Peranan Orang Tua dalam Mencegah Gigi Berlubang pada Anak
Melihat buah hati sehat dan gembira memberikan kesenangan nan luar biasa kepada orang tuanya. Ketika giliran buah hatinya sakit, orang tua juga nan kadang turut merasakan kesakitannya. Apalagi kalau buah hatinya sakit gigi sebab karies atau gigi berlubang.
Gigi berlubang masih merupakan masalah nan kerap terjadi pada anak. Kira-kira apakah penyebabnya dan apa hubungannya dengan kecerdasan anak? Simaklah klarifikasi berikut ini.
Gigi Berlubang dan Penyebabnya
Gigi berlubang adalah penyakit gigi destruktif nan disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam. Asam nan diproduksi tersebut memengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah. Gigi akan mengalami demineralisasi (kekurangan mineral) dan remineralisasi.
Seiring waktu, asam ini mulai menyerang email, yaitu lapisan paling luar gigi, dan menyebabkan pengeroposan gigi. Sementara karies merupakan penyebab primer rusak hingga hilangnya gigi pada anak dan remaja. Penyebab karies ialah plak, mengkonsumsi gula secara hiperbola dan permukaan gigi nan rentan.
Plak ini mengandung bakteri nan bisa menghasilkan asam sebagai hasil sampingan dari konsumsi gula secara berlebihan. Hal ini diperparah dengan Norma mengkonsumsi gula secara hiperbola pada anak seperti coklat, permen, atau es krim. Bakteri nan menyebabkan gigi berlubang biasanya terjadi sebab penderita tertular bakteri. Bakteri ini ialah Streptococcus mutan.
Streptococcus mutan ini biasanya ada di rongga gigi manusia nan luka, kemudian menjadi bakteri nan sangat kondusif. Dengan begitu, bakteri ini bisa menyebabkan karies pada email gigi. Streptococcus mutan ialah jenis bakteri nan paling sering menyebabkan gigi berlubang.
Bakteri ini bukan merupakan bakteri nan terbawa dari semenjak lahir, melainkan ada lewat penularan. Usia 11 sampai 33 bulan ialah masa nan rawan terjadinya penularan tersebut. Apabila pada rentang usia tersebut seorang anak tak tertular bakteri, kecil kemungkinan mereka akan mengalami risiko gigi berlubang ke depannya.
Penularan bakteri ini pada anak paling sering disebabkan oleh adanya Norma jelek di masyarakat hingga sekarang tak pernah disadari. Misalnya, saat ibu memberikan makan kepada anaknya, biasanya si ibu biasanya mencicipi terlebih dahulu, apakah sudah dingin atau belum. Nah melalui proses tersebut bakteri tersebut tertular. Selain itu, dapat juga sebab orang tua nan sering menciumi anaknya, terutama di mulut.
Faktor lain nan juga memengaruhi antara lain konduite dan gaya hayati anak seperti Norma mengemut makanan dan permen. Selain itu, penambahan gula pada susu, kegemaran meminum soft drink, frekuensi menyikat gigi nan kurang dan penggunaan pasta gigi nan kurang tepat juga jadi penyebabnya.
Mencegah Gigi Berlubang pada Anak
Gigi berlubang tentu saja bisa dicegah. Banyak nan menyepelekan kesehatan gigi pada anak, sebab orang tua mempunyai asumsi bahwa gigi anak ialah gigi susu nan kelak akan diganti menjadi gigi permanen. Padahal gigi susu sangat berhubungan krusial dengan pertumbuhan gigi dewasa.
Kalau gigi susunya tak dijaga dengan baik, maka kemungkinan gigi penggantinya, atau gigi permanen, akan tumbuh tak baik pula. Berikut ini hal-hal nan dapat mencegah terjadinya gigi berlubang.
- Ajarkan Menggosok Gigi Sedini Mungkin
Menggosok gigi sebaiknya mulai diperkenalkan semenjak anak menginjak usia 2 tahun. Pada usia 2 tahun gigi seorang anak biasanya mulai banyak dan ia juga mulai dapat mengkordinasikan tangannya buat menggenggam suatu barang.
Apabila si anak masih terlalu kecil, orang tua bisa membantunya dengan menggunakan sikat gigi nan berbentuk telunjuk dengan sikat-sikat halus di atasnya. Dengan tujuan utamanya ialah semata membiasakan anak buat menggosok gigi dan menghilangkan residu gula di gigi anak.
Sebetulnya penggunaan pasta gigi belumlah diperlukan. Namun seandainya orang tua hendak menggunakan pasta gigi, gunakanlah pasta gigi anak nan memiliki rasa bermacam-macam. Dengan begitu, anak bahagia dengan momen menggosok giginya.
Jika si anak masih kecil buat menggunakan sikat gigi, gunakan lap basah buat membersihkan giginya. Cara ini efektif buat anak nan mempunyai Norma meminum susu sampai tertidur. Jika si anak masih bangun, orang tua dapat menyuruhnya berkumur atau meminum air putih setelah meminum susu.
Inti dari mengajarkan Norma membersihkan gigi semenjak dini ini ialah agar anak terbiasa buat membersihkan residu gula pada gigi anak. Residu gula ini kelak berpotensi menjadi bakteri penyebab gigi berlubang. Hal ini sekaligus juga mengajarkan pentingnya Norma menggosok gigi secara rutin.
- Mengatur Asupan Makan Anak
Jangan memberikan anak makanan nan mengandung gula nan berlebihan, sebab konsumsi gula nan hiperbola berpotensi menyebabkan karies. Lebih baik memberikan makanan nan diolah sendiri oleh orang tua sebab baik bahan maupun cara pengolahannya diketahui dengan benar.
Mengkonsumsi sayuran juga buah-buahan sangat baik buat kesehatan gigi. sayuran dan buah-buahan mengandung vitamin dan mineral nan bisa menguatkan gigi dari agresi bakteri dursila di rongga mulut.
- Rajin berkonsultasi dengan Dokter Gigi Minimal 6 Bulan Sekali
Rajin berkonsultasi dengan dokter gigi membuat kondisi gigi terpantau perkembangannya. Dengan demikian, jika ada gigi nan berpotensi terkena karies, bisa dilakukan tindakan-tindakan medis buat melindungi gigi tersebut. Juga dengan rajin berkonsultasi bisa diketahui bagaimana cara-cara merawat gigi nan benar.
- Ajarkan Cara Menggosok Gigi nan Benar
Rajin menyikat gigi bukan berarti terbebas dari gigi berlubang. Banyak juga nan rajin menyikat gigi namun giginya tetap berlubang. Hendaknya menggosok gigi secara baik dan benar, seperti menggosok gigi dengan durasi waktu minimal 2 menit, membersihkan seluruh daerah rongga mulut termasuk lidah dan menggunakan sikat gigi nan benar.
Peranan Orang Tua dalam Mencegah Gigi Berlubang pada Anak
Orang tua sangat berperan dalam memberikan pengetahuan sedini mungkin terhadap anak tentang betapa pentingnya menjaga gigi semenjak dini. Peran orang tua diperlukan dalam memberikan pengertian, membimbing, menyediakan fasilitas, dan mengingatkan anak.
Hal ini dimaksudkan agar anak bisa memelihara kebersihan gigi dan mulutnya secara sahih dan rutin. Selain itu, orang tua juga memiliki peran nan lumayan besar dalam mencegah terjadinya karies dan plak pada anak, nan pada akhirnya mencegah terjadinya gigi berlubang.
Banyak juga ditemui orang tua nan dengan sengaja mengabaikan kesehatan gigi anak-anaknya. Mereka secara sadar mengabaikan kesehatan gigi anak, sebab mempunyai asumsi bahwa gigi anak akan berganti dengan gigi dewasa. Jika rusakpun orang tua akan mengabaikannya.
Imbas dari pengabaian terhadap kesehatan gigi anak berdampak cukup besar. Anak pun akan lebih sering mengalami sakit gigi sampai gigi berlubang. Hal ini tentu saja memicu terjadinya suatu infeksi gigi. Gigi nan sering sakit terutama pada anak akan menyebabkan anak mengalami susah makan, bicara tak dapat maksimal dan pada akhirnya mengganggu tumbuh bunga anak.
Dengan terganggunya tumbuh bunga anak, tentu akan berakibat langsung pada kecerdasan anak. Asupan makanannya terganggu sebab kondisi giginya nan buruk. Orang tua nan mempunyai pengetahuan nan rendah tentang kesehatan gigi akan berdampak langsung pada kesehatan gigi anaknya.
Wawasan orang tua sangat krusial dalam pembentukan konduite dalam perawatan kebersihan gigi dan mulut anak. Orang tua harus menjalankan Norma hayati sehat terlebih dahulu buat dapat memberi contoh kepada anaknya tentang betapa pentingnya mencegah gigi berlubang.
Pola hayati nan sehat akan menyebabkan konduite dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut menjadi sehat pula. Anak merupakan aset terpenting orang tua. Oleh karena itu, ialah krusial bagi orang tua buat senantiasa menjaga kesehatan anaknya. Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan pola sehat terlebih dahulu sebelum diterapkan kepada anak-anaknya. Selamat mencoba!