Sistem Peringatan Tsunami
Jika berbicara tentang bala besar di Indonesia, pikiran Anda tentu akan melayang ke peristiwa tahun 2004. Tak dapat dipungkiri, kejadian tsunami Aceh tahun 2004 ialah bala paling dahsyat nan banyak menyita perhatian, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Tsunami ialah istilah nan berasal dari bahasa Jepang. “Tsu” nan berarti pelabuhan dan “nami” nan memiliki arti ombak. Jadi, tsunami dapat diartikan sebagai gelombang ombak besar nan menyapu daratan. Penyebabnya dapat bermacam-macam, mulai dari gempa sebab pergeseran lempeng bumi atau gempa nan disebabkan oleh gunung berapi di bawah laut.
Kronologis Tsunami Aceh Tahun 2004
Pada waktu itu, terjadi gelombang tsunami nan sangat besar dan para nelayan tak merasakan hal tersebut sebab sedang berada di tengah laut. Ketika mereka kembali ke daratan, ternyata mereka melihat sekitar pelabuhan rusak parah.
Dengan kejadian tersebut, para nelayan mengambil konklusi bahwa gelombang tsunami hanya akan timbul di sekitar pelabuhan dan tak di tengah lautan nan dalam.
Tsunami datang sebagai rangkaian gelombang nan bisa terjadi dalam waktu lima menit sampai satu jam, ataupun jarak dalam waktu tersebut. Gelombang pertama belum tentu nan paling berbahaya. Ukuran gelombang bisa berbeda di lokasi nan berbeda. Gelombang tsunami nan sampai di daratan akan menyapu dan menghancurkan semuanya.
Peristiwa tsunami di Aceh, terjadi tepat sehari setelah seremoni Natal, yaitu pada tanggal 26 Desember 2004. Bala ini berawal dari kejadian gempa bumi nan berkekuatan 9,3 SR di kedalaman 10 Km di bawah permukaan bahari (ada pula nan mengatakan 30 Km), tepatnya di utara Pulau Simeulue nan ada di bahari barat Sumatera.
Gempa nan terjadi pada pagi hari ini (tepatnya pukul 07:58:53) dirasakan cukup lama dan diklaim memiliki durasi gempa paling lama di dunia, yaitu sekitar 10 menit. Setelah gempa dahsyat ini terjadi, datanglah gelombang besar dari bahari nan langsung menyapu daratan Aceh dan Sumatera Utara.
Dari citra bala ini, Anda dapat menduga seberapa banyak korban tsunami aceh nan lalu. Ratusan ribu korban tewas dan luka-luka, infrastruktur kota hancur dan banyak keluarga nan kehilangan loka tinggal.
Tsunami Aceh 2004 ini ternyata tak hanya menelan korban jiwa dari negeri sendiri. Gempa tsunami Aceh dengan kekuatan 9,3 SR tersebut ternyata menimbulkan gelombang air bahari nan tidak hanya menyapu wilayah Aceh dan sekitarnya, tapi juga beberapa wilayah lain di luar Indonesia. Berikut ini beberapa contoh negara nan terkena imbas tsunami Aceh tahun 2004 .
- Thailand. Daerah Pukhet di Thailand nan banyak dikunjungi wisatawan, menelah ribuan korban jiwa. Bahkan, cucu Raja Rama IX nan dikenal dengan nama Bhumibol Adulyadej (21 tahun), dilaporkan turut menjadi salah satu korban tsunami.
- Srilanka. Di negara ini jutaan orang merasakan gempa dan ribuan orang di antaranya telah menjadi korban tsunami. Semuanya diperkirakan mencapai 45.000 jiwa.
- India. India nan berdekatan dengan negara Srilanka ini pun terkena akibat tsunami Aceh. Telah dilaporkan bahwa kurang lebih 12.000 jiwa telah menjadi korban.
Itu ialah beberapa negara lain nan memiliki korban jiwa nan cukup banyak dampak tsunami Aceh. Beberapa negara lainnya nan juga terkena efek tsunami ialah Myanmar, Malaysia, Maladewa, dan Bangladesh. Namun, jumlah korban jiwa nan tewas dampak tsunami ini tak sebanyak negara-negara nan telah disebutkan di atas.
Tsunami di Aceh ini, seperti nan sudah di sebutkan sebelumnya, terjadi pada tahun 2004. Tsunami di Aceh ini, disebabkan sebab gempa nan berkekuatan 9,1 hingga 9,3 skala richer. Akibatnya, gelombang besar pun menghantam beberapa wilayah. Adapun penyebab dan tanda-tanda terjadinya tsunami antara lain sebagai berikut.
1. Gempa Bumi
Sebuah gempa lokal seringkali merupakan peringatan pertama tsunami. Jika kita merasakan gempa di daerah rawan tsunami, dan mendengarkan peringatan dari radio atau TV, kita bersiap buat pergi ke loka nan lebih tinggi.
2. Surut Samudera
Tanda lain dari tsunami ialah kenaikan tidak terduga atau surutnya air bahari dari ketinggian biasanya. Air bahari surut dengan cepat, terlihatnya dasar laut, terumbu karang dan ikan merupakan pertanda bahwa gelombang besar dalam perjalanan. Bila ini terjadi, kita harus segera pergi menuju tanah tinggi atau minimal 4 mil dari pantai.
3. Suara Gemuruh
Sebuah tsunami nan sedang mendekati menciptakan suara keras seperti sebuah kereta atau pesawat jet. Suaranya begitu bergemuruh. Jika Anda mendengar suara ini tanpa alasan apapun, kemungkinan besar itu ialah tsunami nan sedang mendekati daratan.
Cepat siaga dan segera pergi ke dataran nan lebih tinggi atau daerah nan jauh dari pantai. Jika melihat tanda-tanda seperti ini, kita harus mencari loka tinggi buat berlindung, di antaranya dengan naik ke atas bukit atau dengan menaiki gedung nan tinggi.
Sistem Peringatan Tsunami
Sistem Peringatan Tsunami harus dipasang di tempat-tempat rawan tsunami buat mencegah adanya korban jiwa jika tsunami tersebut terjadi. Sistem ini mencatat perubahan tekanan dari dasar bahari dan mengirimkan informasi ke sensor pada pelampung dan kemudian ke stasiun peringatan melalui satelit. Jika perlu, pusat-pusat peringatan mengeluarkan peringatan tsunami melalui stasiun radio dan TV buat daerah nan bersangkutan.
Indonesia sebagai negara kepulauan sekaligus rawan bala tsunami harus mempunyai sistem ini. Mungkin sudah ada beberapa nan dipasang, tapi sejauh ini, belum berfungsi optimal.
Terbukti, tsunami di Kepulauan Mentawai belum dapat dideteksi buat diumumkan kepada masyarakat setempat. Akibatnya, datangnya tsunami tak disadari dan akhirnya memakan korban nan tidak sedikit. Lebih dari 100 orang meninggal dan 500 lebih orang dinyatakan hilang. Jadi, Indonesia harus lebih melengkapi atau memasang tanda peringatan tsunami nan lebih canggih.
Sistem peringatan dini buat tsunami dipasang buat memberikan peringatan kepada warga akan datangnya tsunami. Di Indonesia sendiri, sistem peringatan dini tsunami dikembangkan oleh BMKG (Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika) bersama dengan instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi non pemerintah, dan negara-negara donor.
Dengan sistem peringatan dini buat tsunami ini, diharapkan pemberitahuan tentang adanya bahaya tsunami bias, diberikan maksimal 5 menit setelah gempa bumi terjadi.
Sistem peringatan dini tsunami ini bekerja dengan cara merekam terjadinya gempa dengan menggunakan seismograf , yaitu alat pencatat gempa, nan kemudian hasil catatan gempa ini akan dikirimkan ke BMKG pusat nan ada di Jakarta menggunakan satelit.
Data ini kemudian diolah oleh BMKG menggunakan peralatan canggih dan apabila data nan dihasilkan memberitahukan akan datangnya tsunami, BMKG akan memberikan hasil pengolahan data ini kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dan media.
Selain itu, peringatan tentang adanya bahaya tsunami juga dikirimkan melalui SMS, Faximilie, telepon, Ranet (radio internet), FM RDS (Radio Data System), dan juga melalui website resmi BMG, yaitu www.bmg.go.id .
Indonesia sebagai negara kepulauan sekaligus rawan bala tsunami harus mempunyai sistem ini. Mungkin sudah ada beberapa nan dipasang, tapi sejauh ini, belum berfungsi optimal.
Terbukti, tsunami di Kepulauan Mentawai belum dapat dideteksi buat diumumkan kepada masyarakat setempat. Akibatnya, datangnya tsunami tak disadari dan akhirnya memakan korban nan tidak sedikit. Lebih dari 100 orang meninggal dan 500 lebih orang dinyatakan hilang. Jadi, Indonesia harus lebih melengkapi atau memasang tanda peringatan tsunami nan lebih canggih.
Dari pengalaman di lapangan, media nan paling efektif buat memberitahukan peringatan dini tsunami ini ialah radio. Karena itu, masyarakat di sekitar pantai nan berpeluang sangat besar terkena tsunami ini disarankan memiliki radio FM nan dapat digunakan buat mengetahui adanya bahaya tsunami.
Rekonstruksi tsunami Aceh menjadi bagian krusial sebab termasuk dari bagian NKRI nan menggunakan syariat dalam mu’amalahnya. Pembangunan infrastruktur pendidikan dan layanan-layanan sosial hendaknya didahulukan.
Dalam rekonstruksi nanti diperlukan mapping wilayah dan membagi menjadi beberapa zona. Zona-zona ini dapat terbagi menjadi beberapa tingkatan, mulai dari zona konservasi sampai pada zona pemukiman.
Zona pertama, yaitu zona perlindungan. Zona ini mencakup daerah pinggir pantai nan secara langsung berbatasan dengan laut. Dilakukan pembangunan tanggul atau semacamnya dan paling krusial tanpa mengurangi nilai lingkungannya, yaitu pohon-pohon nan kokoh nan paling tak dapat mengurangi resiko tsunami.
Zona kedua, zono pertanian dan perkebunan, dan zona nan terakhir ialah zona pemukiman nan jauh dari pantai. Pemukiman ini terletak di daerah-daerah perbukitan atau daerah dengan ketinggian minimal 400 dpl, sehingga jumlah korban bisa diminimalkan. Dengan begitu, korban tsunami tak akan berjatuhan seperti tsunami Aceh tahun 2004 lalu.