Kekurangan Novel Laskar Pelangi
Kehebatan Novel Laskar Pelangi
Sebelumnya, mari kita lihat dulu kelebihan dari novel berjumlah 494 halaman ini. Novel Laskar Pelangi ditulis oleh Andrea Hirata dan diterbitkan oleh penerbit Bentang, Yogyakarta. Novel ini bagus sekali buat dibaca sebab menceritakan tentang perjuangan 10 orang anak miskin nan ingin terus bersekolah. Lengkap dibumbui oleh kisah-kisah jenaka dan mengharukan. Lantas dimana kekurangan novel laskar pelangi ini?
Masalah pendidikan menjadi sesuatu nan sangat manis dituturkan dalam novel ini. Indahnya dan manisnya memang baru dapat dirasakan ketika hasil dari pendidikan itu telah dirasakan pada saat ini. Ketika saat-saat itu dialami, niscaya ada rasa getir. Apalagi melihat sekolah lain nan berada tak jauh dari situ, terlihat megah dengan segal fasilitas nan begitu menunjang. Sebuah sekolah nan didukung penuh oleh sebuah perusahaan timah nan cukup besar dan sangat berjaya.
Sayang memang saat ini tak dapat menyaksikan kehebatan dan kebesaran perusahaan tambang timah itu lagi. Dahulu, perusahaan itu sangat maju sehingga pulau Bangka dan Belitong menjadi terkenal dan makmur. Mungkin orang tak banyak tahu bahwa ada kisah tentang pendidikan nan terlihat dianaktirikan. Namun, begitulah fenomena hidup. Bahwa nan miskin akan semakin miskin dan nan kaya akan semakin kaya.
Andrea Hirata sangat tahu bahwa hanya dengan pendidikanlah maka nasib itu dapat diperbaiki. Orang nan mempunyai ilmu akan berusaha mendapatkan penghasilan nan lebih baik. Dengan penghasilan nan cukup baik inilah ia akan menikmati sedikit estetika dunia. Demi mendapatkan kehidupan nan lebih baik itulah, orang harus mempunyai mimpi. Dalam novel ini, Andrea Hirata menggambarkan betapa impian itu adlaah suatu tambuk dan bahan bakar nan akan membuat orang bergerak terus dan berusaha mencari jalan menuju impiannya.
Kalau terasa lelah dalam menggapai impian itu, itulah pertanda bahwa impian itu sudah tak lagi mimpikan. Kalau begitu, ganti dengan mimpi lain. Kisah seorang wanita nan bermimpi mempunyai rumah impiannya tanpa mengutang, membuatnya menabung selama puluhan tahun. Ia pun sempat mengalami peristiwa penipuan nan menghabiskan hampir seluruh hartanya. Impian mendapatkan rumah impian tanpa kredit atau utang itu terus dilakukannya. Walaupun ia sempat tergiur mengambil kredit ke bank, ia akhirnya kembali ke impiannya semula.
Ia juga sempat berpikir meminta pinjaman kepada orangtuanya. Tetapi mimpi mendapatkan ruamh tampa utang itu terus saja membayang. Ia bahkan sempat berpikir bahwa mungkin Tuhan tak akan memberinya rezeki rumah tanpa utang. Namun, tiap kali ia mundur, tiap kali itu juga impiannya menariknya. Inilah nan dirasakan oleh orang-orang nan konfiden bahwa impiannya akan menjadi nyata. Ia tak akan melupakan mimpi itu ataupun surut ke belakang. Impian itu begitu menarik dan mengguncang jiwa.
Tarikan Mimpi – Jangan Takut bermimpi
‘Bermimpilah dan biarkan mimpi nan akan menarik Anda’. Begitulah kira-kira nan mungkin nan hendaka disampaikan penulis Laskar Pelangi kepada pembacanya. Pada awalnya, novel ini tak dilirik sebab temanya berbeda dengan tema novel lain nan sedang digemari. Namun, sekali lagi, kekuatan mimpi itu menarik sehingga banyak nan membacanya dan bahkan acara Kick Andy mengundang penulisnya dan membahas kisah dalam novel tersebut.
Tidak hanya sampai di sana tarikan dari mimpi-mimpi itu, Riri Reza dan Mira Lesmana membuat filmnya. Tidak hanya sebuah film nan berasal dari novel karangan Andrea Hirata, tetapi sudah ada dua film nan merupakan lanjutan dari kisah Laskar Pelangi. Jangan takut bermimpi. Seorang tukang jahit nan bermimpi tak akan menjahit lagi dimasa tuanya, bekerja sebagai seorang tukang kebun dan menggarap kebun karetnya sendiri. Ia konfiden bahwa suatu saat karet itu akan menghasilkan dan akan memberikan uang nan banyak. Ia hanya berpikir bahwa pendapatannya dari menjahit tak akan cukup membiayainya berziarah ke Ka’bah. Keinginan dan impian itu begitu kuat sehingga ia terus menanamkan uangnya di kebuh karetnya.
Cemoohan dan tentangan dari keluarga tak akan menyurutkannya sebab impiannya telah menyeretnya ke pusaran fenomena nan akan terlihat dimasa depannya. Akhirnya impian itu pun menjadi nyata. Kini ia telah umroh dan haji. Ia tak lagi menjahit dan hanya mengamati kebun karetnya. Jangan remehkan cita-cita dan impian. Mereka ialah doa nan dipanjatkan kepada Sang Pengusa jagad raya. Tiada nan tak mungkin bagi-Nya.
Hanya saja manusia harus jujur mengikhlaskan dirinya hanya kepada-Nya. Allah Swt itu sangat oencemburu. Jangan sesekali menyekutukannya. Pasrahkan diri dan yakinlah suatu saat kalau menjalani kehidupan dengan ikhlas, niscaya ada hasil. Banyak nan telah membuktikannya sehingga tak ada nan harus diragukan lagi dengan kekuatan impian itu. Doa nan terlahir dari dalam hati nan terdalam akan menarik ke pusaran fenomena nan latif sehingga ucap syukur itu akan terdengar begitu menyentuh kalbu.
Inilah nan digambarkan dalam Laskar Pelangi. Tidak mengherankan kalau kini Laskar Pelangi diterbitkan dalam bahasa Inggris dan dijual di beberapa negara. Hebatnya lagi, Laskar Pelangi menjadi buku best seller internasional. Walaupun ada nan meragukannya dan bahkan membuat analisisnya di medaia digital dan hingga Anrea Hirata harus menempuh jalur hukum, tidaklah semua itu mengurangi estetika kisah ke-10 anak Belitong dengan seorang guru nan mereka cintai.
Kekurangan Novel Laskar Pelangi
Bila ditilik-tilik, hampir sedikit sekali kekurangan novel Laskar Pelangi ini. Bagi sebagian besar orang, hal nan paling menganggu dari novel ini ialah penuturan gaya bahasanya nan berat dan terlalu penuh dengan metafora. Tetapi itu bukan suatu kekurangan. Inilah bentuk bertutur nan lain nan harus dipelajari oleh pembaca di Indonesia.
Namun sebab sering dibicarakan dimana-mana, rasa penasaran membuat orang rela membaca novel nan masuk aliran sastra ini. Terlepas dari kekurangan Laskar Pelangi nan penuh dengan metafora berlebihan, cerita ini sangat mendidik dan selalu direkomendasikan buat dibaca oleh guru-guru sekolah terpencil. Tentu saja, semangat mengajar dan belajar dalam novel ini akan menggugah guru-guru honorer nan sempat malas buat mendidik siswa-siswi mereka.
Satu lagi kekurangan Laskar Pelangi nan dapat kita tilik ialah banyaknya cerita nan melompat-lompat. Bagi sebagian penggemar Andrea Hirata, cerita melompat-lompat ini dianggap sebagai karakteristik khas dari seorang Andrea. Namun bagi pembaca awam, cerita nan melompat ini sungguh mengganggu keasyikan membaca. Ini juga cara lain mendidik diri melihat sesuatu dari pandangan nan berbeda.
Tak sporadis pula, ada beberapa kalimat atau beberapa halaman nan sebenarnya tak perlu ada di dalam novel itu. Yang kalau dihilangkan pun tak akan berpengaruh besar terhadap cerita. Satu lagi kekurangan Laskar Pelangi ini adalah, penuturan nan agak hiperbola bila mengingat nan menuturkannya ini ialah anak SD. Bahasa-bahasa ilmiah dan sastra nan berat.
Tapi ini mungkin salah satu kelebihan cerita ini. Kecerdasan Lintang nan terlalu berlebihan juga menjadi satu titik kekurangan novel Laskar Pelangi ini. Karena setting cerita ialah pulau Belitong nan miskin akses informasi. Maka perlu ditanyakan, darimana Lintang dapat sangat pandai Bahasa Inggris dan kecerdasannya melampaui mahasiswa? Padahal mencari buku teks saja susah.
Dari Novel ke Film
Kekurangan Laskar Pelangi itu dipoles oleh Riri Riza dan Mira Lesmana dalam film dengan judul nan sama, Laskar Pelangi. Riri Riza membuat kecerdasan Lintang hanya sebatas kecerdasan anak SMP saja. Jadi tak terlalu berlebihan. Harga buku nan mahal dan sulit dijangkau oleh kaum marjinal juga menjadi satu kekurangan dari novel Laskar Pelangi ini.
Namun meskipun begitu, novel ini patut diacungi empat jempol sebab sukses membius pembaca di seluruh Indonesia. Tentu saja membawa akibat positif terhadap semangat belajar dan mengajar para guru dan siswa di seluruh tanah air.