Penyebab Anak Susah Makan

Penyebab Anak Susah Makan

Hampir semua orang tua pernah mengalami masalah anak susah makan. Masalah ini biasanya timbul pada usia balita, dimana seorang anak enggan buat menikmati makanan nan disiapkan oleh orang tuanya.

Tak jarang, ada orang tua nan tak sabar menghadapi kondisi anak susah makan tersebut. Akibatnya, mereka cenderung memaksakan seorang anak buat makan, meski pun si anak juga sering menolaknya. Akibatnya, antara orang tua dan anak terlibat perselisihan dimana orang tua menginginkan anak mereka buat makan, namun si anak menolak buat makan.

Sebagian orang tua, memilih jalan pintas buat menghadapi anak susah makan. Jalan pintas tersebut ialah dengan memberikan asupan susu nan dianggap dapat mengganti kebutuhan asupan makanan nan diperlukan oleh seorang anak. Cara ini dipilih, sebab biasanya setelah meminum susu seorang anak tak lagi terlihat rewel dan merasa lapar. Sehingga susu dianggap sudah mampu buat menggantikan menu makanan nan enggan dimakan oleh anak tersebut.

Namun, menjadi sebuah pertanyaan tersendiri apakah susu nan diminum tersebut sudah benar-benar mampu memenuhi kebutuhan gizi seorang anak? Dan benarkan melalui susu, maka orang tua tak perlu lagi merasa bingung apabila menghadapi anak susah makan?

Salah satu nan perlu diketahui adalah, bahwa meski di dalam cairan susu mengandung kaya protein, vitamin, mineral, kalsium serta laktosa namun hal tersebut belum cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi nan diperlukan seorang anak. Sebab, dalam asupan makanan nan dikonsumsi seorang anak, harus memiliki kandungan gizi nan seimbang antara karbohidrat, protein, lemak serta serat. Sementara di dalam susu sendiri, kandungan itu belum mampu dipenuhi sepenuhnya.

Berdasar penelitian nan dilakukan oleh ahli ilmu kesehatan anak, memberikan susu secara terus menerus pada seorang anak nan susah makan, dapat berdampak pada terganggunya proses pencernaan. Akibbat nan timbul adalah, variasi dari enzim nan ada di dalam tubuh anak, tak dapat berfungsi secara optimal. Padahal, enzim memiliki peran buat membantu tubuh dalam menguatkan bagian pencernaan guna mencerna makanan nan masuk.

Dengan demikian, apabila jumlah susu atau laktosa nan masuk ke dalam tubuh berlangsung terus menerus, maka kandungan nan tinggi di dalam tubuh hanya unsur laktase saja. Dengan demikian, apabila seorang anak mendapatkan makanan lain selain susu, dapat menyebabkan diare sebab tak terdapat zat enzim dalam tubuhnya.

Untuk itu, akan lebih baik lagi jika seorang anak dibiasakan buat mendapatkan asupan makanan nan beraneka ragam. Dengan demikian, enzim dalam saluran pencernaan dapat lebih terpacu, sehingga dapat mempermudah buat mencerna serta menyerap makanan nan masuk pada bagian usus.

Cara nan dapat dilakukan buat menghindari terjadinya kekurangan enzim dalam tubuh balita, dibutuhkan peran orang tua. Salah satunya dengan melakukan penyapihan atau weaning bagi anak balita mereka guna memberikan kecukupan kebutuhan kalori. Penyapihan ialah sebuah proses penghentinan masa menyusui secara perlahan-lahan. Pada masa ini, seorang akan akan terbiasa buat mendapatkan perubahan atau peralihan dari makan cair menuju lunak buat kemudian mendapatkan makanan padat.

Proses penyapihan ini sebaiknya dilakukan dalam jangka waktu satu tahun. Hal ini krusial guna mengindarkan terjadinya kekurangan gizi pada naka. Sebab, kebutuhan kalori setiap orang, sejak dari bayi hingga dewasa tak sama satu sama lain. Sehingga apabila seorang anak diberikan minuman susu secara terus menerus, akan menyebabkan kalori menjadi berkurang. Sebab kalori dari satu gelas susu berukuran 200 cc maksimal hanya mengandung 67 kilo kalori.

Dengan demikian pada saat seorang anak berusia tiga tahun dengan anggapan berat badan 10 kilogram, maka dia memerlukan 900 hingga 1000 kilo kalori setiap harinya. Sementara susu 200 cc hanya memiliki kandungan 67 kilo kalori. Dengan demikian, buat memenuhi kebutuhan kalori anak usia tiga tahun, maka seorang anak harus meminum 15 gelas susu setiap harinya.
Dengan perhitungan inilah, maka sebaiknya seorang anak mulai dikurangi secara bertahap buat mulai berganti makanan padat. Makanan nan paling cocok ialah bubur beras, karena dapat langsung berubah menjadi glukosa. Selanjutnya, anak mulai diperkenalkan dengan makanan nan mengandung protein misalnya ikan.

Saat masuk usia 9 bulan, maka anak mulai diperkenalkan dengan nasi tim nan lembek. Dan mula satu tahun, anak sudah mulai diperkenalkan dengan makanan nan dikonsumsi oleh orang tuanya. Sebab pada usia ini, seorang anak biasanya sudah mulai tumbuh giginya.



Penyebab Anak Susah Makan

Seorang anak susah makan, biasanya terjadi bukan tanpa sebab. Disini diperlukan kepekaan orang tua, dalam mengamati dengan detail apa nan terjadi pada anak-anak mereka. Dengan demikian, apabila ada hal-hal nan diperlukan penanganan, dapat diambil tindakan dengan cepat agar tak terlambat.

Secara umum, ada tiga hal nan sering menyebabkan anak susah makan. Ketiga hal tersebut antara lain ialah :

  1. Kelainan

Makan merupakan sebuah rangkaian aktivitas nan terangkai secara teratur. Mulai dari konvoi memasukkan makanan ke dalam mulut, mengunyah buat selanjutnya menelan. Semua proses itu membutuhkan ketrampilan serta ketrampilan. Sistem konvoi motorik kasar nan ada di sekitar mulut, memiliki peran besar dalam proses makan tersebut. konvoi motorik nan merupakan koordinasi gerakan menggigit, mengunyah serta menelan, dilakukan oleh otot rahang atas bawah, bibit, lidah serta banyak otot lain nan ada di sekitar mulut.

Seorang anak nan mengalami susah makan, memiliki kemungkinan terkena gangguan otot serta saraf nan berdampak terganggunya gerakan motorik di sekitar mulut tersebut. Kondisi ini dikenal dengan istilah Cerebral Palsy, yakni kelainan fungsi otot serta urat saraf nan menimbulkan gangguan kelainan pada fungsi anggota gerak. Baik buat anggota mobilitas atas, atau juga anggota mobilitas bawah.

Apabila seorang anak mengalami kondisi ini, akan menyebabkan kesulitan mengunyah. Dengan demikian, proses makan menjadi sebuah kondisi nan cukup menyiksa. Untuk mengatasi kondisi ini, dibutuhkan proses terapi, sebagai cara buat melatih kekuatan otot motorik nan ada di sekitar mulut. Dengan demikian, anak tak lagi mengalami kesulitan buat mengunyah makanan nan masuk ke dalam mulut.

2. Penyakit

Gangguan saluran pencernaan juga sering menyebabkan seorang anak enggan buat makan. Gangguan ini biasanya sulit buat diketahui dengan mata telanjang, namun dapat dilihat dari gejala nan menyertainya. Beberapa gejala nan muncul dampak adanya gangguan pencernaan ialah perut kembung, sering bersendawa, buang angin, muntah hiperbola dan hendak muntah bila makan. Selain itu, gangguan pencernaan ini juga kerap menyebabkan penderitanya mudah muntah pada saat menangis, berteriak, lari atau marah. Selain itu mereka juga sulit buat buang air besar, dimana jika ingin buang air besar harus disertai gerakan mengejan nan berlebihan.

3. Picky Eater

Merupakan sebuah kondisi nan paling banyak dialami oleh anak-anak, dimana mereka menjadi seorang nan memilih makanan nan hendak dimakan. Hal ini terjadi sebab seorang anak tak menyukai salah seorang anggota keluarga, atau sebab makanan nan disajikan nampak kurang menarik. Selain itu, anak menjadi picky eater sebab mereka hendak mencari perhatian dari orang tuanya. Terlebih bila ibunya sedang hamil, atau sebab orang tua sibuk di kantor. Sehingga mereka membutuhkan cara buat mendapatkan perhatian orang tua.