Sabar Dalam Musibah

Sabar Dalam Musibah

Bersabarlah ketika diuji sakit dan bersyukurlah ketika dianugerahi kesehatan. Sabar dan syukur ialah sikap seorang muslim sejati. Inilah sifat nan sangat disenangi oleh Sang Khalik namun sangat sulit dilakoni oleh manusia. Adakalanya seorang mukmin nan diuji sakit menjadi terhina sebab ketidaksabarannya dan di kala sehat pun menjadi terhina, sebab tak bersyukur atas nikmat-Nya. Sabar ialah kegigihan kita buat berada di jalan nan Allah Swt. ridhai.



Kesabaran Sejati

Kesabaran sejati itu ialah sabar menghadapi kehidupan nan begitu penuh warna. Seorang wanita cantik sabar tak pamer kecantikannya. Ia persembahkan kecantikan itu hanya buat suaminya. Ia pun sabar menerima berbagai rayuan dan bujukan agar memintanya membuka auratnya. Ia sabar tak mengikuti semua nafsunya membanggakan kemolekan tubuhnya. Ia pun sabar tak tergoda buat melakukan berbagai upaya operasi plastik atau jenis perawatan lain nan tak diperbolehkan oleh agama termasuk menyambung rambutnya, mencukur alisnya atau berbagai cara lain agar tampil menawan di depan orang banyak nan tak halal baginya.

Wanita nan dikaruniai paras dan tubuh nan tak aduhai juga bersabar. Ia sabar menerima keadaannya apa adanya tanpa harus mengeluh. Ia tahu bahwa mungkin ia tak akan sabar menerima kerunia paras nan cantik jelita. Ia mungkin tidak akan mampu menahan diri tak mempertontonkan kecantikannya bila ia secantik Fatima, anak Rasulullah. Ia sabar dan syukur tak diberi kemolekan tubuh bagai puteri raja dari negeri khayalan. Kalau ia seperti Angelina Jolie, mungkin telah banyak tangan-tangan haram nan menyentuh kulitnya. Wanita nan sabar dengan segala keadaannya tak akan mengeluh.

Keluhan hanya akan memberikan kesusahan. Perasaan susah tak hanya merusak kulit dan mengurangi estetika penampilan, tetapi juga akan membuat hati semakin jauh dari Allah Swt. Kesabaran juga dipegang teguh oleh orang-orang baik. Mereka sabar tak memojokan dan menghina orang nan telah berbuat dosa dan salah. Mereka sabar tak merasa menjadi manusia nan paling baik sehingga menganggap orang lain tak baik dan orang lain niscaya masuk neraka. Mereka sabar tak membicarakan keburukan orang lain. Mereka sangat sibuk merenungi apa nan telah dilakukan oleh dirinya.

Mereka hanya bersyukur masih dilindungi oleh Allah Swt dari berbuat salah dan dosa. Mereka bersyukur masih dibangunkan tengah malam buat sholat malam dan mereka jug abersyukur masih diberi kesempatan buat berpuasa sunat walaupun hari begitu panas dan pekerjaan begitu banyak. Kesabaran dalam menjalani kehidupan sebagai orang baik itu juga tak mudah. Godaan orang baik nan merasa baik terkadang menjerumuskan orang baik menjadi orang nan riya’ atau sombong. Padahal riya’ itu sangat sulit diketahui. Riya’ itu bagaikan seekor semut terhitam nan berjalan di batu terhitam di dasat lautan nan tidak bercahaya sebab cahaya matahari tidak mampu menjangkaunya.



Syukur Sejati

Bersyukur itu tak mudah. Hati manusia itu penuh dengan rasa cemburu, dengki, dan iri hati. Semua penyakit hati ini akan merasuki manusia nan hatinya tak berselimutkan rasa syukur nan mendalam. Sudah diberi satu buha rumah, ia malah tak bersyukur dan rumahnya dijadikan loka berbuat maksiat. Rumah nan secara fisik latif itu tak diisi dengan lantunan ayat kudus dari bibirnya namun diisi dengan teriakan dan makian sesama penghuni rumah. Pertengkaran demi pertengkaran menghiasi isi rumah yang mewah itu.

Sudah diberi satu mobil mewah malah dipakai buat ke tempat-tempat perzinaan dan tempat-tempat nan mempertontonan kemolekan tubuh laki-laki dan perempuan nan bukan muhrim. Mobil latif dan modern itu tidak digunakan mengangkut orang-orang nan halal baginya. Ia malah mengangkut orang-orang nan hanya memberikan kesenangan duniawi. Hartanya nan berlimpah ruah itu bukan buat membantu orang lain atau membayar zakat. Uang nan miliaran itu dipakai buat membayar pelacur taraf tinggi nan dianggapnya dapat membuatnya tidur lebih nyenyak.

Uang nan banyak itu bukan dipakai buat membiayai keluarga melainkan buat membeli serbuk nan memabukan dan dapat membuat melayang. Ketika uang habis dan harta hilang, bukannya bersabar, namun, malah menyalahkan Tuhan nan tak sayang kepadanya sehingga ia berongsang kepada Tuhan. Ia bahkan mengancam Tuhan hingga ia menjadi kafir dan murtad. Apa nan dilakukannya hanya buat kepentingan sesaat. Ia tidak peduli dengan kematian. Ia malah merasa akan hayati selamanya. Tak ada persiapan apa-apa buat menyongsong kematiannya. Ia malah mau wafat bersama dengan pelacur nan dicintainya.



Sabar Dalam Musibah

Sabar itu mudah dilakukan kalau sedang sadar masih menjadi seorang hamba nan tidak berdaya. Ketika posisi sedang di atas, terkadang kesabaran itu tak ada bekasnya di hati ini. Apalgi kalau sedang panik. Kata-kata kasar nan tidak sepatutnya diucapkan pun sampai terucap berulang kali. Pengrusakan perabotan ruamh tangga pun dilakukan ketika sabar sedang meninggalkan hati. Sabar itu harus dilatih dan diharapkan selalu ada di hati. Caranya dengan terus mengingatkan kepada diri sendiri bahwa hayati ini tak abadi.

Sabar tak hanya dilakukan ketika kita diuji dengan sakit, tetapi juga ketika kita diuji dalam kondisi nan lapang. Ketika sedang diuji sakit, kesabaran seseorang akan tampak dari akhlak dalam menyikapinya. Tidak sporadis orang nan diuji sakit mengungkapkan pembicaraan nan tak karuan, penuh dengan keluh kesah, emosi, dan putus asa. Bahkan ada nan bunuh diri. Hati menjadi gersang, otak menjadi beku sebab tak tahu harus bersandar kepada siapa.

Sesungguhnya, sangatlah merugi bagi seorang nan ketika diuji sakit disikapi dengan emosi. Tetap saja tak akan menjadikannya sembuh dari sakitnya, bahkan akan menambah deritanya. Kalau mereka mengetahui bahwa sakit itu akan meluruhkan dosa, mungkin mereka akan sangat bersyukur telah diberi sakit. Selanjutnya, bagaimana sikap sabar kita dalam menghadapinya? Ada beberapa sikap sabar nan dapat kita latih saat kita diuji sakit.

Sikap Berprasangka Baik kepada Allah Swt.

Sikap tersebut dapat kita awali dengan sikap menyadari sepenuhnya, bahwa tubuh ini bukan milik kita, melainkan milik Allah Swt. Dia-lah nan menjadikan kita sehat, sakit, dsb. Walaupun kita berobat ke dokter, tetapi semua keputusan ada dalam kehendak-Nya. Selain itu, kita patut menyadari bahwa setiap sakit nan kita derita pada hakikatnya sudah diukur Allah Swt. Maka biasakanlah buat mengucapkan ” Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un”. Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya lah loka kita kembali.

Sikap sabar tersebut akan berbuah keyakinan. Kita akan meyakini bahwa Allah Swt. tak akan menimpakan suatu penyakit pada kita bila tak ada hikmahnya. Sehingga, kita terpanggil buat mengevaluasi diri. Mungkin saja sakit nan kita derita sebab kita tak memenuhi hak anggota tubuh kita dengan benar. Misalnya, kita melalaikan diri dengan memporsir pikiran sehingga kepala menjadi pusing, mengabaikan hak perut sehingga perut menjadi sakit, tak menyempatkan olahraga sehingga tubuh mudah lemah, dan kelalaian dalam memenuhi hak anggota tubuh lainnya.

Sikap Menerima Sepenuhnya Ketentuan Allah Swt.

Sikap ini dilakukan dengan cara tak berkeluh kesah, atau bahkan berputus asa. Berkeluh kesah dan berputus harapan merupakan tanda-tanda dari ketidaksabaran. Biasanya orang sakit bukan menderita sebab sakitnya, tetapi lebih kepada sikapnya nan hiperbola dalam menghadapinya. Hal ini mengindikasikan bahwa orang tersebut kurang dapat menerima ketentuan Allah Swt. sehingga ia terdorong keinginan buat dikasihani dan orang-orang berempati padanya. Memang tak mudah menerapkan rasa sabar dan syukur pada saat kesusahan. Oleh sebab itu, separah apapun penyakit kita, cobalah buat menghadapinya secara proporsional dan tak berlebihan.

Sikap Merenungkan Hikmah Sakit

Hal ini bisa menjadi wahana buat menginstropeksi diri, juga sebagai penggugur dosa. Sesungguhnya, orang-orang sabar memiliki kemampuan buat dapat dekat dengan Allah Swt. Oleh sebab itu, jadikanlah sabar sebagai penolong kita seperti halnya shalat nan senantiasa kita kerjakan.

Selain sikap sabar, kita juga patut mensyukuri segala ujian nan menimpa kita. Sikap syukur ini bisa kita kerjakan dengan meningkatkan ibadah kita kepada Allah Swt. Dengan sikap ini akan semakin mendekatkan kita kepada Rabb, Allah Swt. Demikianlah cara menyikapi ujian dengan sabar dan syukur. Semoga bermanfaat.