Gudang Garam, Urat Nadi Kota Kediri
Bagi para penggemar rokok di Indonesia, nama Gudang Garam sudah sangat akrab di telinga mereka. Ini sangat wajar sebab merek rokok terkenal itu, sudah jadi trade mark rokok berkualitas. Tak hanya gurih ketika dihisap, tapi juga memberi kenikmatan tiada tara. Beban hayati sebesar apa pun, lenyap seiring kepulan asap putihnya. Itu kata para penggemar rokok kretek dari Kota Kediri ini.
Memang buat di Indonesia, Gudang Garam termasuk merek rokok nan leading (memimpin) dalam menguasai pangsa pasar. Selain sudah punya nama, Gudang Garam juga punya konsumen fanatik dan loyal. Lintas generasi, suku bangsa, taraf pendidikan, hingga kelas sosial. Boleh dibilang, hanya dua merek rokok lain nan sanggup menjadi kompetitornya, yaitu Sampoerna dan Djarum.
Sejarah Lahirnya Gudang Garam
Di bawah payung PT. Gudang Garam Tbk, rokok berjenis kretek terkemuka ini memproduksi lebih dari 70 miliar batang rokok (data tahun 2001) setiap tahunnya. Adapun keuntungannya pada tahun 2010, tercatat mengalami peningkatan penjualan dari Rp 15,06 triliun pada tahun sebelumnya (2009) menjadi 18 triliun rupiah pada 2010. Gudang Garam pun termasuk salah satu dari sedikit perusahaan Indonesia nan telah mencatatkan sebagian saham-sahamnya di lantai bursa.
Dari jumlah laba nan fantastis itu, wajar bila banyak kalangan menempatkan bahwa Gudang Garam ialah perusahaan rokok terbesar di tanah air. Dominasi pangsa pasar nan tidak hanya di Indonesia, tapi juga merambah hingga ke taraf regional (kawasan Asia Tenggara).
Bukan sesuatu nan tidak mungkin jika suatu hari nanti, Gudang Garam dapat berada di jejeran nama merek rokok kelas dunia. Bersaing dengan merek-merek rokok terkenal seperti Marlboro, Mild Seven, L&M, Winston, BlockCamel, Cleopatra, Derby, Pall Mall, dan Kent.
Gudang Garam sebagai industri manufaktur rokok terbesar di Indonesia, didirikan oleh Tjoa Ing Hwie nan punya nama Indonesia yaitu Surya Wonowidjojo, pada 26 Juni 1958. Surya Wonowidjojo nan lahir di Fuqing, China, ketika masih kecil (usia empat tahun) mengikuti kedua orang tuanya bermigrasi ke Sampang, Madura. Tak lama selelah ayahnya meninggal, Wonowidjojo kembali berpindah loka yaitu ke Kediri, Jawa Timur.
Nah , di kota inilah, Wonowidjojo mulai mengenal seluk beluk bisnis rokok kretek ketika ia bekerja di perusahaan (pabrik) rokok milik pamannya, Tak betah bekerja lama-lama sebagai karyawan, pada 1956, Wonowidjojo mendirikan pabrik rokok sendiri nan jadi cikal bakal lahirnya Gudang Garam.
Awalnya, Wonowidjojo memproduksi rokok klobot dengan merek Inghwie . Baru pada dua tahun kemudian (tahun 1958), ia mengubah nama perusahaannya menjadi Pabrik Rokok Tjap Gudang Garam dan mulai memproduksi rokok kretek Gudang Garam. Nama nan terus digunakan hingga sekarang.
Ternyata, ada cerita menarik di balik nama merek Gudang Garam. Diceritakan bahwa Wonowidjojo bermimpi melihat gudang garam di seberang pabrik Cap 93. Mimpi ini begitu terasa nyata. Bahkan, mimpi itu terus membayanginya walaupun ia sudah lama terjaga dari tidur. Menganggap mimpi tersebut sebagai suatu firasat, Wonowidjojo lalu menceritakan mimpinya ke salah seorang karyawan kepercayaan, Sarman.
Karyawannya itu lalu memberi ide agar di setiap bungkus rokok kretek nan mereka produksi, ditempeli foto gudang garam sebagai logo. Wonowidjojo pun setuju dan meminta Sarman mendesain logo tersebut, termasuk juga menggunakan nama Gudang Garam sebagai merek dagangnya.
Entah apakah sebab tuah dari nama Gudang Garam atau sebab manajerial nan profesional dari Wonowidjojo, rokok kretek Gudang Garam laku keras di pasaran. Hingga kepemimpinan diserahkan ke anaknya (Rachman Halim) pada 1984, laju ekpansi pasar dan laba Gudang Garam tidak terbendung. Melimpah ruah, sehingga Rachman Halim pernah tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia.
Diversifikasi (perluasan) produk pun terus dilakukan. Sejak Gudang Garam didirikan hingga sekarang, telah puluhan varian dari rokok kretek Gudang Garam. Berikut daftar produk varian-varian tersebut:
- Gudang Garam International
- Gudang Garam Surya Professional Mild
- Gudang Garam Professional
- Gudang Garam Surya 12
- Gudang Garam Surya 12 Premium
- Gudang Garam Surya 16
- Gudang Garam Signature
- Gudang Garam Signature Lights
- Gudang Garam Signature Menthol
- Gudang Garam Nusantara Mild
- Gudang Garam Nusantara
- Gudang Garam Merah
- Gudang Garam Surya Slims
- Gudang Garam Surya Slims White Edition
- Gudang Garam Surya Slims Menthol
- Gudang Garam Djaja
- Gudang Garam Premium
- Gudang Garam Special King Size
- Taman Sriwedari
- Sigaret Kretek Filter Klobot
- GG Lights
Gudang Garam, Urat Nadi Kota Kediri
Gudang Garam lahir di Kediri. Adalah sebuah kota nan dibelah oleh Sungai Brantas. Pada zaman kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu, Kediri jadi ibukota kerajaan Kediri. Dan raja terkenalnya ialah Jayabaya. Raja ini terkenal sebab karyanya, yaitu Jangka Jayabaya.
Manuskrip nan berisi ramalan-ramalan nan akan terjadi pada negeri ini kelak. Adapun raja terakhirnya ialah Kertajaya. Meninggal dibunuh oleh Ken Arok nan kemudian mendirikan Kerajaan Singasari. Namun di masa kemerdekaan, Kediri punya catatan kelam. Kota ini jadi loka pembantaian ketika pemberontakan G-30 S terjadi. Dan di kota sarat sejarah inilah pabrik Gudang Garam didirikan, tepatnya di tepi Sungai Brantas.
Tidak hiperbola jika dikatakan bahwa Gudang Garam jadi urat nadi perekonomian masyarakat Kota Kediri. Lebih jauh lagi, ia jadi tulang punggung kehidupan warga kota. Setiap paginya, dapat dipastikan akan ada ribuan orang berduyun-duyun menuju pabrik Gudang Garam. Majemuk profesi campur baur.
Dalam sehari saja, dapat sampai ratusan juta rupiah nan berputar. Dan hampir sebagian besar warga Kediri bekerja di pabrik rokok kretek tersebut. Pada level buruh dan karyawan saja, pada tahun 2001 tercatat sebanyak 40.000 buruh dan sekitar 3.000 karyawan bekerja di Gudang Garam.
Bisa dibayangkan bukan jika pabrik rokok terbesar di Indonesia itu tutup? Bukan hanya perekonomian warga Kota Kediri dan sekitarnya nan kisruh, pemerintah daerah hingga nasional pun akan merasakan imbasnya. Pajak dari Gudang Garam termasuk salah satu penyumbang devisa terbesar bagi negara. Dan pendongkrak perekonomian tanah air.
Keberadaan Gudang Garam nan sangat vital ini, di satu sisi memberikan rona positif bagi waga dan Kota Kediri itu sendiri. Nyaris di setiap sudut kota, tulisan Gudang Garam akan mudah dijumpai. Ada nan terukir di pot-pot kota, taman kota, hingga majemuk jenis bangunan publik lainnya. Ini menandakan bahwa Gudang Garam telah jadi maskot Kota Kediri. Melalui industri rokok, Gudang Garam pun jadi penyulai terbesar perekonomian nasional.
Namun di sisi lain, tak ada seorang dapat menafikan bahwa industri rokok bukanlah industri nan ‘bersih’. Semakin banyaknya jumlah batang rokok kretek nan terjual, itu juga berarti semakin banyak orang-orang sakit sebab rokok. Semakin tingginya nilai laba penjualan dari Gudang Garam, itu juga mengindikasikan semakin tingginya biaya kesehatan nan harus dikeluarkan.