Makna nan Terkandung dalam Garuda Pancasila
Garuda Pancasila merupakan lambang Indonesia. Sejak kita duduk di bangku sekolah dasar, kita sudah mendapatkan pelajaran tentang Garuda Pancasila, apa makna nan terkandung di dalamnya dan bagaimana sejarahnya. Namun, masih ada di antara kita nan tak tahu, mengapa negara kita waktu itu memilih burung garuda sebagai lambang negara Indonesia. Benar?
Ada baiknya sebelum kita membahas sejarah dan makna Garuda Pancasila sebagai lambang Indonesia, kita terlebih dahulu mengetahui mengapa burung Garuda dipilih sebagai lambang Indonesia.
Jika ditelaah lebih jauh, keberadaan dan sejarah burung garuda ternyata sudah tercipta sejak zaman berdirinya Indonesia. Burung garuda nan menjadi dasar ideologi dan lambang negara ini, yaitu Garuda Pancasila sebenarnya ialah representasi dari elang jawa atau Javan Hawk Eagle Nisaetus bartelsi nan memiliki rona bulu berwarna emas.
Burung garuda nan akhirnya menjadi Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia tersebut ditemukan dalam sejarah mitologi Hindu dan Buddha. Di dalam Mitologi Buddha, burung garuda ini digambarkan sebagai burung pemakan daging nan hebat dan memiliki kemampuan berorganisasi secara sosial.
Dalam mitologi Hindu, burung garuda nan nantinya lebih dikenal sebagai Garuda Pancasila ini digambarkan sebagai setengah manusia dan setengah burung nan sering digunakan oleh Dewa Wisnu sebagai kendaraannya. Burung garuda juga menjadi raja dari para burung. Bahkan pada tradisi Bali sejak zaman dahulu kala, burung garuda ini dimuliakan sebagai tuan segala makhluk nan bisa terbang serta dimuliakan pula sebagai raja agung para burung.
Posisi mulia burung garuda sejak zaman antik telah menjadikan burung garuda sebagai Garuda Pancasila nan menjadi lambang serta ideologi bangsa Indonesia. Bahkan menurut Peraturan Pemerintahan No. 66 Tahun 1951, menjelaskan bahwa lukisan garuda tersebut diambil dari beberapa candi sejak abad ke-6 sampai ke-16. Raja-raja di Indonesia ternyata sudah sejak lama menggunakan burung garuda sebagai lambang kerajaan mereka.
Sejarah Penciptaan Lambang Garuda Pancasila
Hampir seluruh penduduk Indonesia mengetahui bahwa Garuda Pancasila ialah lambang negara sekaligus menjadi ideologi banga Indonesia. Namun, pastilah masih banyak di antaranya nan tak mengetahui sejarah penciptaan Garuda Pancasila sebagai lambang negara kita. Bahkan mungkin sama sekali tak mengetahui siapa orang nan sangat berjasa dalam merancang Garuda Pancasila ini.
Tokoh nan sangat berperan dalam perancangan Garuda Pancasila ialah Sultan Hamid II nan terlahir dengan nama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie. Sultan Hamid II ini ialah putra sulung Sultan Pontianak. Ia lahir di Pontianak pada 12 juli 1913.
Ketika Republik Indonesia Perkumpulan terbentuk, Sultan Hamid II ini diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Poto Folio dan selama menjabat sebagai menteri negara tersebut, ia mendapatkan tugas dari Presiden Soekarno buat merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Perintah inilah nan kemudian menjadi dasar penciptaan Garuda Pancasila.
Ide perisai Pancasila muncul ketika Sultan Hamid II nan sedang merancang lambang negara teringat dengan ucapan Presiden Soekarno nan menyatakan bahwa hendaknya lambang negara itu seharusnya mencerminkan etos bangsa, dasar Indonesia, nan sila-sila dari dasar negara tersebut ialah Pancasila sehingga akhirnya nanti bisa tercipta Garuda Pancasila.
Dengan menambahkan pita nan bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika” akhirnya jadilah lambang negara Indonesia tersebut menjadi Garuda Pancasila. Namun, gambar Garuda Pancasila itu dahulu terlihat sebagai kepala burung rajawali nan masih gundul dan tak berjambul seperti sekarang.
Presiden Soekarno buat pertama kalinya memperkenalkan lambang negara Garuda Pancasila ini kepada seluruh penduduk Indonesia pada 15 Februari 1950 di Hotel Des Indes Jakarta. Selanjutnya setelah pengumuman tersebut, Presiden Soekarno terus melakukan pemugaran pada bentuk Garuda Pancasila.
Lalu pada 20 Maret 1950, Presiden Soekarno memberikan perintah kepada pelukis istana bernama Dullah buat kembali melukiskan lambang Garuda Pancasila tersebut dengan melakukan penambahan dan perbaikan.
Penambahan dan pemugaran nan dilakukan ialah pemberian jambul pada kepala Garuda Pancasila. Terjadi perubahan pula pada posisi cakar kaki Garuda Pancasila nan mencengkeram pita di belakang pita menjadi di depan pita.
Rancangan Garuda Pancasila nan terakhir nan setelah diberikan skala ukuran dan tata rona oleh Sultan Hamid II, akhirnya patung besar Garuda Pancasila nan terbuat dari bahan perunggu berlapis emas pun diciptakan. Patung itu disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional.
Makna nan Terkandung dalam Garuda Pancasila
Garuda Pancasila terbagi menjadi tiga bagian dalam pemaknaannya, yaitu gambar Garuda Pancasila sebagai burung garuda nan tegak perkasa dengan kedua sayap membentang lebar dan kepala menoleh ke arah kanan.
Bagian nan kedua dalam lambang Garuda Pancasila ini ialah perisai nan berbentuk jantung dengan lukisan sila-sila pancasila tergantung di leher garuda tersebut dengan menggunakan rantai.
Bagian nan ketiga ialah pita putih nan bertuliskan slogan negara Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”
1. Makna Bagian Garuda Pancasila - Makna pada Tubuh Garuda
- Bulu pada masing-masing sayap pada Garuda Pancasila berjumlah tujuh belas helai nan artinya melambangkan tanggal 17.
- Bulu ekor pada Garuda Pancasila ini berjumlah 8 nan melambangkan bulan delapan.
- Bulu leher pada gambar Garuda Pancasila nan berjumlah empat puluh lima ini melambangkan tahun 45.
- Jadi jika dirangkai secara holistik maka memiliki makna bahwa bahwa nan tercantum dan angka-angka nan digambarkan pada Garuda Pancasila itu ialah Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
- Lambang perisai nan terdapat dibagian depan Garuda Pancasila tersebut melambangkan perjuangan dan konservasi bangsa Indonesia.
2. Makna Gambar nan Terdapat di Perisai Garuda Pancasila
- Gambar bintang melambangkan sila pertama dari Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
- Gambar rantai melambangkan sila kedua dalam Pancasila nan artinya Humanisme nan Adil dan beradab.
- Gambar pohon beringin nan terdapat pada perisai Garuda Pancasila ini melambangkan sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia.
- Sedangkan Kepala Banteng melambangkan kerakyatan nan Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan nan menjadi sila keempat.
- Sila nan terakhir dilambangkan dengan padi dan kapas nan artinya ialah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
3. Makna Rona pada Garuda Pancasila
Ada beberapa rona nan terdapat pada Lambang Garuda Pancasila ini. Warna-warna nan dipakai menjadi rona pada lambang Garuda Pancasila ini memiliki arti dan makna tersendiri.
- Warna merah memiliki artian keberanian.
- Warna putih memiliki arti kesucian, kebenaran, dan kemurnian.
- Warna kuning berarti kebesaran, kemegahan, dan keluhuran.
- Warna hijau artinya ialah kesuburan dan kemakmuran.
- Dan rona nan terakhir ialah hitam nan memiliki makna keabadian.
4. Letak Rona Pada Bagian-bagian Garuda Pancasila
Warna-warna nan dipakai dalam lambang Garuda Pancasila ini tak boleh diletakkan sembarangan sebab warna-warna tersebut sudah ditentukan diletakkan pada bagian-bagian nan mana saja di lambang Garuda Pancasila.
- Warna kuning diletakkan sebagai rona Garuda Pancasila, buat rona bintang, rantai, kapas, dan padi.
- Untuk rona merah digunakan sebagai rona perisai kanan bawah dan kiri atas nan terdapat pada lambang Garuda Pancasila ini.
- Warna putih dipakai buat memberikan rona perisai kanan atas dan kiri bawah. Pita nan dicengkeram dalam Garuda Pancasila ini juga diberikan rona putih.
- Warna hijau digunakan sebagai rona pohon beringin.
- Sedangkan Rona hitam menjadi rona kepala banteng nan terdapat dalam lambang Garuda Pancasila ini. Rona hitam juga digunakan buat rona perisai tengah latar belakang bintang, serta buat mewarnai garis datar tengah perisai. Rona hitam ini juga digunakan sebagai rona tulisan buat slogan "Bhinneka Tunggal Ika".
5. Makna Slogan Bhinneka Tunggal Ika dalam Garuda Pancasila
Makna dari slogan "Bhinneka Tunggal Ika" nan terdapat pada lambang Garuda Pancasila ini memiliki arti Walau berbeda-beda, tetapi tetap satu jua yaitu Indonesia.