Proses Morfologis

Proses Morfologis

Dalam ilmu bahasa (linguistik) dikenal berbagai macam cabang ilmu. Salah satunya ialah linguistik deskriptif nan mempelajari kajian struktur bahasa. Linguistik deskriptif terdiri atas empat cabang ilmu lainnya, yaitu fonologi, morfologi, semantik, dan sintaksis. Pada artikel ini, akan dijelaskan salah satu linguistik dekriptif tersebut, yaitu morfologi bahasa Indonesia .

Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik nan mempelajari satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatika. Morfologi mempelajari seluk-beluk sebuah kata serta perubahan bentuk kata tersebut, baik secara gramatik maupun semantik. Morfologi bahasa Indonesiaberarti mempelajari seluk beluk kata dalam bahasa Indonesia dan seluruh perubahan bentuknya.

Secara bahasa, morfologi diambil dari bahasa Yunani, yaitu morphologie . Morphe berarti bentuk, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi, morfologi berarti ilmu nan mempelajari bentuk.

Dalam arti nan lebih luas, morfologi ialah ilmu nan mempelajari bentuk kata dan segala proses perubahan kata tersebut ke bentuk nan lainnya. Perubahan kata tersebut berpengaruh pada perubahan kelas kata dan arti kata tersebut.

Ada beberapa kajian krusial nan harus dipelajari dalam mempelajari morfologi bahasa Indonesia . Kajian tersebut meliputi hal berikut ini.



Morfem

Mempelajari morfologi tak bisa terlepas dari morfem. Morfem ialah suatu bentuk bahasa nan tak memiliki bagian-bagian lain nan lebih kecil. Morfem merupakan unsur gramatikal terkecil nan memiliki makna. Dalam proses pembentukan kata, morfem merupakan unsur terkecil.

Makna nan dikandung morfem bisa berupa makna leksikal maupun makna gramatikal. Secara sederhana, morfem bisa berupa sebuah kata atau imbuhan. Imbuhan tak memiliki makna secara leksikal, namun dapat memberikan makna pada sesuatu nan dilekatinya (makna gramatikal).

Selain morfem, dalam morfologi juga dikenal istilah morf dan alomorf . Morf ialah sebuah fonem atau lebih nan berasosiasi dengan suatu makna. Morf merupakan anggota morfem nan tak dikaitkan dengan distribusi morfem tersebut. Misalnya -i pada sakiti.

Alomorf ialah variasi bentuk morfem sebab pengaruh morfem nan dimasukinya. Misalnya, morfem me- kemudian bisa berubah menjadi meng- jika memasuki morfem nan di awali k seperti mengerjakan. Lalu, berubah menjadi meny- jika memasuki morfem nan diawali s , seperti menyaksikan. Bentuk-bentuk meng- dan meny- ialah alomorf .

Morfem diklasifikasikan menjadi enam macam sebagai berikut.

1. Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Morfem bebas ialah morfem nan bisa berdiri sendiri. Morfem bebas memiliki makna leksikal , meskipun berdiri sendiri. Misalnya, buku, harimau, rumput, sabun, meja, kursi, dan kamu.

Morfem terikat ialah morfem nan tak bisa berdiri sendiri dan hanya memiliki makna leksikal, jika dilekatkan pada morfem bebas. Misalnya, me-, ber-, me-kan, dan pe- nan hanya bisa memiliki makna jika dilekatkan pada morfem bebas menjadi membawa, berbunga, melakukan, dan pelajar.

2. Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental

Morfem segmental ialah morfem nan terbentuk dari fonem atau susunan fonem segmental. Morfem segmental terdiri atas bunyi segmental. Misalnya, morfem harimau nan terdiri atas fonem /h/ /a/ /r/ /i/ /m/ /a/ /u/.

Morfem suprasegmental ialah morfem nan terbetuk dari susunan fonem suprasegmental. Morfem suprasegmental terdiri atas unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, jeda, helaan, durasi, dan lain-lain.

Misalnya, morfem bapak guru nan secara pengucapan dipisahkan oleh jeda, menjadi bapak // guru dan morfem kembang mawar nan dipisahkan oleh jeda, menjadi kembang // mawar.

3. Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal

Morfem bermakna leksikal ialah morfem nan memiliki makna kamus. Misalnya, morfem sarjana nan memiliki arti orang nan telah lulus dari perguruan tinggi dan morfem rumah nan memiliki arti loka buat istirahat dan berkumpul bersama keluarga.

Morfem tidak bermakna leksikal ialah morfem nan tak memiliki makna kamus. Morfem tersebut hanya bisa memiliki makna apabila dilekatkan pada morfem lainnya. Misalnya, morfem ber-, ter-, dan pe- .

4. Morfem Utuh dan Morfem Terbelah

Morfem utuh ialah morfem nan setiap unsurnya bersambungan secara langsung tanpa ada unsur nan menghalanginya. Misalnya, morfem pulang, sekolah, pesawat, dan sakit.

Morfem terbelah ialah morfem nan unsur-unsurnya terbelah oleh morfem lain. Misalnya, morfem ke-an pada kehilangan dan gigi nan terbelah oleh sisipan -er- pada gerigi.

5. Morfem Monofonemis dan Morfem Polifonemis

Morfem monofonemis ialah morfem nan terdiri atas satu fonem saja. Misalnya, morfem -i pada kasihi dan campuri, sedangkan morfem polifonemis ialah morfem nan terdiri lebih dari satu fonem. Misalnya, morfem ber-, se-, pe-, ter-, dan lain-lain.

6. Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif

Morfem aditif ialah morfem-morfem nan biasa ditemui dalam struktur bahasa . Misalnya, morfem kemeja, kancing, pasar, hutan, ber-, me-, se-, dan lain-lain, sedangkan morfem replasif ialah morfem nan mengalami perubahan bentuk dari bentuk asalnya.

Dalam morfologi bahasa Indonesia, tak terdapat jenis morfem ini. Contoh morfem ini bisa diambil dari bahasa Inggris, yaitu pada morfem-morfem nan menyatakan jamak. Misalnya, men dari man , books dari book , feet dari foot , dan lain-lain.

Morfem substraktif merupakan morfem nan mengalami pengurahan dari bentuk asalnya. Misalnya, sod menjadi so dalam bahasa Prancis, nan berarti panas.



Proses Morfologis

Selain memahami morfem dan bentuk klasifikasinya, dalam morfologi bahasa Indonesia juga dipelajari proses morfologis. Proses morfologis ialah proses pembentukan sebuah kata dengan menggabungkan satu morfem dengan morfem lainnya.

Salah satu morfem nan digabungkan itu merupakan bentuk dasar dari kata tersebut. Proses morfologi terdiri atas tiga proses, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Semua istilah tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut.

1. Afiksasi

Afiksasi merupakan proses morfologis nan dilakukan dengan cara menambahkan afiks atau imbuhan pada bentuk dasar. Afiks terdiri atas empat macam, yaitu prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, serta konfiks atau gabungan awalan dan akhiran.

Contoh:

a. Awalan : ber- + tani = bertani

b. Sisipan : getar + -em- = gemetar

c. Akhiran : minum + -an = minuman

d. Gabungan : me- + laku + -kan = melakukan

2. Reduplikasi

Reduplikasi ialah proses morfologis nan dilakukan dengan cara mengulangi satuan bahasa, baik sebagian maupun keseluruhan. Dengan reduplikasi, kata kompleks dibentuk dengan cara mengulanginya.

Reduplikasi terdiri atas lima macam, yaitu kata ulang utuh (dwilingga), kata ulang sebagian, kata ulang berimbuhan, kata ulang berubah bunyi (dwilingga salin suara), dan kata ulang sebagian suku awal (dwipurwa).

Contoh:

a. Kata ulang utuh : meja-meja, kucing-kucing, dan bapak-bapak

b. Kata ulang sebagian : menebak-nebak, mencari-cari, berandai-andai

c. Kata ulang berimbuhan : tumbuh-tumbuhan, ketimur-timuran, sakit-sakitan

d. Kata ulang berubah bunyi : mondar-mandir, sayur-mayur, bolak-balik

e. Kata ulang dwipurwa : lelaki, tetamu, tetiba

3. Komposisi

Komposisi ialah proses morfologis nan dilakukan dengan cara menggabungkan dua kata atau lebih. Komposisi disebut juga dengan pemajemukan.

Proses komposisi menyebabkan kata baru nan terbentuk memiliki makna dan fungsi baru nan berbeda dengan unsur-unsur pembentuknya. Selain itu, kata baru nan terbentuk itu juga tak bisa dipisahkan dalam pemakaiannya.

Contoh:

a. Rumah + sakit : rumah sakit

b. Sapu + tangan : sapu tangan

c. Kambing + hitam : kambing hitam