafarian ialah orang pendukung dan nan mengakui Ras Tafari Makkonen nan dianggap sebagai Maharaja Ethiopia. Rastafarian pada awalnya ialah terjajah sebab budaya rasis nan membedakan golongan manusia berdasarkan status nan inheren nan tidak mungkin diubah, salah satunya ialah berdasarkan kulit.

Orang-orang Jamaika nan berkulit hitam ditindas oleh orang kulit putih dan menganggap mereka sebagai kaum penindas (Babylon) secara umum. Orang–orang Jamaika kebanyakan seorang Rastafarian. Mereka dianggap hina sebab kulit hitamnya dan penggunaan ganja dalam setiap upacara keagamaan serta konsumsi sehari-hari. Lagu dari musik reggae berasal dari mereka para Rastafarian, di mana dipopulerkan lewat jalan–jalan desa dan perkampungan.

Sebenarnya, awalnya para Rastafarian menyukai musik SKA dengan tempo nan lebih cepat dan hentakan kaki nan cepat pula. Namun hal tersebut tak sinkron dengan adat mereka sehingga mengubah musik SKA bertempo cepat dan menamainya sebagai reggae nan notabene bertempo lambat. Propaganda lagu reggae di daerah Jamaika ialah sebagai aksi protes atas penindasan kaum putih atas kaum hitam di daerah Jamaika.

Lirik-liriknya mengandung makna tentang prinsip Rastafarian, yakni perdamaian, kebebasan, dan estetika alam. Pembawaannya nan sederhana dengan style tatanan rambut gimbal menjadikan lagu reggae memiliki karakteristik nan khas. Terlihat dari sini, lagu reggae ialah lagu buat mengenalkan dan menyebarkan prinsip rastari. Ikon reggae ialah penggunaan semiotika warna, yakni hijau, kuning dan merah.

Hijau melambangkan estetika alam, kuning diartikan sebagai kekayaan nan melimpah di bumi Ethiopia, dan rona merah ialah lambang Gereja Rastafarian. Rambut gimbal (dreadlocks) seringkali diartikan sebagai kelaziman dalam lagu reggae. Mudahnya, pemain dan penikmat lagu reggae niscaya memiliki rambut gimbal atau dengan kata lain, lagu reggae mempropagandakan paham rambut gimbal.



Lagu Reggae dan Rambut Gimbal

Sebenarnya, jauh sebelum munculnya musik reggae, rambut gimbal telah menjadi ikon orang Negro. Marcus Garvey, seorang rahib berkulit hitam memunculkan proyek ‘Afrika buat Afrika’, di mana orang Afrika harus mau mengembangkan Afrika dan orang di luar Afrika (kulit putih) harus mau diatur dengan tata anggaran Afrika.

Dia membuat serikat UNIA (Universal Negro Improvement Association) atau organisasi nan membangun pencerahan antara orang-orang orisinil penduduk Jamaika. Para pengikut UNIA ialah orang kulit hitam terutama penduduk Jamaika dan menyebut diri mereka sebagai “Dread” nan bermakna ketakutan kepada sang pencipta serta mereka menyatakan gentar dan hormat kepada Tuhan.

Tatanan rambut para Dread berbentuk gimbal. Untuk itu, disebut sebagai dreadlocks nan kental dihubungkan dengan musik reggae. Rasta nan kental dengan musik reggae membawa pesan damai pada syair-syair lagu reggae. Lirik-liriknya menjadi konsumsi publik tak lepas pula gaya nan melingkupinya termasuk rambut gimbal dan acak-acakan.

Gaya dreadlocks menjadi sebuah tren pada tahun 1970 berkat Bob Marley dan banyak ditiru oleh orang-orang kulit putih nan dahulunya menindas mereka. Dreadlocks juga menjadi fashion musisi-musisi global bergenre selain reggae. Namun tak lepas dari itu, dreadlocks menjadi maskot ungkapan anti kekerasan, antikemapanan, dan solidaritas kaum minoritas nan tertindas.

Remaja pun tak sedikit nan melazimi tren gimbal, bahkan menyandingkan dreadlocks dengan ganja sebab propaganda stiker mariyuana nan diberi rona seperti prinsip Rastari. Latar belakang para pengembang musik memang seorang konsumen ganja, tetapi tak baik ketika menyandingkan sebuah seni dengan seluruh aspek nan ada pada seorang artis musik.



Perkembangan Lagu Reggae di Indonesia

Perkembangan reggae di Indonesia cukup baik pada mulanya. Aliran musik nan dibawa masih banyak mengusungkan prinsip Rastari, yaitu perdamaian, estetika alam, dan kebebasan. Tony Q, Steven and Coconut Trees, Shaggy Dog, dan Joni Agung ialah para artis musik reggae di Indonesia.

Kita kenal lagu-lagu Steven and Coconut Treez berjudul Bebas Merdeka, Cinta Damai, Tersenyum Kembali, Tersenyum Lagi dan Welcome to My Paradise nan berisi lirik-lirik santai mengusung kebebasan, estetika dan perdamaian seperti pesan (prinsip) Rastari.

Pertama kali lagu reggae di Indonesia diperdengarkan oleh band Black Company tahun 1986. Kemudian menyusul Asian Root, Abresso dan Jamming. Setelah itu, reggae mulai diterima di Indonesia dengan karakteristik musiknya nan pelan, pemain musik nan banyak, mirip musik bergenre SKA serta liriknya nan sporadis kasar. Ketika Anda mendengarkannya, lagu reggae sungguh enak buat didengarkan. Namun, perkembangannya melambat sebab aktivitas oknum peminat rambut gimbal.

Telah diketahui, rambut gimbal merupakan karakteristik khas musik reggae sehingga hampir (bahkan semua) artis reggae berambut gimbal. Arti nan lain adalah, orang gimbal niscaya penikmat lagu reggae. Hal tersebut sebenarnya tak pas sebab gimbal hanyalah sebuah tren. Karena kelaziman masyarakat awam bahkan penyuka lagu reggae ialah orang berambut gimbal maka lagu reggae menjadi identik dengan rambut gimbal.

Ketika ternyata seorang berambut gimbal terlihat kumal, acak-acakan, merokok di sembarang loka nan mengganggu pernapasan dan bahkan terjerat kasus narkoba, maka hal tersebut secara tak langsung membawa musik reggae ke kancah anggapan negatif. Meskipun seorang Rastafarian ialah pengonsumsi narkoba (dahulunya). Hal tersebut tak pantas ketika disandingkan dengan musik reggae. Efeknya, perkembangannya pun menjadi lambat.

Tidak banyak produsen rekaman menerima lagu reggae buat dijadikan sebagai komoditas bisnis sebab kesannya nan jatuh dampak para oknum nan tak baik memanfaatkan keadaan. Lebih jauh lagi, ketika ternyata ada orang tua dari saudara atau teman kita nan melihat anaknya mengikuti tren ini. Penampilan nan urakan dengan dandanan acak-acakan tentunya akan sangat tak menyenangkan dilihat orang tua.

Dampak nan terjadi ialah sang orang tua menjadi sangat benci dengan tampilan anaknya dan membenci segala sesuatu nan berkaitan dengan pilihan anaknya termasuk di dalamnya ketika sang anak menyukai lagu reggae. Semakin terpuruklah lagu reggae di mata masyarakat.

Sebuah permasalahan memang, ketika kita melihat bahwa ada artis nan melakukan sebuah kesalahan kemudian dia dibenci dan lagu-lagu karyanya ditinggalkan. Hal ini menjadi biasa di Indonesia, ketika sang artis terjerat sebuah kasus, kemudian seluruh hal nan berkaitan dengan sang artis dianggap tak baik termasuk karya-karyanya.

Dalam hal ini termasuk pula lagu reggae, perkembangannya tak berjalan dengan baik sebab pemikiran masyarakat secara generik tentang musik ini nan cenderung urakan dan tak mencontohkan keteladanan sebab peminatnya kebanyakan ialah pengguna narkoba.

Seni sebagai sebuah hasil karya sebaiknya dipisahkan terhadap aktivitas seniman. Seni nan baik ialah ketika seni bisa mengubah pemikiran manusia menjadi lebih baik, meski para pelaku seni tak mencontohkan perubahan nan baik terhadap karya nan dihasilkan.

Terlepas dari hal tersebut, akan sangat berbeda ketika seni disandingkan dengan konduite seniman, terkecuali jikalau sang artis memang memiliki niat nan tak baik nan dimasukkan pada karya seni nan mereka hasilkan. Dengan demikian, kita bisa lebih bijak dalam menanggapi sebuah seni.



Musisi nan Membawakan Lagu Reggae di Indonesia

Siapa nan tak tahu dengan nama Bob Marley penyanyi Legendaris reggae dari Jamaika ini? Bahkan, nan bukan penikmat musik reggae pun banyak nan tahu. Mungkin tak asing lagi bagi Anda dengan lagu dari Bob Marley nan berjudul “No Woman No Cry”. Lagu ini sangat digemari oleh para pecinta reggae di seluruh global hingga musik reggae menjadi terkenal.

Selain syair lagunya nan santai, litik musik reggae ini menyentuh, hingga banyak pendengar lagu reggae ini menikmati setiap dendangan musiknya, meski pelan lagunya, tapi membuat badan dan pikiran tenang saat mendengarkan musik reggae ini.

Pada era 60-an di Jamaika dikembangkan genre music nan bernama Reggae. Hampir semua jenis jamaika beraliran reggae dan pada perkembangan zaman music reggae ini mengikuti musik genre ska. Pada umumnya, reggae memiliki genre gaya musik lebih lambat dari ska. Tetapi, musik reggae ini banyak disukai oleh para pecinta musiknya selain ketukan-ketukan pada musiknya pelan tetapi reggae ini dapat membuat si pendengar menikmati dendangan musik reggae ini.

Musik reggae ini mempunyai cirri khas pada gitar rhythmnya musik reggae ini mempunyai ketukan pada ketukan kedua dan keempat pada setiap bar, pada ketukan ketiga musik reggae ini memberikan tekanan dan menahan kordnya dan pada ketukan kedua dan kelima dimainkan, Selain tempo musiknya nan lambat reggae ini mempunyai kelebihan dalam memainkan basnya nan membuat hayati music reggae ini.

Ada beberapa nama-nama nan beraliran reggae di Indonesia nan terkenal di antaranya:

  1. Mbah Surip
  2. Tony Q Rastafara
  3. Joni Agung
  4. D’riie Ambazsador
  5. New Rastafara
  6. Marapu
  7. Coconut Head
  8. Songket Reggae

Musik reggae ini mulai terkenal di Indonesia pada tahun 1986. Dengan berdirinya grup band bernama Barbet Community dan Black Company, sebuah band nan masuk dalam genre reggae ini, setelah merebaknya musik reggae di Indonesia tak lama kemudia muncul grup band nan bernama Asian Roots.

Asian Roots ini ialah generasi dari grup band Barbet community dan Black Company, setelah itu muncul lagi grup-grup lainnya nan bernama Abresso, jamming dan Asian Force setelah grup band reggae ini menjadi terkenal muncul pula grup band reggae nan baru bernama Cassavara dari Jawa Tengah.



Sekilas Profil Pemusik Reggae, Mbah Surip

Mbah Surip alias urip Ariyanto memang fenomenal. Selain gayanya nan nyentrik dengan rambut rastanya, bapak tua master filsafat ini melambung namanya setelah menciptakan lagu nan berjudul “Tak Gendong” nan lagi memuncak. Lagu ini banyak sekali disukai oleh penggemar-penggemarnya.

Mbah surip pernah mendapatkan rekor Muri buat kategori penyanyi terlama dan Ia pun pernah bermain film beberapa kali di televisi. Mbah surip sebelum menjadi seniman, dia pun pernah berganti-ganti profesi. Mbah surip juga pernah bekerja di bidang tambang berlian dan pengeboran minyak dan pernah juga Mbah Surip mengadu nasib di luar negeri.

Beliau ialah pria kelahiran Mojokerto, Jawa Timur. Duda dengan empat anak sekaligus kakek empat cucu nan udah 26 tahun nge-jomblo itu ternyata sosok pria nan pekerja keras dan tak pantang menyerah. Oh iya, meski Mbah Surip "Tak Gendong" ini berdandan ala reggae. Nyatanya, warta musisi nan dikonfirmasi beliau bukanlah penggemar tokoh reggae Bob Marley.

Berikut ini profil Mbah Surip.

  1. Nama Lengkap : Urip Ariyanto
  2. Nama Beken : Mbah Surip
  3. Tanggal Lahir : 5 Mei 1949
  4. Gelar Pendidikan : Drs, Insinyur dan MBA
  5. Resep sehat : Jangan makan nan nggak kamu sukai dan bergaullah dengan orang nan kamu sukai.
  6. Pekerjaan lama : Engineer di bidang pengeboran minyak, tambang berlian, emas, dan lain-lain
  7. Makanan Favorit : Perkedel kentang
  8. Minuman Favorit : Kopi hitam
  9. Aliran Musik : Reggae
  10. Jargon : I Love You Full

Mbah Surip ini memang orangnya sederhana dan makanan nan disukai Mbah Surip ini sangat simple, seperti sayur, daun singkong, perkedel, tahu dan kentang. Dan favorit minumnya segelas kopi dan teh manis. Penyanyi reggae ini berbagi resep selama hidupnya.



Profil Tony Q Rastafary

Toni Q Rastafara populer dengan nama Toni Q ini lahir di Semarang, pada 27 April 1961. Dia ialah seorang penyanyi reggae Indonesia. Tony Q Rastafara ini telah bergelut di global reggae sejak 1989 dengan grup musiknya Rastafara. Tony Q Rastafara ini telah mempopulerkan rambut gimbalnya dan menjadi karakteristik khas musik reggae. Tony Q Rastafara telah menjadi ikon musik reggae Indonesia, grup music ini telah mengambangkan karakter musik reggae tersendiri sehingga mengangkat musik reggae bernuansa tradisional ke genre musiknya.

Pada 1989, Tony Q Rastafara ini telah menekuni musik reggae dan tak dapat lepas dari kehidupan masyarakat. Penyanyi reggae ini sangat mengidolakan Bob Marley, penyayi reggae legendaris asal Jamaika. Pada 1989, Tony Q mulai berkarir dengan grup band nan bernama Roots Rock Reggae. Biasanya, grup band ini tampil dari kafe ke kafe atau acara pentas musik nan ada di Indonesia.

Setelah bergabung dengan berbagai banyak band reggae seperti rastaman dan exodus, akhirnya Toni Q membentuk grup band nan bernama rastafara pada 1994. Pada akhirnya grup band ini menjadi terkenal dengan genre musik reggae di Indonesia dan merilis album nan berjudul “rambut gimbal” dan “Gue Falling In Love”.

Toni Q ini telah menciptakan lagu-lagu reggae nya seperti judul lagu nan bertema kemanusiaan, cinta dan sosial di kehidupan masyarakat satu lagunya nan paling terkenal ialah “Rambut Gimbal”. Rastafara ini berbeda dengan musik reggae lainnya, musik ini memadukan unsur-unsur tradisional dengan instrumennya dan penggunaan alat-alat musiknya pun khas seperti gamelan Jawa atau kendang Sunda. Aransemen lagu reggae ini terdengar seperti musik Melayu dari Sumatra Barat atau Sumatra Utara.



Karir Musik Reggae

Musik Reggae ini sudah banyak merilis album dan music reggae ini mengalami puncak kariernya di global musik Indonesia. Setelah bermunculan musisi-musisi musik reggae Indonesia. Album-album reggae pun sangat laris di global permusikan Indonesia. Tidak hanya permusikan saja, tapi dari gaya berpakaiannya pun sangat nyentrik dan menjadi karakteristik khas gaya reggae.

Banyak juga musisi-musisi di Indonesia nan terlah sukses membawa genre reggae ini ke luar negeri, beberapa seniman reggae di Indonesia seperti Tony Q mengirimkan demo musik reggaenya buat ajang Bob Marley Festival nan diselenggarakan di Amerika dan pihak festival dari Amerika tersebut menyukai dengan demonya Tony Q. Kemudian, Tony Q diundang buat tampil di acara ajang festival nan diselenggarakan di Amerika.

Dari generasi ke generasi, musik ini bertambah banyak penggemar musik genre reggae ini sehingga bermunculan grup-grup reggae nan lainnya, sehingga karier musik di Indonesia berkembang dan bertambah banyak. Setelah berkembangnya musik reggae ini, banyak pula festival-festival musik band reggae pementasan reggae ini diselenggarakan supaya musik reggae berkembang dan orang-orang nan menyukai musik reggae ini dapat berkarya dengan lagu-lagu ciptaannya.

Semoga dengan membaca artikel ini bagi pecita musik reggae Indonesia selalu terus berkarya dan berkarya agar musik-musik di Indonesia berkembang dan menjadi musisi-musisi nan hebat. Dengan belajar dan menekuni karya-karya musik ini semoga Anda menjadi orang nan berhasil dan terkenal seperti musisi-musisi regae nan telah terkenal dengan karya-karya ciptaannya.