Prinsip Penulisan Jurnalistik Radio

Prinsip Penulisan Jurnalistik Radio

Jurnalistik radio memang sedikit berbeda dengan jurnalistik televisi. Apa nan menjadi karakteristik khas jurnalistik radio dalam pandangan penulis ialah kemampuan sang jurnalis peliput memuat pelaporan verbal dengan cekatan. Seperti halnya jurnalis televisi. Jurnalis radio ialah seorang broadcaster , dirinya terikat bentuk siar-menyiar di mana paket fakta dibentuk di lapangan, bukan di atas meja redaksi seperti halnya jurnalis cetak.



Jurnalistik Radio

Kelebihan jurnalis radio dibandingkan dengan jurnalis TV, pada saat bersamaan keduanya melakukan siaran langsung, jurnalis radio harus dapat membahasakan gambar dan visual melalui ucapan verbal. Artinya sang announcer harus dapat menangkap intisari kejadian dan melaporkannya melalui narasi dan argumentasi dia sendiri. That's quietly impressive for me...

Ujung-ujungnya dapat lebih dramatis dan bombastis dibandingkan tayangan gambar. Karena sebagai pendengar, Anda tentu saja akan membayangkan sendiri apa nan diucapkan oleh si penyiar, dalam liputannya di lapangan, dengan lebih tegang lagi, menerka-nerka penuh harap. Jurnalisme dag dig dug. Sebagaimana pada saat kelahiran teori komunikasi Jarum Hypodermic.

Pada 1950 Amerika Perkumpulan digegerkan oleh warta tentang penyerangan Alien dari Mars nan disiarkan di radio. Penyiar radio dengan lebay- nya, menceritakan proses penyerangan Alien seperti sungguhan terjadi. Padahal dia hanya membacakan apa nan pernah dia baca pada karya H.G Wells tentang perang antara global manusia melawan mahluk dari angkasa luar War of the World .

Keluarga Amerika Perkumpulan langsung geger, anak-anak sembunyi di bawah loka tidur, orangtua mereka menyiapkan senapan, para orang tua rajin ke gereja. Kejadian jurnalisme radio nan lebay itu, telah melahirkan teori bahwa media massa 'penyiaran' memiliki imbas traumatik pada audiensnya.

Di tambah lagi pada masa itu Senator Joseph McCarthy, juga menyiarkan kepada publik Amerika bahaya komunisme dengan bombastis lewat radio. Efeknya, warga negara AS nan hayati aktif di era 60-70-80 membenci Rusia dan China, dan memulakan babak baru perang dingin. Tentu saja semua ini ada penjelasannya. Sebagaimana klarifikasi dari Stokkink, [1997]. Bahwa :

Radio sebagai salah satu bagian dari komunikasi massa pada perkembangannya telah mendapat loka tersendiri, baik bagi masyarakat maupun diperkotaan atau dipedesaan. Hal ini sebab radio memiliki sifat nan sangat pribadi di antara semua manusia.

Sangat pribadi, itu juga keunggulan dari pemberitaan jurnalistik radio. Sekadar mengisahkan, pada saat banjir besar di Jakarta pada 2007. Ada radio warta KBR 68H Utan Kayu, nan menggambarkan suasana massa nan tengah mengungsi banjir. Bahkan para pengungsi ikut-ikutan siaran, dan bersama dengan penyiar profesional dan para jurnalisnya saling mengabarkan suara dukungan kepada warga nan tengah kesusahan sebab banjir.

Kekerabatan nan terbangun di antara penyiar dan warganya, pula pendengarnya nan secara terus menerus memberikan kabar aktual kejadian melalui sms atau telepon diabadikan dengan off air bersama. Jurnalis radio memang lebih langsung dalam memberikan pengalaman jurnalistik warga nan saat ini tengah marak diperbincangkan. Dalam hal ini seorang jurnalis radio memang tengah menerapkan apa nan diungkapkan oleh Hafied Cangara [1998] sebagai dapat dipercaya penyiar.

"Kredibilitas komunikator dapat diperoleh, bila ia memiliki keterampilan berkomunikasi secara lisan atau tertulis (communication skiils), pengetahuan nan luas tentang apa nan dibahasnya (knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitude), serta mampu beradaptasi dengan sistem sosial dan budaya (social and cultural system) dimana khalayaknya berada."

Bahkan tanpa saling berjumpa pun keakraban pendengar dengan broadcaster tengah terbangun pada saat sang broadcaster mengucap kata salam. Terkadang pendengar akan membayangkan seperti apakah rupa dan sifat si pemilik suara. Theo Stokkink [1997] pun menambahkan:

"Pada umumnya syarat primer nan sangat diperlukan oleh seorang penyiar buat berkomunikasi ialah harus mampu berfikir cepat dan memiliki pengetahuan luas, menaruh perhatian pada permasalahan manusia, mampu bersikap ramah, kemampuan mempengaruhi orang lain, kemampuan meyakinkan pendengar secara pribadi, serta mempunyai kharisma."

Terbangun karisma. Dan pula pernah seorang teman jurnalis radio bercerita bahwa dia kadang dibawakan beras, dibawakan makanan, dicalon mantukan oleh para fans eh.. audiensnya. Dan tentu saja itu bukan gratifikasi, suap, atau kegiatan lain nan melanggar kode etik. Sebentuk hal 'remeh' membuat para jurnalis jenis lainnya menjadi iri.



Karakteristik Jurnalistik Radio

Pengertian jurnalistik radio yaitu proses produksi warta nan penyebarluasannya dilakukan lewat media radio siaran. Jurnalistik radio bersifat "bercerita" ( storytelling ), yaitu menuturkan atau menceritakan sebuah masalah ataupun peristiwa dengan memakai gaya percakapan ( conversation ). Jurnalisitk radio itu sendiri memiliki beberapa karakteristik.

  1. Karakteristik pertama jurnalistik radio ialah auditif. Artinya, buat telinga, buat didengarkan, buat dibacakan ataupun buat disuarakan.

  2. Karakteristik kedua jurnalistik radio ialah spoken language . Artinya jurnalistik radio memakai bahasa atau gaya bicara nan sama dengan percakapan sehari-hari ( spoken words ). Kata-kata nan digunakan pun harus sama dengan kosakata pendengar agar langsung dipahami.

  3. Karakteristik ketiga jurnalistik radio ialah sekilas. Artinya, tak bisa diulang. Oleh sebab itu, jurnalistik radio harus bersifat jelas, sederhana, sekali diucapkan langsung dimengerti oleh pendengar, dan lain-lain.

  4. Karekteristik keempat jurnalistik radio ialah global. Artinya tak bersifat detail dan tak bersifat rumit. Fakta-fakta diungkapkan secara ringkas.


Prinsip Penulisan Jurnalistik Radio

Berikut empat prinsip penulisan dalam jurnalistik radio.

  1. Prinsip penulisan jurnalistik radio nan pertama ialah ELF ( Easy Listening Formula ). Artinya susunan kalimat nan dibuat bersifat enak didengar dan mudah dipahami pada saat pertama kali didengar.

  2. Prinsip penulisan jurnalsitik radio nan kedua ialah KISS ( Keep It Simple and Short ). Artinya, jurnalistik radio itu bersifat ekonomis kata, tak mengumbar kata, memakai kalimat-kalimat pendek, dan tak rumit. Selain itu, usahakan memakai seminimal mungkin adjektiva dan anak kalimat.

  3. Prinsip penulisan jurnalistik radio nan ketiga ialah WTYT ( Write The Way You Talk ). Artinya, tuliskan seperti apa nan diucapkan atau menulis buat diucapkan (disuarakan), tak buat dibaca.

  4. Prinsip penulisan jurnaslitik radio nan terakhir ialah "satu kalimat satu nafas". Hindarilah pemakaian anak kalimat dan upayakan setiap kalimat bisa diucapkan atau disampaikan dalam satu nafas.


Elemen Pemberitaan Jurnalistik Radio

Berikut empat elemen pemberitaan jurnalistik radio.

  1. Elemen pemberitaan jurnalistik radio nan pertama ialah News Gathering (pengumpulan hasil liputan atau bahan berita), serperti teknik reportase, wawancara, studi literatur, dan pengamatan secara langsung.

  2. Elemen pemberitaan jurnalistik radio nan kedua ialah News Production , yaitu penyusunan naskah, backsound , penentuan "kutipan wawancara" ( sound bite ), imbas suara, dan lain-lain.

  3. Elemen pemberitaan jurnalistik radio nan ketiga ialah News Presentation (penyajian berita).

  4. Elemen pemberitaan jurnaslitik radio nan keempat ialah News Order (urutan berita).


Produk Jurnalistik Radio

Berikut beberapa produk jurnalisitik radio nan biasa didengar di radio.

  1. Copy. Produk jurnalistik radio ini ialah warta pendek berdurasi 15-20 detik dan berupa warta krusial nan harus segera diberitakan.

  2. Voicer. Produk jurnalistik radio ini berupa laporan reporter.

  3. Paket. Produk jurnalistik radio ini berupa gabungan naskah warta dan petikan wawancara nan berdurasi sekitar 2-8 menit.

Itulah klarifikasi tentang jurnalistik radio, mulai ciri jurnalistik radio sampai produk-produk jurnalistik radio.