Sejarah Tari Hudoq - Apa itu Tari Hudoq?

Sejarah Tari Hudoq - Apa itu Tari Hudoq?

Bila Anda sedang mempelajari kesenian dan kebudayaan Kalimantan, mungkin Anda akan penasaran dengan sejarah tari Hudoq . Ya, tari-tarian nan satu ini memang berasal dari Pulau Kalimantan, tepatnya Kalimantan Timur dan sudah menjadi salah satu karakteristik khas dari suku Dayak.

Suku Dayak nan tinggal di Pulau Kalimantan memang terkenal akan budayanya nan unik. Mereka terkenal mampu membuat ukir-ukiran kayu, punya rumah adat nan khas, dan tentu saja memiliki ritual-ritual nan diiringi dengan musik dan tarian.

Tari Hudoq sendiri ialah salah satu jenis tari-tarian nan kerap dilakukan oleh suku Dayak dalam suatu ritual khusus. Nah, buat lebih jelasnya apa itu tari Hudoq dan bagaimana sejarahnya, simak uraian singkat di bawah ini.



Sejarah Tari Hudoq - Apa itu Tari Hudoq?

Tari Hudoq kerap dilakukan oleh suku Dayak Bahau dan Dayak Modang. Tari Hudoq biasanya digelar pada sekitar bulan September hingga Oktober atau ketika selesai menanam padi. Dengan diadakannya tari Hudoq, suku Dayak percaya bahwa hama maupun roh dursila akan terusir dari huma pertanian mereka, sehingga nantinya huma tetap terjaga dengan baik dan hasil panen dapat berlimpah.

Dalam pelaksanaannya, akan ada sekelompok orang (biasanya berjumlah 13 orang) mengenakan kostum spesifik saat melakukan tarian ini. Mereka mengenakan topeng nan wajahnya menyerupai hewan/burung, lengkap dengan warna-warna unik dan aksesori berupa bulu panjang. Sandang nan dikenakan pun perpaduan antara kain dan daun pohon pisang nan sudah dirancang sedemian rupa sehingga menjadi seperti pakaian.



Asal-usul Tari Hudoq

Setelah mengetahui sedikit citra dari tari Hudoq, sekarang mari kita bahas tentang sejarah dari tari Hudoq itu sendiri. Menurut kepercayaan suku Dayak, tari Hudoq ialah semacam tari penyambutan kedatangan dewa ke bumi. Dewa -dewa utusan Sang Pencipta nan disebut dewa Hunyang Tenangan (pemelihara padi) inilah nan nantinya akan menjaga dan melindungi huma pertanian suku Dayak.

Tari Hudoq sendiri dilakukan oleh 13 orang. Angka 13 ini pun melambangkan jumlah dewa nan datang ke bumi. Menurut kepercayaan suku Dayak, barang siapa nan melihat dewa-dewa ini secara langsung, manusia tersebut akan sakit atau bahkan mati. Karena itu, para dewa pun menyamarkan wujud mereka dengan topeng dan baju daun pisang.

Topeng nan menyerupai paras burung diyakini sebagai lambang atau citra paras dewa Hunyang Tenangan. Pada topeng ini akan ditemukan rona merah dan kuning nan kabarnya ialah warna-warna kesukaan para dewa. Sementara itu daun pisang nan digunakan sebagai kostumnya dipercaya sebagai lambang kesejahteraan dan kesejukan.

Sejarah lain menyebutkan bahwa tari Hudoq ini dilakukan buat mengenang jasa-jasa para leluhur suku Dayak (Bahau dan Modang) nan hayati di alam nirwana . Para leluhur ini berasal dari Ibu Besar atau nan disebut dengan Asung Luhung. Asung Luhung sendiri sudah seperti dewa nan mampu memanggil roh baik dan roh dursila .

Asung Luhung lantas memanggil roh-roh baik atau roh nenek moyang suku Dayak dan diutus pergi ke bumi buat menemui manusia guna menyampaikan kabar baik. Namun roh-roh baik ini syahdan memiliki paras menyeramkan nan dapat membuat manusia ketakutan. Akhirnya mereka pun disuruh mengenakan topeng dan baju dari daun pisang buat menyamar.

Begitu berjumpa dengan manusia, mereka akhirnya melakukan obrolan sekaligus memberikan macam-macam benih, termasuk tanaman obat seperti nan sudah diutuskan oleh Asung Luhung. Suku Dayak pun sangat percaya, roh-roh baik ini akan selalu datang buat menjaga dan mengawai mereka di setiap musim tanam tiba.



Kepercayaan Lain dalam Tari Hudoq

Dari uraian sejarah tari Hudoq di atas, kita pun tahu bahwa tarian ini memang dilakukan dengan tujuan menyambut dewa pemelihara padi nan nantinya akan menjaga dan memelihara ladang pertanian suku Dayak.

Namun ada kepercayaan atau mitos lain nan menyertai tarian Hudoq ini. Misalnya saja dapat menyembuhkan penyakit. Sebagian masyarakat percaya, apabila orang nan sedang sakit datang buat menyaksikan tarian Hudoq dan terkena kibasan daun pisang (dari kostum penari saat sedang menari), maka penyakitnya akan hilang dan ia akan sembuh.

Tarian Hudoq ini juga bermakna memohon limpahan rahmat dan berkah dari Sang Pencipta. Banyak orang nan meyakini bahwa tarian Hudoq ini mampu memberikan kemakmuran dan membuang kesialan pada seseorang. Maka tidak heran apabila pagelaran tari Hudoq ini akan selalu ramai dikunjungi orang. Selain percaya pada mitos-mitos nan beredar, sebagian lain juga ingin menyaksikan tari Hudoq sebagai hiburan nan hanya dapat disaksikan setahun sekali.



Prosesi Tari Hudoq

Bagi Anda nan tinggal di luar Kalimantan dan tak sempat menyaksikan tari Hudoq, mungkin akan penasaran seperti apa pagelaran tari Hudoq. Nah, agar tak terlalu penasaran, berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai citra tahapan prosesi tari Hudoq nan dilakukan oleh suku Dayak.

Sebelum memulai tari-tarian, ada ritual spesifik nan harus dilakukan terlebih dahulu. Ritual pertama dalam tari Hudoq ini disebut dengan Napoq. Ritual ini sangat sakral dan hanya boleh dilakukan oleh orang pilihan nan kemudian disebut Dayung. Dayung sendiri harus memiliki kemampuan istimewa , yaitu dapat berkomunikasi dengan roh atau dewa.

Dayung ini akan didampingi oleh dua orang asisten. Mereka kemudian berkeliling kampung sambil membunyikan gong kecil. Alat ini berfungsi sebagai media komunikasi, dan bunyi-bunyian gong kecil itu diyakini sebagai sapaan kepada dewa/roh penjaga desa dan memberitahu bahwa Napoq sedang dilakukan buat memulai tari Hudoq.

Selanjutnya, Dayung akan memanggil Sang Penguasa Alam dan memohon agar penyelenggaraan tari Hudoq dapat berjalan lancar. Setelah memanggil para dewa, Dayung akan melanjutkan ritual selanjutnya, yaitu menjamu para dewa dengan makanan. Sebelumnya, roh atau titisan dewa ini akan merasuki para penari Hudoq.

Dayung pun akan menyuapi mereka dengan jamuan makan siang nan sudah disediakan. Selesai perjamuan makan siang, Dayung akan berdialog dengan para dewa menggunakan bahasa Dayak antik nan halus nan biasanya hanya dapat dimengerti dan diterjemahkan oleh sang Dayung sendiri.

Pada obrolan ini, Dayung akan memohon agar huma pertanian mereka dijaga dan dilindungi. Dari komunikasi dengan dewa ini pula Dayung dapat mengetahui apakah hasil panen nantinya dapat baik atau malah sebaliknya.

Bila prosesi ini sudah selesai, maka tari Hudoq pun dilaksanakan. Biasanya tari-tarian ini dilakukan di area nan luas seperti lapangan atau di huma sawah nan siap ditanami. Para penari nan kerasukan dewa akan berbaris nan diurutkan berdasarkan strata atau kelas sosial dewa.

Dewa tertinggi biasanya akan berdiri paling depan. Para penari ini kemudian melakukan ritual nan disebut menarik nyawa padi dengan mengucapkan mantra nan kemudian dilanjutkan dengan menari.

Tari Hudoq memiliki beberapa gerakan nan tentunya punya filosofi tersendiri. Salah satunya ialah gerakan mengibas-ngibaskan tangan seperti gerakan sayap burung nan sedang terbang. Gerakan ini memiliki makna mengusir hama dari huma pertanian.

Selain itu, para penari akan melakukan gerakan memutar ke kiri dan ke kanan. Berputar ke kiri bermakna membuang kesialan, sementara berputar ke kanan diyakini sebagai gerakan meraih kebaikan.

Itulah sejarah tari Hudoq asal Kalimantan nan kental dengan perbedaan makna magisnya. Tari Hudoq biasanya memang dilakukan menjelang musim tanam padi tiba. Namun seiring berjalannya waktu, tari Hudoq nan menjadi salah satu karakteristik khas suku Dayak ini juga kerap dilakukan pada acara-acara hiburan atau acara kebudayaan, baik di dalam negeri maupun mancanegara .