Gerakan Lainnya

Gerakan Lainnya

Kini tak ada lagi kata "cacat" buat orang-orang nan tak dapat mendengar atau nan tak mempunyai bentuk tubuh seperti orang kebanyakan. Kata "difabel" menunjukan bahwa sesungguhnya mereka sama dengan orang lain hanya saja cara mereka berbeda. Mereka berkomunikasi dan berbicara dengan orang lain. Tapi, mereka menggunakan bahasa isyarat. Orang nan dapat mendengar pun dapat belajar isyarat sebagai pengetahuan tambahan. Yang menggagas DAC, loka anak-anak belajar bahasa isyarat itu, orang nan tak tuna rungu.



DAC (Deaf Art Community) Yogyakarta

Yogyakarta itu sebuah kota nan penuh dengan kejuatan dan geliat kehidupan nan selalu tumbuh. Ada saja hal-hal nan berbeda dengan kota satu ini. Banyak gerakan nan berawal dari kota nan penuh dengan dinamika ini.

Kota nan cukup sering dirundung kemalangan ini ternyata menjadi basis idealisme dan keinginan buat lebih maju dengan membantu orang lain. Bentuk donasi itu begitu majemuk hingga hal-hal nan mungkin tak terpikirkan oleh orang lain. Inilah salah satu kisah nan membuat Yogyakarta tetap berbeda dari kota lain nan ada du tanah air.

Kota ini menjadi saksi bisu kelahiran, DAC (Deaf Art Community). Bertempat di Jalan Langenarjan Lor No. 16A, Panembahan, Kraton, Yogyakarta. Markasnya menempati sebuah rumah antik dengan ruangan nan cukup buat berkumpul sekira 20-an anak sekali belajar.

Adalah Pak Broto nan tak bisu dan tak tuli nan begitu terharu mendengar penuturan salah seorang siswa nan mengatakan bahwa banyak orang nan tak mengharapkan kehadiran orang-orang bisu di tengah-tengah mereka. Orang-orang nan dapat berbicara dengan bibirnya itu seolah merasa keberatan berteman dengan orang bisu nan tak dapat diajak berkomunikasi .

Pak Broto nan juga merupakan seorang artis nan pandai berpentomin, lalu belajar bahasa isyarat ini. Ia mulai belajar dari abjad-abjad lalu kata-kata. Dengan telaten ia menjadi pengajar anak-anak nan menyandang tuna rungu. Anak-anak ini pun ada nan menjadi korban gempa Yogya tahun 2006. Kegigihan mereka telah membuahkan hasil.

Banyak anak-anak nan dapat menguasai bahasa isyarat. Bahkan banyak juga anak-anak nan tak tuli nan belajar bahasa ini. Mereka mengusung semangat bahwa mereka sama. Mereka hanya mempunyai disparitas ketika berbicara. Tetapi komunikasi itu jalan. Rasa percaya diri pun timbul hingga anak-anak ini mampu mengerti sebuah film nan diterjemahkan dalam bahasa isyarat. Mereka dapat tertawa ketika menonton film tersebut.

Siapa bilang anak tuna rungu itu tak sehebat anak-anak nan tak menyandang bisu tuli. Mereka juga dapat menyelenggarakan kontes ratu-ratuan. Buktinya ada Miss Deaf World. Dari Indonesia diwakili oleh Miss Deaf Indonesia 2012, Octaviani Wulansari.

Banyak orang nan tuna rungu ini berprestasi dan tak hanya dibidang seni. Kisah Hellen Keller dapat menjadi satu inspirasi bahwa ketika kegigihan itu bersanding dengan kemauan dan tekad nan kuat, maka cita-cita pun akan didapatkan. Allah Swt tak akan menyiakan setiap usaha nan dilakukan dengan kesungguhan hati. Hanya tinggal menunggu waktu bahwa semua itu akan terbayarkan dengan indah.

Tidak ada lagi rasa rendah diri bagi siapa saja nan mempunyai anak tuna rungu. Dengan cinta dan kasih sayang, anak-anak ini sama hebatnya dengan anak-anak lainnya. Global mereka mungkin saja sepi sebab mereka tak mendengar apa-apa. Tetapi mereka tahu arti dan makna bahagia. Mereka tahu bahwa dalam hayati nan paling krusial ialah menjadi bermanfaat bagi orang lain. Itulah mengapa mereka menjadi anak nan selalu ceria dan menganggap bahwa kemeriahan global ini ialah milik mereka juga.



Mari Belajar Bahasa Isyarat

Belajar bahasa isyarat itu harus dengan hati dan sepenuh jiwa. Ada gerakan-gerakan nan harus diikuti dengan cepat agar apa nan akan dikatakan tersampaikan. Misalnya, buat mengucapkan salam ‘Assalamu’alaikum’, tangan kanan dikepalkan. Lalu ujung ibu jari disentuhkan ke kening bagian kanan sambil tangan dimajukan ke depan. Gerakannya seperti mengucapkan kata ‘Merdeka’. Bedanya, kata ‘Merdeka’ diucapkan dengan menghentakan tangan ke atas.

Untuk menjawabnya, ‘Wa’alaikumussalam’, Jari membentuk huruf W atau acungkan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis bersama-sama. Setelah itu sentuhkan ke dahi kanan sambil diayun ke depan. Gerakannya seperti melakukan penghormatan. Kalau buat kata ‘Halo’, gerakannya persis seperti menghormat tetap hanya dengan 4 jari. Ibu jari ditekuk. Gerakan keempat jari menyentuh pelipis bagian kanan dan gerakan ke depan.

Untuk gerakan mengucapkan ‘Selamat pagi’, mulai dari mengepalkan kedua tangan dan letakkan di depan dada. Lalu untuk gerakan seperti menyibak dengan telapak tangan tetap ke bawah. Setelah itu, tengadakan kedua tangan dan angkat tangan kanan, sentuhkan ke dahi.

Gerakan ‘Selamat Datang’ hampir sama. Tetapi setelah mengepalkan tangan ke depan dada, dan melakukan gerakan menyibak dengan telapak tangan ke bawah. Balikan kedua tangan dan buatlah gerakan seolah mengajak dengan merapatkan jari-jari tangan dan bengkokan tangan sehingga seperti menunjuk pada diri sendiri. Jangan lupa buat tersenyum. Aktualisasi diri ini akan membuat orang lain mengerti apa nan dimaksudkan.

Untuk gerakan ‘Selamat Siang’, juga hampir sama dengan gerakan ‘Selamat Pagi’. Tetapi buat ‘Selamat Siang’, setelah dikepalkan dan disibakan, tangan kiri arahkan ke bawah siku tangan kanan nan mengarah ke atas. Gerakan ini seperti membntuk siku-siku.

Kalau ‘Selamat Malam’, setelah mengepal dan menyibakan kedua tangan, kepal tangan kanan dan arahkan ke bawah. Sedangkan tangan kiri hanya dibuka saja tetapi dihadapkan ke atas. Untuk ‘Selamat Tinggal’, gerakannya sama dengan cara orang nan melakukan gerakan ‘dag dag’.

Luar biasa sekali perjuangan orang-orang nan menyandang tuna rungu ini. Hanya buat sesuatu nan dianggap biasa dan mudah oleh orang nan dapat berbicara, mereka harus menghapal banyak gerakan. Kalau baru belajar, tentu akan terasa melelahkan. Hanya sebab semangat saja, mereka tak berhenti belajar.



Gerakan Lainnya

Gerakan lain nan dipelajari sejak awal ialah mengucapakan permintaan maaf. Kata ‘maaf’ ialah salah satu kata ajaib nan akan membuat interaksi antarindividu berjalan dengan baik. Gerakan buat mengucapkan ‘Maaf’ ialah dengan cara mengepalkan tangan dengan ibu jari arah ke luar. Letakkan di tengah dada sambil membuat putaran searah jarum jam. Aktualisasi diri paras seperti memelas sebab mengungkapkan rasa bersalah nan mendalam.

Gerakan ini ialah satu gerakan nan mudah tetapi maknanya dalam sekali. Orang tuna rungu ini biasanya sangat sensitif. Tidak sporadis ketika mereka melakukan gerakan ini, mereka menitikan air mata.

Gerakan kata ajaib lainnya, yaitu ‘terima kasih’ ialah dengan cara menggerakan tangan kanan nan terbuka dan sentuhkan ke bibir. Dapat dilakukan berkali-kali buat menunjukan rasa terima kasih nan mendalam.

Itulah beberapa gerakan nan sering dipakai oleh para sahabat nan mengalami tuna rungu. Kalau buat perkenalan, mereka akan menunjukan jari kelingkingnya nan diletakkan di depan dada. Selanjutnya mereka akan memperlihatkan abjad dalam bahasa isyarat.