Mapala
Arung jeram atau rafting merupakan salah satu jenis olah raga sekaligus hobi nan sangat menantang dan menarik. Arung jeram merupakan olah raga alam nan belakangan makin banyak diminati.
Meski sejarah arung jeram diwarnai dengan perbedaan makna maskulinitas sebab sifat oleh raga ini nan memang membutuhkan ketahanan dan ketrampilan fisik nan kuat, namun tidak sedikit kaum perempuan nan juga menggemari olah raga penuh risiko ini.
Olah raga arung jeram ini juga sempat diidentikkan sebagai kegiatan nan khas dan banyak dilakukan para mahasiswa pecinta alam (mapala). Seperti halnya dengan pendakian gunung, ataupun kegiatan lintas alam lainnya, arung jeram juga merupakan aktifitas nan banyak digemari para pecinta alam. Apalagi tidak sedikit even perlombaan arung jeram juga banyak dimotori dan dirintis oleh para mahasiswa pecinta alam.
Kendaraan Air
Melacak data nan ada, tampaknya tak ada catatan nan menyebutkan secara niscaya kapan arung jeram ditemukan atau dilakukan pertama kali. Arung jeram sebagai bentuk penjelajahan alam dengan menyusuri sungai, setidaknya merupakan aktifitas alami nan dilakukan sejak lama.
Masyarakat, khususnya tinggal dan mendiami di berbagai pedalaman, tentunya juga harus mampu menyusuri sungai nan ada buat mendapatkan bahan makanan. Termasuk bila sungai itu berarus kuat dan deras.
Namun sejarah arung jeram ditengarai dilakukan pertama kali oleh seorang bernama John MacGregor pada abad 19. Pada saat itu, MacGregor nan dikenal sebagai anggota pramuka ini mengembangkan bahtera dari kayu nan bernama Dug Out Canoe buat olah raga dan rekreasi air.
Sebelumnya, kendaraan air bernama Dug Out Canoe ini sempat mengalami perubahan bentuk seiring perjalanan sejarahnya sinkron dengan kepentingan penggunanya.
Sebuah suku di Kanada menggunakan sebuah pohon besar nan dilubangi tengahnya sebagai kendaraan air. Begitu juga masyarakat pedalaman lainnya ada nan mengembangkannya dengan menyesuaikan dengan lebar dan kedalaman sungai, serta kapasitas nan bisa menaikinya.
Dug Out Canoe buat menyebut kendaraan air sudah muncul sejak lama, meski tak diketahui secara niscaya sejak kapan. Bahkan orang Indian di Amerika Utara membuat Bark Out Canoe dari tempelan papan.
Mapala
Setelah perang global kedua berakhir, kendaraan bahari milik Angkatan Luat Amerika menginpirasi pembuatan kendaraan air buat arung jeram. Namun berbagai kelemahan masih banyak ditemukan.
Diantaranya banyaknya air nan masuk dan harus dikeluarkan dengan menggunakan ember. Begitu juga kapasitas angkutannya belum optimal. Hingga tahun 1983, kendaraan air arung jeram masih berciri dengan adanya ember buat membuang air nan masuk.
Setelah itu, Jim Cassidy sukses menciptakan bahtera Self Bailer nan lebih sinkron dengan medan arung jeram nan berat. Pada dasar bahtera ini dibuat dari karet nan dipompa, sehingga bagian dinding bahtera dapat dibuat lobang nan berfungsi buat membuang air nan masuk ke perahu.
Sedangkan sejarah arung jeram di Indonesia dimulai sekitar tahun 1970-an. Saat itu, dengan dimotori mahasiswa pecinta alam atau mapala dari ITB Bandung dan UI Jakarta, lahir kelompok olah raga arus deras (Orad).
Kelompok ini pula nan kemudian berinisiatif menyelenggarakan Lomba Arung Sungai Citarum I pada tahun 1975 nan tercatat menjadi sejarah awal kegiatan arung jeram di Indonesia.