Apa Itu Filsafat- Cara Berpikir Kefilsafatan
Apa itu filsafat ? Mendengarnya saja sudah bikin kening kita berkerut. Padahal sebenarnya filsafat tak selalu sulit dipahami. Mari kita mengenal filsafat lebih dekat. Istilah filsafat atau philosophy berasal dari bahasa Yunani: philo (cinta) dan sophia (kebenaran). Maka, filsafat itu pada intinya sebuah bidang ilmu nan bertujuan mencari kebenaran.
Seorang filsuf ialah para pemikir nan tak berhenti mencari kebenaran sejati, sampai mereka menemukan nan paling benar, paling akhir dan paling dalam. Studi-studi filsafat biasanya berfokus mencari konsep dasar dari hal-hal nan dikenal manusia dalam hidupnya sehari-hari, seperti eksistensi, realitas, sebab-akibat suatu hal, kebebasan, moral, apa nan dianggap baik atau jahat, dan seterusnya.
Filsafat berkutat dengan permasalahan-permasalahan nan tak bisa dipecahkan oleh ilmu pengetahuan. Filsafat terus bertanya ketika ilmu pengetahuan telah berhenti mencari. Objek filsafat mencakup segala sesuatu, dari agama sampai ilmu alam. Tetapi itu bukan berarti filsafat jadi melantur, sebab filsafat pun memiliki metode nan sistematis dalam mencari kebenaran sejati.
Apa Itu Filsafat- Mengenal Pembagian Studi Filsafat
Studi filsafat terbagi dalam 4 cabang, yaitu:
• Epistemologi
Epistemologi ialah filsafat ilmu, nan berfokus mencari jawaban atas dari mana ilmu pengetahuan berasal, apakah dari sumber realitas (pengalaman sehari-hari) atau rasional (pemikiran).
• Metafisika
Metafisika ialah cabang filsafat nan bertujuan mencari kebenaran sejati, seperti apakah empiris sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi berbagai faktor seperti persepsi manusia atau evaluasi masyarakat.
• Etika
Etika seringkali disebut juga sebagai filsafat moral. Cabang filsafat nan satu ini memfokuskan dirinya pada konsep moralitas dan penghakiman, apa nan sebenarnya dianggap 'baik' dan 'jahat' dari konduite seorang manusia.
• Estetika
Keindahan ialah filsafat seni; sebuah cabang filsafat nan mempelajari konsep estetika dalam karya seni, apa nan pada dasarnya dianggap latif di sana.
Apa Itu Filsafat- Interaksi Filsafat dengan Ilmu Agama
Hubungan antara filsafat dan ilmu agama (teologi) memang memiliki sejarah nan cukup kompleks. Mereka tak pernah dapat sama, selalu berada antara permusuhan atau bergaul karib.
Pada dasarnya, hasil pemikiran filsafat cukup berguna buat refleksi teologi, dan di sisi lain tokoh-tokoh besar agama seperti Kristus atau Buddha juga memberi sumbangsih dalam pemikiran filsafat.
Dilihat dari sejarahnya, filsafat sendiri lahir di Yunani pada abad ke-6 SM dengan Thales sebagai filsuf pertama. Kemudian, seiring berjalannya waktu lahirlah para filsuf-filsuf besar di sana, nan paling terkenal barangkali Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Di Yunani, filsafat diajarkan dalam bentuk sekolah-sekolah atau akademi. Dari sana, filsafat menyebar ke Roma pada 306 SM dengan disebarkannya filsafat Epikurus Yunani oleh penyair Roma bernama Lucretius.
Di Cina, filsafat berkembang di kalangan sarjana terdidik kurang lebih pada waktu nan sama ketika filsafat lahir di Yunani, yakni abad ke-6 SM. Filsafat Cina sangat diwarnai oleh tokoh-tokoh seperti Konfusius, Buddha, dan ajaran Taoisme.
Di global India kuno, tepatnya tahun 100 SM, filsafat berkembang melalui kitab-kitab Weda, Upanisad, dan Bhagavad Gita. Filsafat India menyatu dengan hayati warganya, salah satunya dalam budaya Yoga.
Pada abad pertengahan di Eropa, global filsafat diramaikan oleh pemikiran tokoh-tokoh besar seperti Santo Agustinus dan Thomas Aquinas.
Sedangkan di era modern, dikenal tokoh-tokoh seperti Karl Marx, Rene Descartes, Thomas Hobbes, Baruch Spinoza, John Locke, David Hume, Immanuel Kant, Hegel, Friedrich Nietzsche, John Stuart Mill, dan lain-lain.
Apa Itu Filsafat- Cara Berpikir Kefilsafatan
Setelah mengetahui apa itu filsafat , ternyata filsafat memiliki cara berpikir nan cukup berbeda dengan bidang ilmu nan lain. Perbedaannya tersebut nan membuat filsafat menjadi kian menarik buat dipelajari. Tentu saja, filsafat menarik bagi siapa saja nan memang suka berfikir. Lantas, seperti apa cara berfikir orang nan berfilsafat?
- Radikal
Orang nan bersifat memang selalu radikal dalam berpikir. Ia bukan hanya sekedar ingin tahu, tapi benar-benar ingin mengetahui. Sehingga pertanyaan nan diajukannya memang terkadang sulit buat dijawab.
Maka tidak heran bila sudah bertanya dalam masalah agama suka 'menjamah' pertanyaan nan substansi nan memang sulit dijawab secara akal. Namun bagi orang nan berfilsafat niscaya dapat dipikirkan secara akal. Makanya, penyebab kebanyakan orang filsafat menjadi 'eror' bukan kesalahan pada ilmu filsafatnya, tapi kesalahan pada orangnya.
Seharursnya, ia bertanya tujuannya buat melihat batas kemampuan akalnya mencari tahu tentang sesuatu, bukan memaksakan akalnya buat menemukan apa nan dipertanyakannya.
- Universal
Gaya berpikir orang nan berfilsafat memang sangat universal. Jika menyinggung masalah agama, bukan satu agama saja nan ditanya, tapi keseluruhannya. Ia mengajukan pertanyaan buat semua agama. Karena itu, dalam mencari jawabannya tidak hanya satu jawaban. Yang dicari sebanyak-banyak jawaban. Dan terkadang, jawaban tersebut pun kembali menimbulkan pertanyaan demi pertanyaan lagi.
Inilah letak titik universal cara berpikir orang nan berfilsafat. Ia akan mengajukan pertanyaan bukan hanya buat satu komunitas, tapi buat semuanya. Ia ingin menemukan jawaban nan paling tepat di antara semua komunitas nan ada.
- Konseptual
Gaya berpikir orang nan berfilsafat memang konseptual. Pertanyaan nan diajukan memang benar-benar tersusun dan memiliki tujuan buat mendapatkan apa nan diinginkan hingga ke akar-akarnya. Tak ada pertanyaan nan setengah-setengah alias tanggung-tanggung.
Dengan gaya konseptual ini nan bakal menemukan pengetahuan nan sangat luar biasa. Sehingga jawaban nan ditemukan nantinya dapat melahirkan pendekatan-pendekatan nan lebih baik. Sehingga dari pendekatan-pendekatan tersebut akan ditemukan alur klarifikasi nan memberikan kepahaman dengan mudah bagi siapa saja.
- Runut
Efek dari gaya berpikir orang nan berfilsafat selalu ingin menemukan jawaban secara konseptual, maka ia harus mengatur apa nan ingin ditelaah secara runut. Sehingga apa nan dipertanyakan selalu sinkron dengan gaya berpikir logis. Tak akan ada ketimpangan dalam hal nan ingin dicari tahu jawabannya.
- Sistematis
Jika sudah menggunakan gaya berpikir konseptual dan runut, maka tidak pelak lagi juga akan melahirkan pertanyaan nan sistematis. Segala nan ingin diketahui nan dimunculkan dari pertanyaan nan diajukan saling memiliki keterkaitan.
- Komprehensif
Gaya berpikir komprehensif nan dianut dalam filsafat hampir sama dengan gaya berfikir universal. Hanya saja letak perbedaannya, di universal pertanyaan nan dilakukan buat masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan di komprehensif berusaha menemukan jawaban buat menemukan apa nan dipertanyakan.
- Bebas
Inilah nan paling banyak dipertentangkan oleh kebanyakan orang. Karena gaya berfikir bebas dalam berfilsafat dengan berani melanggar anggaran agama. Tanpa ada lagi pertimbangan ini sudah 'mengangkangi' agama atau tidak. Sehingga gaya orang berfilsafat acuh dengan anggaran dalam agama.
Gaya berpikir filsafat juga maksudnya bahwa nan dikaji bukan hanya nan berhubungan dengan agama saja. Yang lain, seperti ekonomi, sejarah, pendidikan, histori, budaya dan lain-lain. Filsafat boleh menyentuh seluruh hal tersebut dan boleh berfikir dengan gaya bebas dalam bertanya terhadap semua pertanyaan tersebut.
- Bertanggungjawab
Orang nan berfilsafat bukanlah orang nan hanya mengajukan pertanyaan. Ia juga harus bertanggungjawab dalam mencetuskan pertanyaan nan diajukannya dan bertanggungjawab daam hal nan berkaitan dengan hasil pemikirannnya juga. Ia berfilsifat tanpa ada paksaan.
Tujuannya, agara nan ingin diketahuinya benar-benar menemukan jawaban nan sinkron dengan kebenaran. Orang nan berfilsafat hanya berpikir tanpa ada hegemoni dari orang lain. Maka dari itu, orang nan berfilsafat mesti berani dalam bertanya dan menyatakan jawaban nan tepat.
Inilah sekilas artikel nan membahhas apa itu filsafat . Semoga dengan mengenal gaya berfikir filsafat nan dipaparkan membuat kita menjadi kritikus terhadap hal-hal nan menyimpang. Karena tidak ada nan ditulis diartikel ini nan tidak sinkron dengan definisi filsafat sebagai proses kritik terhadap kepercayaan dan sikap nan sangan dijunjung tinggi.