Korelasi Sosial
Puasa dan zakat , dua ibadah dalam ajaran Islam nan memiliki kedudukan penting. Puasa merupakan ibadah diri dengan menahan dan mengontrol keinginan-keinginan manusia sampai batas waktu tertentu. Zakat, ibadah amaliah nan bersifat sosial dengan ukuran nan telah diatur dalam Islam.
Zakat dalam pengertian sederhana, bermakna memberikan donasi dari bagian harta dengan jumlah dan anggaran kepada orang nan membutuhkan. Sedangkan puasa, amalan positif dalam pelatihan jiwa dan pengontrolan ajakan hawa nafsu. Keduanya merupakan proses pendekatan diri hamba kepada Allah SWT.
Ibadah Umat Terdahulu
Perintah puasa dan zakat telah lama dikenal dalam ibadah-ibadah agama terdahulu. Agama nan telah diturunkan jauh sebelum Nabi Muhammad datang diutus kepada umat manusia. Agama Islam sendiri merupakan pelengkap dan pengkoreksi jalan dan syariat Allah SWT nan telah diturunkan melalui nabi dan rasul.
Dalam Al-Quran (QS. Al-Anbiyaa,21:73), Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim as., Nabi Ishaq as., Nabi Ya’qub as. buat memimpin manusia dalam jalan Allah, selalu berbuat kebaikan dan kebenaran, tetap melaksanakan shalat dan zakat.
Dalam surat Al-Baqarah (2:83), Allah SWT mengadakan ikatan perjanjian melalui utusan-Nya agar Bani Israil beribadah kepada-Nya tanpa disertai kemusyrikan. Selalu melaksanakan kebaikan kepada keluarga, sanak kerabat, anak-anak yatim dan kaum miskin. Menyerukan kepada Bani Israil agar selalu menegakkan shalat dan melaksanakan zakat dari mal mereka.
Sebagaimana seruan zakat dalam agama terdahulu, ibadah puasa telah dikenal oleh umat-umat masa lalu nan dikisahkan dalam sejarah dan tersurat dalam Al-Quran. Kemudian bentuk puasa mengalami banyak perubahan dari tata cara dan tujuan semula. Maka lahirlah berbagai ragam bentuk puasa dalam agama-agama manusia.
Dalam surat Al-Baqarah (2:183), kewajiban puasa kepada umat Nabi Muhammad merupakan ibadah nan telah diwajibkan pula kepada umat-umat sebelum Rasulullah Saw. Puasa dalam Islam nan diwajibkan pada umat Muhammad memiliki keistimewaan dan anggaran nan telah diajarkan oleh Nabi sendiri.
Korelasi Sosial
Zakat dalam ajaran Islam tidaklah sebatas donasi dan kebaikan hati. Dia merupakan anggaran perundang-undangan nan telah diberlakukan secara terorganisir dalam satu kesatuan masyarakat Islami. Undang-undangan zakat telah dimulai ketika masa Nabi berdakwah di Madinah. Membina masyarakat Islam, baik secara individu, sosial, dan negara.
Puasa dan zakat merupakan dua pilar dari pilar-pilar ajaran Islam. Termasuk dalam tiang keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan. Bersama kalimat syahadat dan shalat, menjadi salah satu indikator keislaman seseorang. Maka pelaksanaannya membuat seseorang memiliki hak-hak seorang Muslim dalam ikatan persaudaraan umat Islam.
Kewajiban puasa bertujuan melatih manusia dari penguasaan syahwat dan nafsu rendah kebinatangan. Membebaskan diri dari penjara jasmani dan memperkuat jiwa ruhani. Pendidikan buat membina dorongan kuat kemauan dan memperkokoh kesabaran. Salah satu misteri dari puasa, menumbuhkan jiwa dan perasaan sosial. Empati kesengsaraan dan kelaparan orang lain.
Kemudian zakat dalam Islam secara konkret memberikan jalan kemudahan buat memperbaiki kesengsaraan dan ketidakmampuan golongan manusia lain. Yakni kalangan manusia nan lemah secara ekonomi. Maka zakat menjadi salah satu aspek sistem ekonomi nan diajarkan dalam Islam.
Islam menetapkan ragam macam mal nan dimiliki manusia. Harta kekayaan nan diatur ukuran dan batasnya sebagai harta wajib zakat. Kewajiban zakat hanya bagi harta kekayaan nan telah melebihi dari batas minimal pungutan zakat. Ditujukan pungutan zakat hanya kepada mal kekayaan seseorang nan termasuk batas nisab dan melebihi dari kebutuhan hayati nan pokok.
Zakat dan puasa, dua ibadah dalam satu kesatuan ibadah Islam. Bentuk kepatuhan nan bersumber dari keshalehan personal buat dinyatakan sebagai keshalehan sosial. Wallahu a’lam .