Kekuatan Mitologi dan Aliran Horor
Pada dasa warsa 80an, layar perak Indonesia dihantui horor film film suzanna nan sempat diminati banyak pemirsa. Mendiang Suzanna begitu mendalami peran sosok hantu kuntilanak nan menuntut balas dendam. Selain itu, dia juga piawai memerankan sosok penguasa bahari selatan, atau masyarakat menyebutnya Nyai Roro Kidul.
Setiap film nan dibintangi Suzanna ini niscaya menyedot banyak penonton, walau ada sebagaian nan ngeri atau takut, tapi sebab penasaran mereka jadi ikut nonton juga. Ada juga penonton nan tertarik menyaksikan film ini sebab ada adegan syur pada sebagian plot cerita film ini.
Bisa di katakan film-film Suzanna ini ialah pioner film horor nan dibumbui adegan syur di era 80an. Pengarah adegan tidak ingin sepanjang cerita dibalut adegan hantu, tapi dapat dikemas semanarik mungkin, misalnya ada adegan komedi, syur, tragedi. Semua ini dirangkai dalam satu film .
Film Suzanna Pioner Aliran Horor Indonesia
Film aliran horor bikinan sineas Indonesia sekarang lebih baik dan beragam. Sineas muda sekarang rata-rata lulusan sekolah sinematografi luar negeri. Daya kreativitas mereka cukup tinggi dan tidak pernah berhenti mengeksplorasi ide-idenya menjadi karya nan berbobot. Lihat saja film horor sekarang dari segi kualitas dan cerita tidak kalah bagus dengan film Hollywood. Bahkan ada beberapa karya sineas muda nan lolos dalam nominasi penghargaan film internasional.
Seperti film “Jailangkung” karya Rizal Mantovani dan Joze Poernomo nan dibuat pada tahun 2001. Hebatnya, film aliran horor ini menjadi momentum kebangkitan industri sinematografi Indonesia. Setelah “Jailangkung” berhasil dirilis, maka menyusul film-film horor lainnya, seperti “Suster Ngesot”, “Hantu Jeruk Purut”, silih berganti bergentayangan di bioskop Indonesia.
Karakter horor generasi baru pun berubah jauh dari pada aliran film-film Suzanna nan menekankan sosok seram hantu sebegai center point -nya. Pada karakter film aliran baru ini menekankan pada titik kejut, camera moving , dan spesial imbas lainnya.
Namun, terlepas dari kesuksesan aliran horor modern, secara tidak langsung dipengaruhi dari aura film Suzanna sebagai pioner film horor di Indonesia. Memang sebelumnya sudah ada beberapa judul film horor, tapi gaungnya tidak sedahsyat nan diperankan Suzanna. Tak hiperbola jika dikatakan aktris kelahiran Bogor ini menegaskan sebagai simbol kejayaan film hantu pada era 80an. Dia pernah jaya pada massanya dan menjadi literasi sineas lintas generasi.
Biografi Suzanna
Terlahir bernama Suzanna Martha Frederika van Osch, dia orisinil Bogor dan lahir pada 14 Oktober 1942. Suzanna merupakan blasteran antara Jerman, Jawa, dan Belanda. Talenta seni Suzanna diturunkan dari orang tuanya. Sejak kecil Suzanna bahagia pada seni, seperti nyanyi dan teater.
Awal merintis global anjung hiburan, ketika dia main dalam film “Asmara Tiga Dara”, pada dasa warsa 50an. Debut pertama di global anjung hiburan justru membawanya mendapatkan penghargaan internasional.
Film pertama nan dibintangi ialah “Darah dan Doa” nan dibuat pada tahun 50an. Film nan berlatar belakang masa perjuangan kemerdekaan ini disutradarai oleh Usmar Ismail. Pada film ini, Suzanna dikasting menjadi pemeran figuran saja.
Sedangkan, film Suzanna kedua ialah “Asmara Dara” nan dirilis pada tahun 1959. Dalam film ini Suzanna memerankan tokoh Ina, seorang gadis muda nan menghuni asrama. Film Asmara Dara menjadi sebuah penegasan bahwa Suzanna merupakan aktris pendatang nan berpotensi.
Film Film Suzanna, seperti “Beranak Dalam Kubur”, “Bernapas Dalam Kubur” membawanya menjadi aktris spesialis rahasia dan syur. Film-film selanjutnya kebanyakan ialah aliran horor gaib nan diangkat dari mitologi Jawa. Contohnya, “Nyai Ageng Ratu Pemikat”, “Bangunnya Nyai Roro Kidul”, “Sundel Bolong”, dan sejenisnya.
Setelah dasa warsa 80an berakhir, berakhir juga perfilman Indonesia sebab berbagai factor, seperti kemacetan produksi film Indonesia nan seputar paha dan dada, atau istilahnya sekwilda. Belum lagi gempuran film Hollywood, Hongkong, ditambah maraknya VCD bajakan, membuat bioskop gulung tikar.
Karya terakhir sebelum dia meninggal adalah “Hantu Ambulance” pada tahun 2008.
Kekuatan Mitologi dan Aliran Horor
Film horor Indonesia kebanyakan diangkat dari sumber mitos-mitos nan berkembang di masyarakat sejak lama. Mitos di Indonesia merupakan bagian dari kehidupan budaya. Walaupun mitos itu sebenarnya tidak perlu diyakini kebenarannya, tapi ada sebagian masyarakat nan percaya betul keberadaannya. Salah satunya sosok penguasa bahari selatan Jawa, Nyai Roro Kidul. Dia ialah penunggu bahari selatan, nan sangat ditakuti oleh masyarakat pesisir pantai selatan.
Kita ada musibah nelayan tenggalam di bahari selatan atau wisatawan hanyut terbawa ombak, sebagian orang menandai bahwa sang ratu sedang meminta tumbal manusia. Terlepas dari itu, mitos ialah sekedar mitos saja nan sulit diurai dengan logika dan kaidah agama samawai.
Namun bagi pelaku industri kreatif nan didalamnya ialah sineas, mitos dapat dikemas menjadi komodifikasi film nan menarik. Mengapa film horor lokal begitu banyak penontonnya, sebab sosok hantu dan ceritanya begitu dekat dengan kita. Penonton akan takut ketika melihat pocong atau sundel bolona. Rasa takut itu sebab hantu tersebut ada pada kehidupan masyaraka Indonesia. Diskripsinya mitos sukses mendekatkan film pada penontonnya dan seolah-olah penonton sedang melihat langsung sosok konkret hantu nan tengah gentayang di film tersebut.
Berbeda ketika kita menonton film horor barat, di sana ada batas jeda antara tokoh hantu dengan penontonnya. Batas jeda itu berupa disparitas mitologi, disparitas budaya dan gaya hayati dan sebagainya.
Film-film Horor Generasi Baru
Film horor sekarang ini rasanya kembali pada gaya film Suzanna dulu. Rata-rata film hantu dibumbui dengan cerita syur, aktris seksi, bahkan porsi kemunculan hantu nan notabene cerita utamanya dikurangi. Malah, ada produser film hantu nan rela mendatangkan aktris porno luar negeri, produser rela merogoh kocek dalam-dalam guna mendatangkan bintang film porno dari Amerika atau Jepang demi menggenjot penonton. Tercatat deretan aktris biru nan pernah tampil pada film horor local, antara lain Shasha Grey pernah tampil film pocong, kemudian ada Aoi Sora nan pernah membintangi aliran hantu suster. Adalagi nan paling fenomenal ialah Maria Ozawa atau Miyabi pernah tampil dua kali dalam film Indonesia, salah satunya ialah aliran horor.
Genre film hantu pocong pun dua tahun terakhir ini sedang naik daun. Ada lebih dua puluh judul film dengan tema pocong bergentayangan di bioskop Indonesia. Uniknya, ada juga film pocongyang sama sekali tidak menekankan unsur horornya di sana, malah menjadi film horor komedi. Pocong dapat eksis mungkin gara-gara buku kumpulan ocehan twitter, tentang pocong. Dari buku ini lantas pocong diekspos menjadi sebuah film komedi.
Demikianlah sedikit tentang biografi ratu horor Indonesia Suzanna. Kita patut memberikan apresiasi tinggi terhadap film-film suzanna nan pernah mengharu birukan jagad layar perak Indonesia.