Perpisahan dan Rendezvous ialah Kesenduan dan Tangis
Sungguhkah saat perpisahan juga merupakan saat bertemu? Begitu tertulis dalam bagian puisi perpisahan Kahlil Gibran. Ini merupakan sebuah pertanyaan nan menggelitik karena mengedepankan dua kondisi nan saling bertentangan. Benarkah perpisahan itu juga merupakan saat bertemu?
Puisi perpisahan Kahlil Gibran memang memberikan perbedaan makna tersendiri bagi kita. Tentunya dalam hal ini kita diharapkan mempunyai taraf pemahaman nan sinkron agar ada kecenderungan persepsi. Memang, semua puisi Kahlil Gibran mempunyai strata pemahaman nan berbeda dibandingkan puisi nan lainnya. Bahkan, ada sebagian orang nan mengatakan bahwa puisi Kahlil Gibran ialah puisi sufisme.
Sungguh berbeda perbedaan makna nan kita rasakan pada saat membaca dan mencoba buat memahami isi puisi karya Kahlil Gibran dibandingkan dengan puisi karya sastrawan lainnya. Kekhasan tersebut telah memposisikan Kahlil Gibran sebagai sastrawan dengan spesialisasi nan tak dimiliki oleh sastrawan lainnya. Setiap kali menulis puisi, maka isi puisi tersebut sahih benar merupakan ikatan dalam kehidupan dunia.
Sungguhkah Saat Perpisahan Juga Merupakan Saat Bertemu?
Perpisahan memang seringkali membawa dampak nan sedemikian berat bagi dua orang nan berpisah. Mereka merasakan ada sebagian dirinya nan hilang saat seseorang nan dekat dengan dirinya, dengan hatinya tiba tiba harus dipisahkan. Terpisahnya bagian ini tentunya menimbulkan luka nan sedemikian rupa sehingga rasa sakitnya tidak terperihkan.
Sementara Kahlil Gibran begitu tabahnya menerima perpisahan sebagai sesuatu nan ringan. Tiada beban dalam hatinya ketika harus berpisah dengan orang-orang nan disayangi dan dicintainya. Perpisahan dianggapnya sebagai sesuatu nan wajar dan biasa. Hal ini didasarkan pada fenomena bahwa berpisah dan berjumpa hanyalah masalah waktu dan keberadaan semata.
Jika kita memahami sebuah perpisahan, memang terasa suasana sebagaimana ketika kita berjumpa dengan orang nan kita cintai dan sayangi. Ketika kita berpisah, terasa sekali betapa berat kita harus melepaskan mereka. Begitu juga ketika kita telah bertemu, maka pada saat itu kita tak ingin melepaskan mereka lagi. Begitulah rasa nan kita rasakan ketika berpisah dengan orang-orang nan kita sayangi dan cintai.
Hakikat Perpisahan dan Pertemuan
Perpisahan dan rendezvous dalam kehidupan ini merupakan sebuah kondisi nan tercipta sebab adanya perubahan kondisi hati. Pada dasarnya kondisi saat berpisah dan berjumpa memang tidaklah berbeda, karena perubahan suasana dalam hati nan penuh dengan kesenduan.
Perpisahan tak berbeda dengan pertemuan. Itulah nan sesungguhnya ingin disampaikan Kahlil Gibran dalam bagian puisi perpisahan ini. Oleh sebab itulah, sangat sia-sia jika kita menangis saat berpisah.
Perpisahan itu bukan sesuatu nan menyedihkan karena hal tersebut merupakan ujian bagi kebersamaan kita sebagai dua orang nan saling menyayangi dan mencintai. Dengan adanya perpisahan tersebut, maka kita bisa semakin mengetahui seberapa besar rasa kita kepada mereka.
Pada saat rendezvous kita alami maka pada saat itulah kekeringan jiwa terbasahi oleh sebuah kondisi nan begitu mendayu. Ketika perpisahan, maka basuhan afeksi nan selama ini bersama, kita rasakan mendadak hilang sehingga jiwa kita kering. Pada saat itulah kita merasakan betapa keinginan buat berjumpa merupakan tenaga nan begitu dahsyat sehingga kita terus berkeinginan buat bertemu.
Ketika saat berjumpa telah tiba, maka jiwa kita tersirami oleh kedamaian dan afeksi serta cinta nan sempat menghilang telah kembali mengisi jiwa kita. Pada saat itulah jiwa kita dibaluri kebahagiaan sehingga menangis merupakan pengejahwantaan nan ada.
Perpisahan dan Rendezvous ialah Kesenduan dan Tangis
Perpisahan dan rendezvous ialah tangis. Perpisahan dan rendezvous ialah akumulasi dari suasana sendu nan tumbuh dan berkembang. Suasana dalam hati seseorang nan harus ditinggalkan atau ketika berjumpa seseorang nan selama ini dirindukannya. Ketika kita selalu mengalami kondisi tersebut sedemikian rupa sehingga tak bisa membedakan, tangis kita buat sebuah perpisahan ataukah pertemuan.
Tangis merupakan wujud konkret dari kedua hal tersebut. Karena itu Kahlil Gibran menekankan pertanyaannya, sungguhkah saat perpisahan juga merupakan saat bertemu? Pertanyaan ini didasari oleh fenomena bahwa kesenduan dan tangis ialah hiasan nan sedemikian kuatnya pada kedua kondisi tersebut, yaitu perpisahan dan pertemuan.
Begitulah kondisi nan terjadi pada saat membaca puisi perpisahan Kahlil Gibran nan memberikan satu pencerahan pada kita bahwa kondisi keduanya merupakan satu kondisi nan sama. Bukankah hal seperti itu nan Anda rasakan setiap kali perpisahan dan pertemuan?
Profil Singkat dan Karya Kahlil Gibran
Setelah kita membaca puisi karya-karya Kahlil Gibran, kurang lengkap jika tak membahas penulisnya.
Seperti nan sudah diketahui, Kahlil Gibran merupakan seorang artis hebat nan terkenal di seluruh dunia. Karya-karyanya telah banyak memberikan inspirasi kepada dunia, baik tentang kehidupan, politik, percintaan, hingga tentang perpisahan. Karya-karya Kahlil Gibran ini menjadi karya nan global nan tak dapat tergantikan.
Kahlil Gibran lahir di Lebanon pada tanggal 6 Januari 1883. Ia merupakan seorang penyair, seniman, dan penulis dari Lebanon, Amerika Serikat. Sebagian besar hidupnya ia habiskan di Amerika Perkumpulan nan menjadi huma buat ia mencari mata pencaharian.
Sebelum tahun 1918, Kahlil Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris. Karya pertama Kahlil Gibran ini berjudul “ The Madman ” dan “ His Parables and Poems ”. Dalam karya pertamanya nan berjudul The Madman tersebut, tertulis kisah persahabatan Kahlil Gibran dengan seorang wanita nan bernama Mary.
Selain, The Madman dan His Parables and Poems , karya Kahlil Gibran nan berbahasa Inggris pun terdapat dalam buku berjudul Twenty Drawing pada tahun 1919, The Forerunne pada tahun 1920, dan karyanya nan terkenal berjudul Sang Nabi pada tahun 1923. Karya Sang Nabi nan ditulis olehnya tersebut merupakan suatu tanda bukti bahwa ia sudah memahami global dan sebagai seorang nan dewasa.
Karya tersebut sebagian besar ia tulis saat masih menjadi seorang siswa di sekolah Lebanon. Tulisan-tulisan nan ia untuk dalam buku Sang Nabi ditulis dalam bahasa Arab. Akan tetapi tulisannya itu tak langsung dipublikasikan hingga karyanya tersebut dikembangkan dan ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Sebelum terbitnya Sang Nabi , interaksi dekat antara Mary dan Gibran mulai tak jelas. Mary di lamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Dengan interaksi Mary dan Kahlil Gibran nan tak jelas serta diwarnai dengan disparitas prinsip diantara mereka, akhirnya Mary pun menerima lamaran dari Florance Minis dan memutuskan buat melepaskan tanggung jawabnya di global pendidikan.
Dengan rasa kecewa setelah perpisahannya dengan Mary, akhirnya pada tahun 1920, Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab nan dinamakan Arrabithah Al Alamia nan berarti Ikatan Penulis. Tujuan Gibran mendirikan ikatan ini ialah buat merombak kesusastraan Arab nan dianggapnya stagnan .
Seiring dengan naiknya reputasi Gibran di global penulisan, Gibran pun memiliki banyak penggemar. Salah satu penggemar karya-karya Kahlil Gibran ini ialah Barbara Young. Barbara Young mengenal Gibran setelah membaca buku Gibran nan berjudul Sang Nabi . Barbara Young sendiri merupakan pemiliki sebuah toko buku nan sebelumnya pernah menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio bersama ikatan penulis nan Gibran dirikan.
Kahlil Gibran kemudian menyelesaikan buku nan berjudul “ Sand and Foam” pada tahun 1926 nan kemudian diikuti dengan selesainya buku nan berjudul “ Jesus teh Son of Man” pada tahun 1928. Selain itu, Gibran juga membacakan naskah drama tulisannya nan berjudul “ Lazarus” pada tanggal 6 Januari 1929, tepat di hari ia berulangtahun.
Setelah sukses menyelesaikan buku dan naskah drama nan dibuatnya, Gibran kemudian menyelesaikan buku nan berjudul “ The Earth Gods” pada tahun 1931. Karya “ The Earth Gods” merupakan karya terakhir nan Gibran buat.
Namun, pada tahun 1932, terbitlah buku nan berjudul “ The Wanderer” nan disinyalir karya terakhir Gibran hingga ia meninggal pada tanggal 10 April 1931. Karya terakhir Gibran ini disimpan di tangan Mary dan diterbitkan tanpa nama. Karya lain dari Kahlil Gibran ialah buku nan berjudul The Garden of the Propeth .
Demikianlah pembahasan mengenai puisi perpisahan dan karya-karya Kahlil Gibran, semoga bisa menginspirasi dan bermanfaat.