Pesawat nan Dimiliki Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia Airways
Setiap negara niscaya memiliki maskapai penerbangan nasionalnya masing-masing. Begitu pun Indonesia nan memiliki maskapai penerbangan nasionalnya nan besar, yaitu Garuda Indonesia Airways . Maskapai Garuda Indonesia Airways ini pun merupakan maskapai resmi nan digunakan kepresidenan.
Garuda Indonesia Airways ini lebih dikenal oleh para pengguna pesawat dengan nama Garuda Indonesia. Garuda Indonesia Airways merupakan sebuah BUMN atau Badan Usaha Milik Negara. Seiring waktu berjalan, Garuda Indonesia Airways menjadi BUMN nan menawarkan sahamnya pada publik atau go public .
Garuda Indonesia Airways ini telah berdiri 63 tahun nan lalu, tepatnya pada 26 Januari 1949. Sejak pertama kali didirikan, Garuda Indonesia Airways telah melayani jasa penerbangan jalur nasional maupun jalur internasional.
Metamorfosis Garuda Indonesia Airways
Sejarah terbentuknya Garuda Indonesia Airaways ini bermula pada era 1940-an ketika Indonesia masih dalam belenggu penjajahan kolonial Belanda. Saat itu, pesawat pertama nan dipakai Garuda Indonesia Airways buat melayani penerbangan, yaitu jenis DC-3.
Pada 1950, Garuda Indonesia Airways memperoleh hak monopoli pada sektor transportasi udara dari pemerintah Indonesia dan pemerintah kolonial Belanda. Garuda Indonesia Airways merupakan perusahan nan dihasilkan dari joint venture antara pemerintah Indonesia dengan maskapai nasional Belanda, yaitu Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM).
Pada awalnya, pemerintah Indonesia memiliki sebesar 51 % saham Garuda Indonesia Airways selama 10 tahun nan pengelolaannya berada pada pihak maskapai penerbangan asal Belanda, KLM. Akan tetapi, alasan nasionalisme membuat maskapai penerbangan asal Belanda KLM pun akhirnya melego saham Garuda Indonesia Airways nan dimilikinya pada pemerintah Indonesia, tepatnya pada 1954.
Awalnya, maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airways mempunyai 27 armada pesawat saja. Tetapi pada 1953, armada pesawat Garuda Indonesia Airways bertambah banyak menjadi 46 armada pesawat.
Seiring berjalannya waktu, pada 1965, maskapai Garuda Indonesia Airways memiliki dua jenis pesawat baru. Dua pesawat baru milik Garuda Indonesia Airways, yaitu pesawat jenis turboprop Lockheed L-118 Electra dan pesawat jet jenis Convair 990.
Pada era 1990-an, maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airways memasuki masa suram. Masa suram nan dialami Garuda Indonesia Airways ini ditandai dengan sering terjadinya kecelakaan nan dialami maskapai Garuda Indonesia Airways.
Salah satu kecelakaan nan dialami Garuda Indonesia Airways antara lain jatuhnya pesawat Garuda Indonesia Airways di Sibolangit, Sumatra Utara pada 1997. Kecelakaan tersebut menelan korban jiwa, yaitu semua penumpang pesawat Garuda Indonesia Airways.
Tahun tersebut pun menjadi masa-masa kelam Garuda Indonesia Airways dalam hal kondisi keuangan perusahan. Kondisi keuangan nan dialami Garuda Indonesia Airways ini diperparah dengan terjadinya krismon atau krisis moneter nan dialami Indonesian pada 1997.
Krisis keuangan nan diderita Garuda Indonesia Airways ini mengakibatkan rute perjalanan internasional Garuda Air menuju Eropa dan Amerika ditutup. Seiring waktu berjalan, tepatnya pada era 2000-an, maskapai Garuda Indonesia Airways sukses keluar dari masa kelam. Hal tersebut ditandai dengan dibukannya kembali jalur penerbangan intenasional Garuda Indonesia Airways.
Memasuki era Milenium, maskapai Garuda Indonesia Airways mendirikan sebuah anak perusahaan. Anak perusahan Garuda Indonesia Airways itu bernama Citilink. Citilink sebagai anak perusahaan Garuda Indonesia Airways ini melayani rute penerbangan nasional. Citilink nan berada di bawah Garuda Indonesia Airways ini memfokuskan diri pada maskapai penerbangan dengan biaya murah.
Akan tetapi, keberadaan Citilink sebagai anak perusahan Garuda Indonesia Airways tak membuat maskapai nasional terbesar di Indonesia itu mendapatkan keuntungan. Yang didapat malah sebaliknya, yaitu kerugian. Kerugian nan didapat Garuda Indonesia Airways ini diperparah dengan terjadinya peristiwa-peristiwa nan mengemparkan dunia, misalnya peristiwa 11 September atau peristiwa Bom Bali 1 dan Bom Bali 2.
Peristiwa-peristiwa nan menelan banyak korban ini membuat bisnis penerbangan Garuda Indonesia Airways dan maskapai lainnya terguncang sehingga mengalami penurunan laba bahkan kerugian.
Seiring waktu berjalan, perombakan massal di dalam tubuh perusahaan Garuda Indonesia Airways membawa hasil. Pada 2010, Garuda Indonesia Airways memperoleh sertifikat IATA Operational Safety Audit (IOSA) dari IATA dalam kategori keselamatan.
Pelayanan Garuda Indonesia Airways
Pada 2009, Garuda Indonesia Airways mulai berdiri sejajar dengan maskapai internasional, seperti Air France, KLM, dan Singapore Airlines. Hal itu ditandai dengan penerapan sistem hiburan AVOD ( Audio Video On Demand ).
Sistem AVOD nan diterapkan Garuda Indonesia Airways menampilkan TV di setiap kursinya, terutama buat pesawat nan melayani rute penerbangan jeda jauh. Garuda Indonesia Airways pun memperkenalkan kursi nan bisa diubah menjadi loka tidur pada rute penerbangan jeda jauh.
Layanan nan diberikan Garuda Indonesia Airways mencakup layanan kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi. Pada penerbangan kelas eksekutif, Garuda Indonesia Airways memanjakan penumpangnya dengan fasilitas loka duduk nan bisa diubah menjadi loka tidur sebab kursi tersebut bisa disandarkan hingga 180 derajat.
Penumpang kelas eksekutif pun memperoleh kursi dengan sandaran tangan sepanjang 11 inci, TV LCD touchscreen nan berteknologi AVOD pada setiap kursi, lampu baca pribadi, dan colokan laptop pribadi.
Sementara buat kelas ekonomi, Garuda Indonesia Airways menawarkan fasilitas nan cukup memuaskan bagi para penumpang Garuda Inonesia Airways. Contoh fasilitas kelas ekonomi maskapai Garuda Indonesia Airways antara lain kursi dengan ruang kaki dengan lebar mulai dari 30” hingga 35”. Penumpang maskapai Garuda Inonesia Airways kelas ekonomi pun mendapatkan fasiltas TV LCD sebesar 9 inci nan dilengkapi dengan teknologi AVOD.
Soal makanan dan minuman, penumpang kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi maskapai Garuda Indonesia Airways mendapatkan makanan dan minuman nan berkualitas. Jika menginginkan minuman anggur atau bir, minuman ini pun ditawarkan maskapai Garuda Indonesia Airways,tapi minuman ini spesifik buat rute penerbangan luar negeri.
Pesawat nan Dimiliki Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia Airways
Untuk menunjang layanan jalur penerbangan domestik dan internasional, maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airways mempunyai pesawat nan selalu siap buat melayani jalur penerbangan Garuda Indonesia Airways. Berikut ini pesawat-pesawat nan dimiliki maskapai Garuda Indonesia Airways.
- Boeing 737-300
- Boeing 737-400
- Boeing 737-500
- Boeing 737-800
- Boeing 747-400
- Boeing 777-300ER
- Airbus A300-200
- Airbus A300-300
Lompatan Quantum Garuda Indonesia Airways
Seiring dicabutnya embargo terbang Garuda Indonesia Airways ke kawasan Eropa oleh Uni Eropa, Garuda Indonesia Airways melakukan sebuah planning bisnis nan sangat mengesankan.
Pada Juli 2009, Garuda Indonesia Airways melucurkan Quantum Leap , yaitu planning perluasan 5 tahun maskapai Garuda Indonesia Airways. Planning nan dilakukan Garuda Indonesia Airways ini pun mencakup peremajaan pesawat, seragam staf nan baru, dan logo Garuda Indonesia Airways.
Quantum Leap Garuda Indonesia Airways pun merencakan penambahan armada maskapai Garuda Indonesia Airways, dari 62 pesawat menjadi 116 pesawat. Bertambahnya pesawat juga diiringi dengan peningkatan penumpang. Dalam Quantum Leap ini, Garuda Indonesia Airways menargetkan 27,6 juta penumpang. Selain itu, rute domestik dan internasional pun akan ditambah.
Motto “Garuda Indonesia Experience” dari Garuda Indonesia Airways itu menawarkan kebudayaan, kuliner Indonesia, dan keramahan nan dibalut menjadi satu dalam konsep penerbangan nan sungguh menakjubkan.
Ya, bepergian menggunakan Garuda Indonesia Airways seolah mendapatkan paket istimewa nan terdiri kebudayaan Indonesia, masakan Indonesia, dan keramahaan masyarakat Indonesia.
Nomor Penerbangan Garuda Indonesia Airways
Berikut ini nomor penerbangan Garuda Indonesia Airways nan melayani rute nasional maupun internsional.
- GA 001 = Nomor penerbangan kepresidenan, baik penerbangan dalam negeri maupun penerbangan luar negeri.
- GA 010-079 = Nomor penerbangan Citilink
- GA 086-089 = Nomor penerbangan Eropa
- GA 100-199 = Nomor penerbangan Sumatera
- GA 200-299 = Nomor penerbangan Jawa Tengah dan Malang
- GA 300-399 = Nomor penerbangan Surabaya
- GA 400-499 = Nomor penerbangan Nusa Tenggara
- GA 500-599 = Nomor penerbangan Kalimantan
- GA 600-699 = Nomor penerbangan Sulawesi, Maluku, dan Papua
- GA 700-799 = Nomor penerbangan Australia
- GA 800-899 = Nomor penerbangan Asia, kecuali Indonesia dan Timur Tengah
- GA 900-999 = Nomor penerbangan Timur Tengah
Itulah metamorfosis Garuda Indonesia Airways dalam sejarah global penerbangan di Indonesia.