Ki Hajar Dewantara
Pendidikan nan berkembang dan semakin maju di Indonesia tentu tak lepas dari perjuangan para tokoh pendidikan Indonesia. Demi kemajuan bangsa serta mencerdaskan kehidupan masyarakat, para tokoh pendidikan Indonesia itu rela melakukan apa saja, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Bahkan, ada beberapa di antara mereka nan menentang peraturan nan diberlakukan pada zamannya, misalnya pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Demi kemajuan bangsa dan demi terbebasnya bangsa Indonesia dari belenggu penjajah, mereka tak memedulikan dirinya. Tidak bisa dibayangkan jika tak ada para tokoh pendidikan itu.
Mungkin sampai sekarang, Indonesia masih dijajah dan menjadi negara terbelakang. Untuk itu, masyarakat Indonesia patut bersyukur sebab perjuangan mereka, Indonesia menjadi negara merdeka dan berkembang mengikuti zaman. Berikut ini tokoh-tokoh pendidikan Indonesia nan berperan krusial dalam kemajuan Indonesia.
Kiai Hasyim Asy'ari
Salah satu tokoh pendidikan Indonesia ini mempunyai nama lengkap Kiai Haji Mohammad Hasyim Asy'ari. Beliau lahir pada 10 April 1875 di Jombang, Jawa Timur. Anak ketiga dari pasangan Kiai Asy'ari dan Halimah ini mendapatkan pendidikan langsung dari ayah dan kakeknya nan bernama Kiai Utsman. Kakeknya merupakan pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang.
Keinginan beliau buat menimba ilmu, terutama ilmu agama, sangat besar. Dengan tekun dan rajin, beliau mempelajari semua nan diajarkan oleh ayah dan kakeknya. Meskipun demikian, hasrat buat menimba ilmu dalam diri beliau belumlah terpuaskan.
Beliau pun belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya, mulai dari Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesanren Kademangan di Bangkalan, hingga Pesantren Siwalan di Sidoarjo.
Pada 1892, beliau ke Mekah buat menimba ilmu. Pada 1899, beliau kembali ke Indonesia dan mendirikan Pesantren Tebu Ireng. Pesantren itu mengajarkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Karena ajarannya itu, beliau mendapat kecaman. Namun, beliau tak mengindahkannya. Beliau tetap mendidik santri-santrinya dengan baik. Pada 1926, beliau mendirikan Nadhlatul Ulama (NU). Pengaruh Kiai Hasyim Asy'ari beserta para pendiri NU semakin besar.
Bahkan, pemerintah Belanda menawarkan gaji nan besar sebagai pegawai negeri. Akan tetapi, tawaran itu ditolaknya. Ketika pemerintahan Jepang, beliau ditangkap. Karena usaha anaknya, Kiai Haji Wahid Hasyim, beliau bebas. Setelah Indonesia merdeka, beliau tetap mengobarkan semangat para pemuda buat mempertahankan kemerdekaan melalui pidato-pidatonya. Beliau mati pada 1947 dan dimakamkan di Tebu Ireng.
Dr. Sutomo
Salah satu tokoh pendidikan Indonesia ini lahir di Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888. Dr. Sutomo mempunyai nama orisinil Subroto. Pada 1903, Dr. Sutomo menimba ilmu kedokteran di STOVIA ( School tot Opleiding van Indische Artsen atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia) nan sekarang berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Selama mengenyam pendidikan di STOVIA, tepatnya 20 Mei 1908, beliau bersama teman-temannya mendirikan sebuah organisasi nan diberi nama Budi Utomo. Mereka mendirikan Budi Utomo dengan tujuan memajukan pendidikan, pertanian, perdagangan, serta kebudayaan Indonesia. Setelah lulus dari STOVIA pada 1911, beliau bertugas ke berbagai daerah, yaitu ke Semarang, Tuban, Lubuk Pakam, dan Malang. Pada 1919, beliau kembali mengenyam pendidikan kedokteran di Belanda.
Sekembalinya ke Indonesia, tepatnya 1924, beliau mendirikan ISC ( Indonesische Studie Club atau Kelompok Studi Indonesia ) nan berganti nama menjadi PBI (Partai Bangsa Indonesia). Sementara tekanan Belanda semakin keras, Dr. Sutomo mendirikan PARINDRA (Partai Indonesia Raya) buat berjuang mencapai kemerdekaan. Selain politik dan kedokteran, beliau juga terjun ke global jurnalistik. Terbukti dari perannya sebagai pemimpin beberapa surat kabar. Dr. Sutomo mati pada 1938 di Surabaya.
Ki Hajar Dewantara
Salah satu tokoh pendidikan Indonesia ini lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Pemilik nama lengkap Raden Mas Soewardi Soeryaningrat ini dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Beliau sempat mengenyam pendidikan di STOVIA, tapi tak tamat. Kemudian, beliau mencoba bekerja sebagai penulis dan wartawan pada surat kabar Sediotomo , Midden Java , De Expres , Oetoesan Hindia , Kaoem Moeda , Tjahaja Timoer , serta Poesara .
Beliau juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Bersama Douwess Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, mereka mendirikan IP ( Indische Partij ). Akan tetapi, partai ini ditentang Belanda. Ki Hajar Dewantara menulis tulisan nan mengkritik Belanda, yaitu Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu Unuk Semua, tapi Semua Untuk Satu Juga).
Karena tulisannya itu, beliau diasingkan ke Pulau Bangka. Begitu pula dengan Douwess Dekker nan diasingkan ke Kupang dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo nan diasingkan ke Banda. Namun, mereka menolak dan meminta diasingkan ke Belanda.
Di Belanda, Tiga Serangkai ini menimba ilmu di Europeesche Akte. Sekembalinya ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Nasional Tamansiswa. Segala aktivitas di Tamansiswa ditentang oleh Belanda.
Namun, Ki Hajar Dewantara tetap mempertahankannya. Setelah Indonesia merdeka, beliau dipercaya buat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pertama. Pada 1957, beliau mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada. Beliau mati di Yogyakarta pada 1959.
Arief Rachman
Salah satu tokoh pendidikan Indonesia ini lahir di Malang, 19 Juni 1942 dan mempunyai nama lengkap Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd. Anak dari pasangan H.R. Abdoellah Rachman dan R. Siti Koersilah ini sudah lama berlalu lalang di global pendidikan. Karier suami dari Dra. Hj. Haryati Suwardi di global pendidikan diawali dengan menjadi seorang guru di SMA Labschool Rawamangun, Jakarta.
Karena keseriusannya di global pendidikan, beliau diangkat menjadi kepala sekolah SMA nan sama. Global pendidikan tak lepas dari tokoh nan satu ini. Beliau pernah menjadi dosen luar biasa di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia serta menjadi guru besar di Universitas Negeri Jakarta.
Tokoh pendidikan Indonesia nan menghabiskan masa kecilnya di Bogor ini pernah berjumpa dengan George Walker Bush di Istana Bogor pada 20 November 2006 buat membahas masalah pendidikan.
Saat ini, beliau menjadi Kepala Harian Komisi Nasional Indonesia buat UNESCO sejak 2001, Dosen Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Jakarta sejak 1964, serta Wakil Ketua Komisi Pencari Fakta Kekerasan IPDN nan dibentuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diketuai oleh Ryaas Rasyid.
Anies Baswedan
Salah satu tokoh pendidikan Indonesia nan mempunyai nama lengkap Anies Rasyid Baswedan ini lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969. Beliau merupakan anak pertama dari pasangan dosen. Ayahnya bernama Drs. Rasyid Baswedan, pernah menjadi Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia dan ibunya bernama Prof. Dr. Aliyah Rasyid, M.Pd., menjadi guru besar di Universitas Negeri Yogyakarta.
Dibesarkan dalam keluarga nan mementingkan pendidikan, membuat dirinya terus belajar dan bertekad membangun Indonesia melalui jalur pendidikan. Beliau menghabiskan masa kecilnya di Yogyakarta dan pernah mengikuti pertukaran pelajar selama satu tahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat.
Saat kuliah di Universitas Gadjah Mada, beliau mendapat beasiswa buat kuliah musim panas di Tokyo, Jepang. Setelah lulus dari Universitas Gadjah Mada, beliau mendapat beasiswa Fulbright buat pendidikan Master bidang International Security and Economic Policy, Universitas Maryland, College Park.
Sepulangnya ke Indonesia, tepatnya 15 Mei 2007, beliau dilantik menjadi rektor Universitas Paramadina menggantikan cendekiawan dan intelektual Muslim, Nurcholish Madjid, nan menjadi salah satu pendiri Universitas Paramadina. Pada 2008, Anies Baswedan mencetuskan program beasiswa nan diberi nama Paramadina Fellowship .
Itulah profil singkat para tokoh pendidikan Indonesia dari masa ke masa. Semoga kiprah para tokoh pendidikan Indonesia bisa meningkatkan kualitas pendiikan di Indonesia.