Jembatan-Jembatan Bersejarah di Indonesia
Siapa nan tak kenal jembatan saat ini? Jembatan sudah menjadi wahana vital nan memudahkan gerak manusia dari satu loka ke loka lain nan terhalang oleh sebuah rintangan nan membuat manusia tak dapat melewatinya dengan mudah.
Berkat kehadiran jembatan, loka nan dahulunya harus dilewati dengan susah payah sekarang dapat dilewati dengan mudah. Jembatan juga menghubungkan dua loka nan terpisah oleh sungai, jurang, atau sebagainya.
Pengertian dan Sejarah Jembatan
Apa nan dimaksud dengan jembatan? Jembatan merupakan suatu struktur nan terbuat dari kayu, bambu, beton, besi, dan sejenisnya nan berfungsi sebagai wahana buat menyeberangi suatu rintangan seperti sungai, rel kereta api, jalan raya, atau bahkan menghubungkan dua gedung. Jembatan dibangun buat tujuan mempermudah manusia buat menyeberangi rintangan tersebut.
Jembatan pada awalnya dibuat oleh manusia berupa titian dari kayu atau bambu buat menyeberangi parit atau sungai. Ada juga nan menggunakan utas rotan atau tali nan diikatkan pada bebatuan di pinggir sungai. Beberapa sumber di internet menyebutkan bahwa masyarakat Roma pertama kali memperkenalkan jembatan gerbang nan berbentuk melengkung.
Jembatan ini pertama kali dibuat pada masa Emperor Roma. Orang-orang Roma terkenal memiliki pengetahuan nan cukup baik tentang batu-batuan dan kekuatannya nan berbeda. Pada zaman Kaisar Romawi Kuno, mulai dikenal pembuatan jembatan bata dan mortar. Selanjutnya pada Zaman Pertengahan, dikenal pembuatan tiang-tiang jembatan batu nan berukuran besar sehingga menyebabkan kapal-kapal nan lewat di sungai menjadi kesulitan buat lewat.
Perkembangan pengetahuan tentang pembangunan jembatan mulai mengalami kemajuan pada abad ke-18. Pada abad ini, Hans Ulrich Jhannes Grubenmann dan pakar nan lain mulai melakukan banyak pembaharuan terkait teknik pembangunan jembatan kayu. Revolusi pada abad ke-19 ikut memberikan dorongan positif bagi perkembangan pembangunan jembatan. Kontemporer sistem rangka ( truss system ) dengan menggunakan besi mulai dikenal.
Fungsi Jembatan
Apabila dilihat dari pengertian dan sejarah jembatan, bisa diperoleh citra jelas tentang seperti apa jembatan dan apa fungsinya. Secara generik fungsi jembatan, antara lain sebagai berikut.
- Menghubungkan dua loka nan terpisah oleh suatu rintangan nan bisa menghambat kelancaran perjalanan. Contoh rintangan ini, antara lain sungai, rel kereta api, jalan raya nan padat, dua gedung tinggi nan berdekatan, dan lain-lain.
- Memperlancar arus transportasi.
- Memberi kenyamanan dan kemudahan dalam melewati rintangan.
Jembatan-Jembatan Bersejarah di Indonesia
Indonesia ialah sebuah negara nan kaya akan sungai dan perairan. Sehingga banyak jalan-jalan nan harus melewati sungai buat sampai ke daerah lainnya. Agar proses mobilisasi dari satu loka dan loka lain nan dipisahkan oleh sungai, perlu disatukan atau dihubungkan. Salah satu caranya ialah dengan membangun jembatan.
Untuk itu, jangan heran jika di Indonesia kita dapat menemukan ratusan bahkan mungkin mencapai jutaan jembatan . Baik jembatan nan melewati sungai, jurang, jalan raya maupun rel kereta barah maupun jembatan pendek, hingga jembatan nan panjangnya mencapai ratusan meter.
Berdasarkan sekian banyak jembatan tersebut ada beberapa jembatan nan dikenal memiliki nilai historis bagi bangsa Indonesia, antara lain sebagai berikut.
Jembatan Merah
Jembatan Merah terletak di Surabaya, ibu kota Jawa Timur. Jembatan ini merupakan salah satu monumen sejarah nan dibiarkan apa adanya dan pernah dijadikan oleh seorang artis (Gesang) sebagai judul lagu ciptaannya. Jembatan ini memegang peranan krusial pada zaman VOC dahulu. Jembatan ini merupakan wahana penghubung krusial nan buat memudahkan orang melewati Kalimas menuju Gedung Keresidenan Surabaya.
Kawasan Jembatan Merah merupakan kawasan perniagaan. Hal ini sudah dimulai semenjak zaman VOC. Di mana kondisi ini diawali dengan ditandatanganinya perjanjian antara Paku Buwono II dari Mataram dengan VOC pada 11 November 1743. Isi perjanjian itu mengatakan bahwa pantai utara, termasuk Surabaya berada di bawah kekuasaan VOC.
Sejak ditandatanganinya perjanjian itu, Surabaya berada di bawah kekuasaan Belanda. Hingga kini jembatan Merah masih menjadi sentra perdagangan. Hal itu terlihat dari indikator-indikator ekonomi nan tumbuh di sekitar Jembatan Merah, salah satunya ialah kehadiran Plaza Jembatan Merah.
Jembatan Merah sudah banyak mengalami perubahan. Pada tahun 1890-an pertama kali dilakukan perbaikan fisik pada Jembatan merah, yaitu ketika pagar pembatas utamanya dengan sungai nan pertamanya terbuat dari kayu diganti menjadi besi sehingga kondisi jembatan tak ubahnya dengan jembatan lain. Karakteristik khas utamanya hanyalah pada rona jembatan nan berwarna merah.
Jembatan Ratapan Ibu
Namanya sangat unik, Jembatan Ratapan Ibu. Jembatan ini terletak di Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatra Barat. Pertama kali dibangun pada tahun 1818 dengan spesifikasi panjang jembatan 40 meter. Didominasi oleh arsitektur kuno, tersusun dari bata merah setengah lingkaran nan dibangun tanpa menggunakan rangka besi hanya direkat dengan kapur dan semen.
Jembatan ini menghubungkan antara Pasar Payakumbuh dan Nagari Air Tabek, dan melintasi Sungai Batang Agam nan lebar dan genre sungainya deras. Jembatan ini sangat kental dengan kenangan sejarah. Di jembatan inilah dahulu tentara Belanda mengeksekusi para pejuang kemerdekaan nan tertangkap.
Catatan sejarah mengabarkan bahwa para pejuang kemerdekaan nan tertangkap oleh tentara Belanda akan digiring ke atas jembatan tersebut. Kemudian mereka disuruh berbaris di bibir jembatan ini. Kemudian mereka dieksekusi dengan cara ditembaki menggunakan senjata barah sehingga para pejuang kemerdekaan tersebut berjatuhan ke batang Sungai Agam dan selanjutnya hanyut terbawa arus nan deras.
Masyarakat nan menyaksikan eksekusi tersebut, khususnya kaum wanita/ibu hanya dapat menangis menyaksikan kekejaman tentara Belanda tersebut sehingga kemudian jembatan ini diberi nama Jembatan Ratapan Ibu. Hal ini buat mengenang kepedihan tragedi eksekusi nan pernah dipertontonkan oleh tentara Belanda. Di dekat jembatan ini kemudian dibangun patung wanita tengah baya nan sedang menangis menyaksikan tragedi eksekusi di areal jembatan tersebut
Jembatan Kambing
Jembatan ini terletak di kawasan Pekojan, Jakarta Barat. Konon, dinamakan dengan sebutan Jembatan kambing sebab jembatan inidulunya menjadi loka buat melewatkan kambing-kambing nan didatangkan dari berbagai tempat, terutama dari Tegal buat sampai ke loka pejagalan. Jembatan Kambing ini posisinya berhadapan langsung dengan Masjid An-Nawir dan tak dapat dilewati oleh kendaraan roda empat.
Jembatan Cincin
Jembatan ini terletak di Jatinangor, Jawa Barat. Jembatan ini dibangun oleh Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf pada tahun 1918, yaitu sebuah perusahaan kereta barah Belanda. Tujuan pembangunan jembatan ini pada awalnya ialah buat menunjang kelancaran kegiatan perkebunan karet Belanda nan ada di kawasan tersebut.
Jembatan ini menjadi wahana buat membawa hasil karet dari perkebunan. Sekarang, jembatan ini beralih fungsi menjadi jembatan penyeberangan penduduk dan para mahasiswa nan tinggal di sekitarnya. Lokasi Jembatan ini tak jauh dari Kampus Universitas Padjadjaran di Jatinangor.
Jembatan Javasche Bank
Jembatan ini terletak di Ujung Kali Besar, Daerah Spesifik Ibu kota (DKI) Jakarta. Jembatan ini awalnya merupakan wahana nan digunakan oleh masyarakat buat mencapai sebuah rumah sakit di kawasan tersebut (hospitaalsbrug).
Rumah sakit ini kemudian pindah ke Weltevreden dan huma bekas rumah sakit ini kemudian diambil ahlih dan dimanfaatkan oleh Javasche Bank sehingga jembatan itu kemudian dikenal dengan nama Jembatan Javasche Bank.