Siapa Tersangka Kasus Pembunuhan Sadis Ini?

Siapa Tersangka Kasus Pembunuhan Sadis Ini?

Kasus pembunuhan ini merupakan salah satu kasus nan paling sering diulas oleh media pada saat itu. Kepolisian Amerika Perkumpulan berusaha memecahkan kasus ini selama 60 tahun, tetapi mereka tak pernah sukses menemukan pelakunya. Hingga akhirnya, kasus ini ditutup dan dinyatakan “unsolved” atau “tidak terselesaikan”. Kasus ini sendiri cukup dikenal masyarakat luas hingga menjadi inspirasi bagi beberapa orang buat menulis buku atau membuat film tentangnya.



Black Dahlia, Korban Kasus Pembunuhan Keji

Elizabeth Short, atau Black Dahlia, dilahirkan di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat. Ia ialah anak ke-3 dari 5 bersaudara. Ayahnya ialah seorang pemilik loka kursus golf miniatur sampai resesi ekonomi Amerika di tahun 1930-an membuatnya bangkrut. Kesulitan ekonomi tak membuat Elizabeth Short kehilangan masa kecilnya. Ia ialah anak nan senang meski kerap kali sakit-sakitan sebab mengidap asma dan bronkhitis.

Di usianya nan ke-19, Elizabeth Short pindah ke California buat tinggal bersama ayahnya. Kemudian, keduanya pindah ke Los Angeles pada tahun 1943. Kepindahan ke kota sebesar Los Angeles membuat pergaulan Elizabeth Short terlalu bebas. Ia sempat ditangkap polisi dan dipenjara atas tuduhan mabuk-mabukan di bawah umur. Ia kemudian pindah ke Florida dan berjumpa Mayor Matthew Gordon.

Keduanya jatuh cinta dan memutuskan buat bertunangan. Namun, Gordon meninggal global dalam sebuah kecelakaan pesawat sehingga mereka tak sempat menikah. Sepeninggal Gordon, Elizabeth kemudian mengadu nasib ke Hollywood buat meniti karir di industri perfilman. Dengan paras nan cantik dan kepribadian nan luwes, ia dengan mudah menjalin pertemanan dengan banyak orang, terutama para pria.

Inilah salah satu aspek nan menyulitkan kepolisian mengidentifikasi pelaku dalam kasus pembunuhan ini. Pasalnya, terlalu banyak individu nan datang dan pergi dalam kehidupannya, apalagi setelah ia mulai berteman dengan komunitas sosialita bergengsi. Di antara teman-teman berkelasnya, tersebutlah nama Mark Hansen. Ia ialah seorang pengusaha nan memiliki teater dan klub malam.

Elizabeth menjalin interaksi persahabatan sekaligus kawan nan cukup erat dengan Hansen. Ia kerap kali datang ke rumah pria tersebut buat mendongkrak populasinya demi meraih mimpinya menjadi bintang di Hollywod. Nama Black Dahlia muncul sejak Elizabeth eksis di Hollywood. Pada masa itu, ada sebuah film berjudul “The Blue Dahlia” nan sangat terkenal dan digemari. Terpengaruh film tersebut, teman-teman dan kawan kerja Elizabeth mulai memanggilnya Black Dahlia sebab rambut Elizabeth nan hitam legam dan hobinya mengenakan gaun berwarna hitam.



Penemuan Mayat Kasus Pembunuhan Keji

Pada pagi nan cerah di tanggal 15 Januari 1947, seorang perempuan muda melintasi Leimert Park, Los Angeles, dan menemukan seonggok benda aneh di balik semak-semak taman. Sekilas, benda tersebut terlihat bagaikan manekin nan telah dipotong dua. Rupanya, itulah jenazah Elizabeth Short, sang Black Dahlia, nan dibunuh secara keji.

Mayat Black Dahlia terbaring di semak-semak, terbelah di bagian pinggangnya. Kedua tangannya diposisikan berada di belakang kepala, sedangkan kedua pahanya direntangkan lebar-lebar sehingga menimbulkan kesan vulgar. Bibirnya disobek membentuk senyuman nan memanjang membelah kedua pipinya dari ujung telinga satu ke ujung telinga lainnya. Adapun tubuhnya lecet-lecet dan penuh luka sobekan. Di leher, pergelangan tangan, dan pergelangan kakinya terlihat biru lebam bekas dijerat tali; barangkali ia diikat dan disiksa sebelum dihabisi.

Kondisi jenazah nan terlihat bersih, pucat, dan nyaris tanpa ada darah membuat polisi menyimpulkan bahwa si pembunuh membersihkannya sedemikian rupa dan mengatur posisi tubuh mayat Black Dahlia. Fenomena bahwa jenazahnya dimutilasi dengan sangat rapi membuat polisi sempat menduga pembunuhan ini dilakukan oleh seseorang nan ‘ahli’, seperti dokter atau tukang daging.

Setelah pakar medis melakukan otopsi dan memeriksa jenazah itu dengan saksama, barulah dinyatakan secara resmi bahwa mayat tersebut ialah sahih mayat Elizabeth Short, sang Black Dahlia. Kebingungan melanda pihak berwajib kala mereka tak menemukan senjata, sidik jari, jejak kaki, atau barang bukti apa pun nan dapat mengarahkan mereka pada pelaku kasus pembunuhan ini. Dari sinilah pemeriksaan nan tak kunjung membuahkan hasil dimulai.



Siapa Tersangka Kasus Pembunuhan Sadis Ini?

Kegiatan otopsi jenazah Black Dahlia rupanya membuka fakta baru. Pada tubuh jenazah, ditemukan jejak-jejak pelecehan seksual. Oleh sebab itu polisi mulai mempersempit kemungkinan bahwa pelakunya ialah seorang pria. Para pengotopsi juga menemukan kerusakan di organ mata dampak penyiksaan, pendarahan di otak, dan beberapa tanda nan mengarah pada konklusi bahwa Black Dahlia digantung secara terbalik selama masa penyiksaannya.

Beberapa saat setelah kasus pembunuhan ini mulai diproses dan disebarluaskan secara berlebih oleh media massa, polisi mendapati sekitar 60 orang, pria dan wanita, maju ke depan generik dan mengaku bahwa dirinyalah nan membunuh Black Dahlia. Konyolnya, pengakuan-pengakuan tersebut hanya omong kosong belaka sebab tak disertai bukti-bukti kuat nan masuk akal.

Lantas, polisi menyimpulkan bahwa mereka nan mengaku-aku sebagai pembunuh Black Dahlia hanyalah orang-orang nan mencari sensasi dan ingin diliput oleh media. Saking sulitnya pemeriksaan nan dijalankan buat menuntaskan kasus ini, kepolisian Amerika Perkumpulan saat itu sampai-sampai harus menurunkan ratusan personelnya guna menyelidiki tersangka pembunuh Black Dahlia.

Kasus pembunuhan ini kemudian menjadi kasus kriminal terbesar pada masanya. Kebingungan pihak kepolisian semakin memuncak ketika sebuah paket datang ke kantor salah satu media massa (lantas, paket tersebut diserahkan pada pihak berwajib). Paket tersebut berisi barang-barang orisinil milik Elizabeth Short, berupa kartu agunan sosial, foto, kartu nama, akte kelahiran, dan nota klaim buat megambil kopernya nan tertinggal di terminal bus.

Di dalam paket tersebut juga ada buku alamat kepunyaan Mark Hansen, sahabat dekat Elizabeth Short, nan beberapa halaman di dalamnya telah disobek. Tidak hanya itu, polisi juga menemukan sepucuk surat nan menyertai paket itu. Surat tersebut disusun dari huruf-huruf dari guntingan koran. Isi surat tersebut berbunyi, “here is Dahlia’s belongings. Letter to follow.” Artinya kurang lebih, “inilah barang-barang milik Dahlia. Surat akan menyusul.”

Berangkat dari kedatangan paket tanpa nama tersebut kepolisian mulai menyelidiki kasus pembunuhan ini. Semua nama nan tertera di buku alamat Mark Hansen dihubungi buat mendapatkan keterangan lebih lanjut. Surat dan paket itu sendiri tak memberi kegunaan secara langsung bagi penyelidikan, sebab tak ditemukan sedikit pun sidik jari di dalamnya. Mulailah pencarian atas tersangka pembunuh Black Dahlia, ratusan teman perempuan itu diwawancarai dan ribuan orang nan pernah kenal dengannya juga dihubungi.

Akan tetapi, penyelidikan selalu berujung buntu sebab tak ada bukti kuat nan mendukung tuduhan. Setidaknya, ada 24 tersangka kuat nan diselidiki polisi selama masa investigasi. Sayangnya, tak ada satu pun nan terbukti telah membunuh Black Dahlia. Kasus pembunuhan Black Dahlia dapat dikategorikan sebagai salah satu kasus kriminal tersulit nan pernah diselidiki oleh kepolisian Amerika Serikat.

Sang pembunuh kelihatannya sangat ulung, terencana, dan rapi mempersiapkan segala hal dengan terperinci. Segala daya dan upaya nan mereka lakukan tak sukses menunjuk satu atau beberapa orang tersangka nan terbukti kuat membunuh perempuan malang itu. Akhirnya, penyelidikan dihentikan setelah 60 tahun pemeriksaan tanpa hasil. Ini menimbulkan rahasia bagi banyak orang, hingga kini.