Rias Pengantin Jawa - Tahap-tahap Merias Pengantin

Rias Pengantin Jawa - Tahap-tahap Merias Pengantin

Pernikahan ialah salah satu termin kehidupan nan latif dan memiliki makna penting. Ini merupakan sebuah momen nan ditunggu-tunggu, penuh gairah, namun juga kekhawatiran sebab seseorang memasuki babak kehidupan nan benar-benar baru setelah menikah. Oleh sebab itu, tidak heran jika banyak orang mempersiapkan pernikahan mereka dengan serius. Rias pengantin menjadi salah satu unsur pernikahan nan tidak dapat diabaikan. Salah satu gaya rias nan dapat menjadi pilihan ialah gaya rias pengantin Jawa.

Di zaman modern ini banyak pengantin Indonesia nan lebih memilih tata rias modern dalam pernikahan mereka. Padahal, sebenarnya rias pengantin tradisional sangat agung dan setiap simbol nan digunakan dalam pernikahan adat memiliki makna filosofis nan mendalam.

Salah satu rias pengantin tradisional nan masih cukup banyak digemari ialah rias pengantin tradisional Jawa, khususnya corak Jogja dan Solo. Kuatnya tradisi Jawa nan masih dipegang masyarakat Jogja dan Solo mungkin menjadi penyebab rias pengantin Jawa ini masih memiliki loka di kalangan pasangan muda masa kini.



Rias Pengantin Jawa - Macam-macam Gaya Merias Pengantin

Gaya rias pengantin Jawa pada umumnya mengacu pada gaya Jogja atau Solo. Gaya rias pengantin Jogja dan Solo ini terdiri dari macam-macam gaya rias. Macam-macam gaya rias pengantin Jogja Solo itu, yaitu sebagai berikut.

1. Solo Putri

Pada rias pengantin gaya Solo Putri, mempelai wanita mengenakan tata rias hitam pekat pada dahi. Gaya rambut di ukel besar seperti bokor mengkureh. Aksesoris nan dikenakan di rambut ialah melati tibo dodo nan dironce dan dilengkapi dengan hiasan cunduk sisir dan cunduk mentul.

Sementara itu kebaya, nan dikenakan mempelai wanita ialah kebaya panjang klasik berbahan beludru dengan rona hitam dan hiasan benang emas dengan motif bunga. Kain batik nan dikenakan di bagian bawah memiliki motif Sidoasih prada. Sementara mempelai pria mengenakan beskap dengan blangkon atau epilog kepala dan juga mengenakan kain beromitf Sidoasih prada.

2. Solo Basahan

Gaya pengantin Solo Basahan sang mempelai wanita, yaitu mengenakan kemben, kain dodot atau nan disebut pula kampuh, serta sampur. Mempelai wanita juga menggunakan sekar abrit, kain jarik dengan rona nan sama, dan buntalan nan berisi daun-daunan dan bunga-bunga wangi nan dipercaya mampu menolak kesialan dan malapetaka.

Sementara sang mempelai pria juga mengenakan dodot dengan corak sama dengan pasangannya, mengenakan epilog kepala berupa kuluk, stagen, sabuk timang, epek, celana cinde sekar abrit, keris warangka ladrang, buntal, selop, dan kalung-kalung sulur sebagai aksesoris. Gaya rias pengantin Solo Basahan ini merupakan tradisi nan dilakukan di kalangan bangsawan dan kerabat Kraton.

3. Yogya Putri

Rias pengantin gaya Yogya Putri mengaplikasikan sanggul tekuk buat tata rambutnya. Cunduk mentul besar dan pelat gunungan ialah pelengkap aksesoris buat rambut. Baju nan dikenakan berupa kain kebaya panjang berbahan beludur dengan motif kain batik prada. Sementara mempelai pria mengenakan beskap berwarna putih dengan kain batik motif prada buat bagian bawah, sedangkan bagian atasnya mengenakan blangkon sebagai epilog kepala.

4. Yogya Paes Ageng

Rias pengantin gaya Yogya Paes Ageng pada mempelai perempuan dengan tata rias hitam di dahi dan pinggiran emas, kemudian rambut disanggul dengan gaya gajah ngolig nan terjuntai dengan cantik. Tak lupa mempelai wanita dilengkapi dengan sumping dan aksesoris lainnya. Sementara pada mempelai pria dodot masih digunakan buat gaya ini, dilengkapi dengan berbagai aksesoris nan semakin memberi kesan klasik nan gagah dan berwibawa.

5. Yogya Jangan Menir

Gaya berbusana pengantin Jawa gaya Yogya Jangan Menir ini yaitu sang mempelai tak mengenakan dodot. Pengantin pria mengenakan pakaian blenggen dengan hiasan bordir dan berbahan dasar beludru. Selendang bercorak pendhing menjadi sabuk nan melilit pinggang, sedangkan buat epilog kepala mengenakan kuluk kanigara.



Rias Pengantin Jawa - Seluk-beluk Merias Pengantin

Pernikahan tradisional Jawa pada dasarnya mengacu pada pernikahan keluarga Kerajaan atau Keraton nan anggun dan agung. Hal ini memang ditujukan buat membuat mempelai pria dan wanita, meskipun berasal dari orang awam atau bukan kerabat Keraton, tapi dapat merasakan menjadi Raja dan Ratu sehari.

Oleh sebab itu, segala persiapan dan aplikasi pernikahan Jawa juga mengikuti tata cara pernikahan kerajaan. Beberapa minggu sebelumnya, mempelai wanita terutama, sebaiknya mulai mendapatkan perawatan kecantikan nan intensif, seperti mandi lulur, mangir, ratus rambut, mandi rerempahan, dan minum jamu buat kesehatan dan kecantikan kulit.

Pada saat rias pengantin dimulai, bedak nan digunakan buat mempercantik paras dipilih rona kuning. Bentuk alis dibuat seindah mungkin dengan gaya mangot yaitu bentuk alis dengan lengkungan nan cantik. Bayangan mata atau eye shadow diaplikasikan pada bagian mata. Rona hijau samar-samar biasanya diaplikasikan buat kelopak mata bagian atas.

Sementara kelopak mata bagian bawah diaplikasikan rona coklat nan semakin menipis warnanya ketika semakin ke atas. Jangan lupa memperkuat garis mata dengan pensil hitam dan menggunakan maskara buat membuat bulu mata terlihat lentik atau dapat juga dengan menggunakan bulu mata palsu.

Ciri khas rias pengantin Jawa ialah rona hitam nan ada di dahi, nan disebut paes. Paes merupakan simbol kecantikan dan menjauhkan diri dari tidakan buruk. Paes juga dianggap sebagai pertanda bahwa sang mempelai wanita telah memasuki babak kedewasaan dalam hidupnya. Paes nan diaplikasikan pada dahi ini berbentuk empat cengkorongan nan masing-masing disebut gajahan, pengapit, penitis, dan godeg.

Sementara itu, ada beberapa hiasan nan digunakan buat menghias rambut nan disanggul, yaitu cunduk mentul, bros gelun, tanjungan, sintingan, cunduk jungkat, centung, borokan, dan iba dada bawang sebungkul. Cunduk mentul nan dipasang di atas sanggul berjumlah 7 buah nan dipasang membentuk kipas. Sementara bros gelung diselipkan di tengah-tengah sanggul dan tanjungan di pasang di sisi kanan dan kiri sanggul dengan jumlah 3 buah di masing-masing bagian.



Rias Pengantin Jawa - Tahap-tahap Merias Pengantin

Bagi seorang perias, buat melakukan rias pengantin Jawa dibutuhkan keterampilan spesifik dan juga kadang harus melakukan puasa sebelumnya sebagai salah satu syarat. Konon, jika sang perias melakukan puasa terlebih dahulu sebelum merias, maka mempelai nan dirias nantinya akan tampak cantik dan semua aura positif akan keluar. Namun, terlepas dari tradisi puasa bagi sang perias, pada dasarnya setiap perias melakukan beberapa termin dalam proses rias pengantin Jawa, yaitu sebagai berikut.

1. Analisis Paras Mempelai Wanita

Analisis ini dilakukan dengan cara mengamati karakter paras dan kulit paras mempelai wanita nan akan dirias, seperti rona kulit wajah, jenis kulit wajah, bentuk muka, bentuk mata, bentuk alis, bentuk bibir, adakah 'cacat' seperti flek hitam pada wajah, bekas jerawat, kerutan, dan sebagainya. Analisis paras ini bertujuan menentukan jenis make up nan cocok dan bagaimana riasan itu nantinya akan diaplikasikan ke paras buat membuatnya tampak sempurna.

2. Desain Riasan

Ciri khas rias pengantin Jawa ialah hiasan hitam pada dahi. Bagi perias nan belum terlalu berpengalaman, dapat menggambar polanya terlebih dahulu di dahi sebelum diaplikasikan dengan pidih hitam.

3. Pilih Kosmetik nan Cocok

Jenis kulit paras tiap-tiap orang berbeda-beda, ada nan memiliki kulit berminyak, kering maupun normal. Oleh sebab itu, pemilihan kosmetik juga harus disesuaikan dengan jenis kulit tersebut. Sebaiknya, dua minggu sebelum hari pernikahan, calon mempelai wanita melakukan tes make up terlebih dahulu. Rona bedak nan digunakan buat rias pengantin Jawa ialah rona kuning. Sementara itu, pensil mata berwarna hitam, eye shadow berwarna coklat dan hijau muda, dan jangan lupa pemerah pipi dan bibir. Biasanya pemerah bibir dipilih rona merah sirih nan klasik.

Rias pengantin Jawa memang terkesan rumit, namun semuanya memiliki simbol dan lambang nan sarat makna. Rias pengantin Jawa juga tak dapat dilakukan sambil lalu, melainkan harus penuh ketaletenan. Oleh sebab itu, tidak heran jika dibutuhkan waktu lama buat merias mempelai wanita dengan adat Jawa. Namun, hasilnya juga sebanding sebab mempelai wanita akan terlihat anggun, cantik, dan proses pernikahan nan berlangsung akan terkesan sakral dan agung.