Contoh Pajak Langsung
Apakah Anda mengetahui definisi pajak langsung ? Sebagai sebuah bangsa nan berbasis hukum, Indonesia menjalankan aturan-aturan ketatapemerintahannya serta kehidupan bermasyarakat berdasarkan hukum nan berlaku, salah satunya hukum mengenai urusan pajak.
Semua hukum tersebut bersumber dari undang-undang, peraturan pemerintan pusat maupun daerah, hingga keputusan presiden dan keputusan menteri. Anggaran tersebut diberlakukan dalam rangka menertibkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Salah satu anggaran nan diberlakukan ialah peraturan perpajakan. Pajak diciptakan dalam rangka melakukan pemerataan pembangunan. Seperti nan kita ketahui bersama, luasnya wilayah teritorial Indonesia mengharuskan pemerintah mengeluarkan dana besar buat melakukan pembangunan di tiap-tiap daerah.
Namun, bila hal tersebut tak mendapat dukungan langsung dari warga masyarakat Indonesia, akan terjadi ketidakmerataan pembangunan. Seperti nan sedang terjadi sekarang ini, kebanyakan pembangunan berfokus di wilayah Pulau Jawa sehingga terjadi kecemburuan daerah-daerah lain nan belum terjamah. Maka dari itu, diperlukan pencerahan tiap warga masyarakat buat melakukan pembayaran pajak.
Jenis-jenis Pajak
Pajak bisa dibagi menjadi dua, yaitu pajak langsung dan pajak tak langsung. Adapun nan dimaksud pajak langsung ialah pajak nan langsung dikenakan kepada wajib pajak setelah adanya Surat Pemberitahuan (SPT), contohnya adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), dan sebagainya.
Sementara itu, nan dimaksud pajak tak langsung adalah pajak nan tak langsung dikenakan kepada wajib pajak nan bersangkutan, tetapi dilimpahkan kepada wajib pajak nan lainnya. Contohnya, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) nan biasa dijumpai pada struk tagihan restoran dan supermarket.
Pajak Langsung
Pajak langsung ialah pajak nan dikirim langsung ke pemerintah oleh wajib pajak, dengan tanggung jawab bantalan wajib pajak tunggal buat membayar pajak. Hal ini berbeda dengan pajak tak langsung, nan bergeser ke orang lain, seperti dalam kasus pajak penjualan nan menaikkan harga barang.
Banyak negara memiliki sistem pajak nan mengintegrasikan beberapa jenis pajak, termasuk beberapa bentuk pajak wajib pajak langsung nan bisa bertanggung jawab atas pada suatu tahun tertentu.
Pajak langsung memiliki varian tarif nan bhineka dan cenderung tak tetap alias berubah-ubah, seperti pada Pajak Penghasilan (PPh) nan memiliki varian tarif 5%, 10%, 15%, 25% dan 35% hingga kemudian berubah dengan batasan maksimum, yaitu 30%.
Pajak langsung, biasanya, disesuaikan dengan kemampuan wajib pajak itu sendiri. Namun, lain halnya dengan tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Tarif PBB ini disesuaikan dengan harga tanah nan berpatok pada lokasi, kandungan dalam tanah, dan luas tanah serta bangunan nan berdiri diatasnya.
Pajak langsung ini memiliki waktu eksklusif nan telah ditetapkan dalam rangka penagihannya. Misalnya, setahun sekali dengan batas maksimum pembayaran dan pelaporan pada bulan keempat tahun berikutnya. Pajak langsung mengacu pada sistem self assessment, yaitu si wajib pajak memiliki kewenangan menghitung pajaknya sendiri dengan anggaran nan telah diberlakukan.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, pembayaran dan pelaporan serta penghitungannya bisa dilakukan melalui media elektronik (online) sehingga bisa meminta donasi pada pihak-pihak eksklusif dalam penghitungannya.
Contoh Pajak Langsung
Contoh klasik dari pajak langsung ialah pajak penghasilan. Pajak penghasilan dihitung dengan berbagai cara, namun pada akhirnya mereka semua melibatkan pembayaran langsung dari wajib pajak kepada pemerintah, berdasarkan pada jumlah uang pembayar pajak nan dibuat pada tahun tertentu.
Biasanya pembayar pajak mengisi SPT, sebuah dokumen nan memberikan informasi tentang apa nan diusahakannya dan keadaan spesifik nan mungkin berdampak pada kewajiban pajak mereka. Banyak pemerintah memungkinkan orang buat mengambil mutilasi atau kredit nan akan mengurangi kewajiban pajak secara keseluruhan.
Bentuk lain dari pajak langsung ialah pajak properti. Pajak properti, dikenakan pada pemilik properti, biasanya dalam bentuk persentase dari nilai saat ini dari properti.
Wajib Pajak harus mengirimkan pembayaran pajak secara langsung kepada instansi, biasanya lokal, nan menangani pajak properti. Estate dan hadiah pajak ialah contoh lain dari pajak langsung nan bisa dilihat di banyak negara di seluruh dunia.
Wajib Pajak bertanggung jawab buat memastikan bahwa mereka menyatakan apa nan mereka mungkin memiliki kewajiban buat membayar pajak dan pajak dibayar dalam waktu penuh dan.
Kegagalan buat melakukannya bisa mengakibatkan sanksi nan mungkin termasuk penyitaan properti, upah garnishing, dan waktu penjara, dalam kasus di mana orang tampaknya telah berperilaku curang.
Kadang-kadang orang nan mengirimkan tagihan buat pajak langsung, seperti nan biasanya terjadi dengan pajak properti, misalnya, dan dalam kasus lain mereka diharapkan buat laporan diri setiap kegiatan nan mungkin mengakibatkan kewajiban pajak.
Membayar pajak langsung bisa menjadi rumit, terutama ketika orang memiliki kondisi keuangan nan tak biasa. Orang-orang dan perusahaan bisa mempertahankan jasa seorang pengacara atau akuntan pajak buat membantu dengan persiapan pajak.
Untuk memastikan bahwa semuanya sahih didokumentasikan dan jumlah nan sahih pajak dibayar. Menggunakan layanan profesional juga bisa memberikan pembayar pajak dengan akses ke orang-orang nan akrab dengan perubahan terbaru pada kode pajak.
Perbedaan Denga Jenis Pajak Lain
Suatu pemerintahan bisa mengenakan beberapa jenis pajak atas warganya, termasuk pendapatan dan cukai. Pajak penghasilan biasanya didasarkan pada upah seseorang diterima dan bisa dibebankan dengan progresif, tarif flat atau sistem regresif.
Suatu cukai bisa dikenakan terhadap barang suatu negara diproduksi, meskipun beberapa pemerintah memungut impor itu terhadap juga. Sedangkan pajak penghasilan dikategorikan sebagai pajak langsung, cukai dianggap bahwa dari pajak tak langsung.
Pajak langsung dibayarkan langsung oleh mereka nan berutang kepada mereka, sedangkan pajak tak langsung sering ditambahkan ke harga barang buat mengganti penjual buat kewajiban mereka.
Adapun, pajak penghasilan sering dikenakan pada upah nan diperoleh oleh seseorang atau badan hukum, seperti korporasi. Dalam banyak kasus, penghasilan kena pajak bisa disesuaikan pada akhir tahun fiskal atau kalender buat memungkinkan biaya dan tanggungan.
Berbagai sistem nan ada dimana pemerintah bisa memungut pajak pendapatan individu. Sistem progresif, misalnya, meningkatkan tarif pajak seiring dengan kenaikan pendapatan seseorang. Sistem ini sering menggeser beban pembayaran pajak dari orang-orang dengan kemampuan membayar rendah buat orang dengan upah nan lebih tinggi.
Tidak seperti pajak penghasilan progresif, sistem forum pajak tetap taraf kontinu buat semua pembayar. Seperti pajak sering memaksakan panduan lebih sedikit dan biaya administrasi nan kurang, meskipun beberapa orang menganggap sistem ini tak adil bagi mereka dengan upah nan lebih rendah.
Sebuah pajak penghasilan regresif menimbulkan interaksi terbalik antara pajak dipungut dan pendapatan seseorang. Seiring dengan peningkatan pendapatan seseorang, tarif pajak nya menurun. Sistem ini bekerja berbeda dengan pajak progresif, sebagai beban ini terutama dilakukan oleh orang-orang produktif dolar kena pajak lebih sedikit.
Selain produk-produk nan mereka dipungut, pendapatan pajak dan cukai berbeda satu sama lain dalam cara mereka dikenakan. Cukai dianggap tak langsung, atau pajak konsumsi.
Penjualan dan pajak nilai tambah ialah contoh lebih lanjut dari pajak tak langsung, nan mungkin dibayarkan kepada pemerintah dengan produsen atau penjual.
Pada gilirannya, orang atau badan hukum sering mencoba buat memulihkan pajak dengan menaikkan harga jual barang atau jasa, dibandingkan menetapkan pajak langsung. Para ekonom sering menganggap pajak tak langsung menjadi langkah-langkah regresif sebab mereka tak didasarkan pada kemampuan membayar..